Chapter 35

46.5K 4.4K 898
                                    

Vote and comment please.
***

Aldebaran Travoltra terkejut ketika membuka pintu dan menemukan orang yang memencet bel dan bertamu ke rumahnya malam-malam adalah pria yang sebentar lagi akan menikahi putrinya. 

"Dokter Sean?" Ujar Aldebaran tidak percaya.

Sean menjawabnya dengan menunduk sekilas sebagai sapaan sopan.

"Dokter Aldebaran."

Aldebaran mengerutkan dahinya saat menatap wajah Sean yang penuh luka lebam dan lecet di sudut bibir, seperti habis berkelahi.

"Wajah anda—"

"Maaf tidak memberi kabar atas kedatangan saya, tapi apa boleh saya berbicara dengan anda?"

Sean menyela, nafasnya tidak tenang dan entah kenapa Aldebaran merasa dia seperti seseorang yang sedang gelisah, meski dia menyembunyikannya dengan wajah datarnya.

"Tentu tapi,"

"Sebagai pria yang akan menikahi putri anda."

Aldebaran semakin mengerutkan dahi, meski tidak mengerti dengan maksud Sean, dia tetap menggeser tubuhnya yang menghalangi pintu masuk dan mempersilahkan Sean.

"Silahkan."

Mereka berdua beranjak masuk, seorang pelayan yang berdiri di belakang Aldebaran sebelumnya langsung menutup pintu rumah lalu mengikuti mereka.

"Keluarga saya sedang makan malam, apa anda mau bergabung?" tanya Aldebaran.

Sean mengangguk.

"Jika di perkenankan."

Aldebaran tersenyum sekilas.

Di meja makan, Kalista dan dua orang pelayan terlihat sedang menata makanan. Seperti kata Aldebaran, keluarga mereka memang tengah bersiap untuk makan malam.

"Loh, Sean?"

Kalista yang akhirnya selesai menata makanan mengalihkan tatapannya, dia terlihat terkejut melihat kedatangan Sean.

"Selamat malam, nyonya Travoltra." ujar Sean.

Dia menunduk sekilas lagi sebagai sapaan sopan.

Kalista melirik Aldebaran bertanya, namun suaminya itu mengendikan bahu karena tidak tahu juga apa yang membuat calon suami anak mereka ini tiba-tiba datang ke kediaman mereka.

"Ada yang mau dia bicarakan." Kata Aldebaran.

Kalista mengangguk tanpa bertanya lagi.

Begitu mereka hendak duduk, satu-satunya anak Kalista dan Aldebaran turun melalui tangga.

Dia mengenakan pakaian santai dengan rambut di ikat asal. Sejak tiga hari yang lalu dia pulang ke rumah orang tuanya karena night sickness yang dia alami semakin parah.

Berada sendirian di apartment katanya cukup menyusakan karena tidak ada yang membantu saat mual atau ngidamnya kambuh. Jika disini, pelayan dan supir akan siap sedia membantunya 24 jam, sesuai perintah Aldebaran.

Wajah wanita tersenyum senang, suasana hatinya sedang sangat baik dari pulang kerja hingga orang-orang penasaran.

Namun begitu menemukan Sean yang tahu-tahu datang dan sudah duduk di dekat ayahnya, langkah Hera terhenti dengan raut wajahnya berubah tidak senang.

"Ayah.."

Hera menoleh pada ayahnya.

"Kenapa dia bisa ada di sini?"

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang