Chapter 27

39.3K 4.6K 932
                                    

Vote and comment please.
***

Sean menatap Hera yang berada di cafeteria bagian dalam dengan lekat.

Dari balik meja luar cafeteria, dia melihat wanita itu tengah tengah duduk, bercengkrama dengan teman-temannya, dan meski wajahnya terlihat lelah tapi dia seolah menikmati waktu istirahatnya dengan baik.

Sedangkan Sean ditempanya, sedang tidak baik-baik saja.

Pikirannya tidak tenang. Dia sudah tidak bisa tenang sejak wanita itu meninggalkannya dengan kata-kata yang tidak berhenti menohok Sean sejak dua malam lalu.

Apa kau bisa menahannya?

Sean ingat bagaimana wajah lelah wanita itu mengatakannya dengan suara bergetar.

Kau tidak ingin punya anak karena tidak suka anak kecil kan?

Jujur saja, setiap kali mengingat kata-kata itu kembali, Sean menjadi sangat kesal.

Dia tidak tau apakah karena fakta bahwa Hera yang dengan lancang menguping percakapannya dengan Professor Michael, atau tubuh wanita itu yang menegang—terlihat begitu gelisah saat mengatakannya.

Yang jelas Seat tidak menyukai keduanya.

Aku tidak ingin anakku di jauhi oleh teman-temannya karena ayahnya sangat membencinya... dan juga ibunya.

Sean menahan nafas, dia benci sekali saat setiap kata yang memprovikasi dari wanita itu bisa mengacaukan hari-harinya.

Aku tidak bisa melepaskanmu, Sean. Aku sangat menginginkanmu.

Sean mengusap wajahnya kasar, menggeram pelan kemudian berbalik melihat tumpukan buku-buku dan jurnalnya di meja untuk mengalihkan pikirannya yang sekarang tambah kacau.

Dia hendak memilah jurnalnya saat seseorang meletakan kopi yang masih mengepulkan asap dihadapannya.

Sean menoleh.

"Keberatan?"

Dia terkejut melihat pria yang selalu mengenakan jas itu tiba-tiba mendatanginya, tersenyum lebar seakan tidak memiliki dosa, dan langsung duduk didepannya.

Beberapa orang berjas hitam lain yang memang selalu mengikuti pria itu dengan sigap mengamankan daerah sekitar, membuat ruang privasi untuk Sean dan dia berbicara.

"Bagaimana kabarmu?" Romeo Arvino berkata dengan santai.

Dia meminum kopi miliknya tanpa memperdulikan beberapa orang yang sedang berbisik-bisik melihat kedatangannya yang mengejutkan serta bodyguard-nya yang mencolok.

Mereka sama terkejutnya dengan Sean karena dari yang mereka tahu, Romeo Arvino sudah tidak pernah mendatangi rumah sakit ini lagi semenjak Qyra Anindia, istrinya dipindah tugaskan ke rumah sakit pusat milik pemerintah, setahun yang lalu.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sean malas.

Romeo tertawa, "Sudah satu tahun lebih tidak bertemu, ternyata sifatmu berubah jadi buruk ya."

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang