Chapter 39

34.8K 3.8K 283
                                    

Vote and comment please.
***

Hera memegang tangan ayahnya dengan gugup.

Dia sudah keringat dingin sejak ayahnya datang ke ruangan riasnya dan mengatakan bahwa upacara penikahan akan dimulai dalam dua puluh menit lagi.

Para stylish dan MUA (*Make-up artist) sudah memperbaiki penampilannya lagi setelah pertengkaran kecilnya dengan Yuna, meski tidak ada kekacauan besar yang benar-benar terjadi pada penampilannya.

Hera yang didampingi Aldebaran tengah menunggu di ruangan samping kediaman Aldarict untuk dipersilahkan memasuki altar oleh pemimpin upacara pernikahan.

Hari ini ayahnya tampan sekali, mengenakan jas daerah berwarna hitam dengan detail biru navy yang serasi dengan kebaya cantik ibunya.

Wajah berkarisma miliknya yang selalu menjadi kesukaan Hera itu terlihat bahkan sepuluh kali lebih mempesona dan muda karena hari ini bercukur.

Hera jadi mengerti kenapa ibunya bisa menikahi ayahnya dan sangat tergila-gila pada ayahnya waktu dulu.

"Jangan lepaskan aku Ayah." Kata Hera.

Dia mengeratkan rangkulan tangannnya pada Aldebaran.

Aldebaran lantas menatap putrinya dan tersenyum.

"Gugup?"

Hera mengangguk, "Hum."

Aldebaran mengusap tangan Hera dalam rangkulannya dengan pelan.

"Tenang saja, apapun yang akan terjadi Ayah tidak akan pernah melepasmu."

Aldebaran lalu mengarahkan tubuhnya menghadap Hera.

Dia menarik veil dari balik punggung putrinya, menutup kepala dan wajah Hera perlahan-lahan, kemudian memberikan ciuman pelan pada puncak kepala anaknya yang telah terhalangi veil.

Tanpa dia sadari, rangkulan tangannya pada Hera sudah sangat gemetaran.

Hera tersenyum simpul, "Ayah juga gugup?"

Aldebaran mendesah, "Sangat, ini pertama kalinya Ayah mendampingi anak Ayah ke altar pernikahan."

"Pertama dan satu-satunya." Kata Hera memperbaiki.

Aldebaran mengangguk, kembali mensejajarkan tubuhnya dengan Hera dan mengahadap pintu keluar bagian samping kediaman Aldarict yang memisahkan mereka dari halaman tempat upacara pernikahan dilangsungkan.

"Benar, karena itu Ayah semakin gugup." Jawab Aldebaran.

Hera menyandarkan sedikit tubuhnya pada Aldebaran dan mengeratkan pegangan tangannya.

"Aku mencintai Ayah." Bisik Hera.

"Terima kasih sudah mempercayai dan melindungiku selama ini."

"Maaf karena aku bukan putri yang baik, penurut, dan selalu membuat Ayah khawatir. Tapi mohon untuk terus cemaskan aku ya Yah, juga tetap sayangi aku bahkan hingga aku punya anak, anakku punya anak, dan anaknya anakku punya anak lagi. Pikirkan aku saja, jangan yang lain."

Aldebaran menoleh dan tertawa kecil.

"Berarti selamanya Ayah tidak boleh tenang karena harus terus mengkhawatirkanmu?" tanyanya.

Hera mengangguk, "Benar."

"Baiklah."

Mereka kembali berdiam.

Hera masih menyendarkan tubuhnya pada Aldebaran untuk menikmati suasana yang mengharukan ini, sekaligus menunggu arahan dari pemimpin upacara pernikahan yang masih terdengar memberi kata pengantar, dengan debaran di jantung yang semakin kencang karena gugup.

"Semoga kamu bahagia Hera." Ujar Aldebaran lagi.

Hera merasakan kecupan ayahnya di puncak kepalanya sekali lagi.

"Ayah akan selalu mendoakan kebahagiaannkamu."

Suara Aldebaran tahu-tahu bergetar, namun saat Hera hendak menoleh padanya tiba-tiba suara pemimpin upacara pernikahan terdengar.

"Mempelai wanita di persilahkan berjalan memasuki altar."

Aldebaran segera menegakan tubuh Hera, para pelayan diruangan ini dengan perlahan membuka pintu dan suara musik serenade pernikahan mulai terdengar memenuhi kediaman Aldarict.

Upacara pernikahan akan dimulai.

***
Enjoy!

Follow Sean & Hera on istagram!
@/Heratravoltraa
@/Seanaldarict

With love.
nambyull

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang