Chapter 52

40.9K 4.7K 957
                                    

Vote and comment please.
***

Hera membawa minuman jus buah mangga yang dia ambil dari meja hidangan beberapa saat lalu, sambil meminum jus yang manis itu, tatapannya terarah ke salah satu standee yang menampilkan penjelasan tentang salah satu program amal yang dibuat oleh dokter Ares.

Programnya terlihat efisien.

Dokter Arest bekerja sama dengan beberapa situs untuk menggalang dana, kemudian mencari volunteer dari tenaga kesehatan atau mahasiswa kesehatan yang berada dekat dengan tempat sasaran program amal, kemudian membangun posko kesehatan sementara untuk membantu program itu terlaksana dalam dua bulan.

Dengan koneksi yang sangat memandai dan mendapat bantuan dari pemerintah daerah, program amal yang akan dilakukan dokter Arest mungkin bisa saja membuat anak-anak di Papua yang sakit dan membutuhkan, menjadi sedikit tertolong.

Hera hendak mengambil selembaran brosur program amal itu untuk dia berikan pada ayahnya, namun ada tangan lain yang menahannya, yang membuat Hera merasa tidak perlu berbalik untuk mengetahui siapa pemilik tangan itu.

"Berhenti menyembunyikannya."

Sean menarik Hera menghadapnya, membuat wanita itu mendongak karena tidak memakai heels tinggi malam ini dan menatapnya dengan bosan seakan sudah sangat terbiasa dengan sikap pemaksa pria ini.

"Pernikahan kita. Apa kau akan mengatakan pada semua orang kalau aku bukan suamimu?" ujar Sean.

Hera mendengar kefrustasian dalam suara pria itu.

Dia menarik pergelangan tangannya, meletakan gelas jus yang masih dipegangnya ke meja dekat standee lalu tersenyum tipis.

"Pernikahan kita? Aneh sekali, bukankah hal semacam itu memang tidak pernah terjadi?" sahut Hera.

Dia melirik wanita yang dibawa Sean, tengah berbicara dengan dokter Arest.

"Kau—"

"Dokter Sean, anda akan membuat kekasih anda marah dengan datang ke sini. Dia akan... mengatakan kau sedang berselingkuh denganku." Sela Hera.

Sudut bibirnya tertarik semakin tinggi, terang-terangan mencemooh Sean yang wajahnya tampak marah, kemudian menyeringai dan hendak berbalik sebelum perkataan pria itu menghentikan langkah Hera.

"Berhenti bicara omong kosong!"

Hera kembali menghadap Sean.

"Kau yang berselingkuh dengan pria lain, kau berciuman dan berpelukan seakan itu tidak masalah. Apa kau pikir, wanita bersuami sepertimu pantas melakukannya?" Tanya Sean.

Dia tiba-tiba kembali merenggut tangan Hera dan dengan kesal meremasnya.

"Jangan mempermainkanku, Hera!" desis Sean.

Hera tersenyum, senyum yang sangat lebar, jenis senyum yang akan dia tunjukan saat mendengar seseorang baru saja mengatakan lelucon bodoh padanya.

"Lucu sekali, kau berkata seolah-olah aku telah mempermainkan mu, dokter. Padahal selama ini kaulah yang terus mempermainkanku dengan menginginkanku sekaligus mendorongku menjauh. Apa kau tidak sadar?" Kata Hera.

"Dan, memang benar." Hera mengangguk.

"Aku berciuman dengan Hardin. Lalu kenapa? Bukankah itu sama saja seperti kau yang setiap malam menginap dan bercinta di rumah wanita itu? Apakah menurutmu kelakuan seperti itu adalah kelakuan pria yang sudah beristri?"

Sean menggeram, "Itu berbeda!"

"Berbeda karena wanita itu lebih dulu mempunyai hubungan denganmu?" Hera mengangkat sebelah alisnya.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang