Chapter 38

35.5K 3.9K 134
                                    

Vote and comment please.
***

Hera menatap dirinya di cermin.

Tersenyum canggung setelah menemukan ball gown pengantin yang shoulder-less sudah melekat indah ditubuhnya.

Hera sudah melihat gaun ini tiga kali pada sesi fitting, namun setiap kali dia menemukan dirinya dibalut gaun ini, ada perasaan meluap-luap yang menggelitik perutnya.

Seakan dia masih tidak percaya, dia bisa berada pada situasi ini.

Dimana dia akhirnya berada di hari pernikahan yang sebelumnya tidak ada di perencanaan hidupnya sampai umur tiga puluh delapan.

But she's did it.

Hera akhirnya akan menikah, bersama satu-satunya pria yang menolaknya dan berusaha membuatnya menjauh namun sayangnya malah membuat Hera semakin mengingikannya hingga hampir tidak bisa berpikir.

Sean Aldarict.

Hera menggigit bibir bawanya untuk meredam debar jantungnya yang sejak tadi menggila.

Riasannya sudah siap, Irene menyiapkan MUA (*Make-up artist) terbaik yang membuat wajahnya cantiknya semakin cantik hari ini.

Riasan rambutnya juga sudah selesai, para stylish menggulung rambutnya dengan rapi dan memberi tiara kecil disana.

Lalu pada sentuhan terakhir, dua orang stylish menyelipkan veil putih yang menjuntai sepanjang gaunnya sebagai penutup kepala Hera dan penyempurna penampilannya hari ini.

Lalu pada sentuhan terakhir, dua orang stylish menyelipkan veil putih yang menjuntai sepanjang gaunnya sebagai penutup kepala Hera dan penyempurna penampilannya hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Imagine : Hera's wedding dress and look)

Kalista Travoltra yang menunggui Hera dan sudah mengenakan baju kebaya serta riasannya sejak tadi, menatap Hera dengan tatapan kagum, entah kenapa dia tiba-tiba terharu melihat putri nakalnya sudah tumbuh sebesar ini dan sebentar lagi akan melangsungkan pernikahannya.

Padahal rasanya seperti baru kemarin Kalista melahirkan Hera, mengantarnya ke sekolah dan berdebat dengannya saat mau mengambil program spesialis.

"Kamu cantik sekali sayang." Kata Kalista, mendekati Hera dan menyerahkan rangkaian bunga putih yang akan dia pegang selama upacara pernikahan.

"Terima kasih, Bunda. Bunda juga sangat cantik." Jawab Hera.

Dia melirik Bundanya yang tengah berkaca-kaca menatapnya dari pantulan cermin.

"Bunda akan bilang pada ayahmu kalau kamu sudah siap ya."

Hera mengangguk.

"Iya."

Setelah mengusap lengan putrinya, Kalista berbalik dan meninggalkan ruangan untuk mencari suaminya.

Hera tersenyum menatap kepergian ibunya.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang