Chapter 68

48.3K 4.9K 665
                                    

Vote and comment please.
***

Sean memberikan salah satu air mineral yang di belinya dari vending mechine di dekat lorong menuju halaman fate bene fratelli hospital kepada Hera yang terlihat tidak mau membuka perkataan apapun, dan sedang duduk di salah satu bangku panjang halaman rumah sakit.

Sean lalu segera duduk di sebelah Hera, tidak mendekati wanita itu, dia memberikan jarak yang cukup agar wanita itu tidak risih dengan keberadaannya serta pertemuan mereka yang tiba-tiba seperti ini.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Sean canggung.

Dia mengalihkan tatapannya menuju pemandangan di halaman rumah sakit, yaitu jembatan Ponte Cestius yang terlihat begitu indah karena telah disinari lampu jalan malam ini.

"Aku baik-baik saja." Jawab Hera pelan.

"Syukurlah."

Sean meneguk air minum miliknya sendiri kemudian mengangguk dengan wajah tenang, mencoba untuk bersikap berhati-hati agar Hera tidak merasa lebih terganggu setelah Sean meminta menemaninya jalan-jalan untuk membicarakan sesuatu beberapa saat lalu, padahal Sean tahu Hera sama sekali tidak ingin bertemu dengannya.

Sean tidak mengatakan apapun selama berberapa saat, tidak ada yang membuka suara atau percakapan setelah sapaan singkat barusan, mereka terjebak dalam pikiran masing-masing karena masih terkejut dengan pertemuan mereka.

"Maafkan aku tiba-tiba datang ke sini." Kata Sean setelah menarik napas, tidak sadar telah meremas air minumnya.

"Aku tidak bermaksud mengganggumu, aku benar-benar tidak tahu kalau kau ada disini. Pihak IDI memintaku untuk datang dan menjadi pembicara dalam workshop yang diadakan WMA* (World Medical Association) disini."

Hera mengangguk tanpa menoleh pada Sean.

"Iya."

"Ada banyak sekali hal yang ingin sekali aku katakan, tapi kepalaku tiba-tiba saja kosong saat melihatmu." Sean tersenyum pelan.

"Sudah lama sekali Hera. Aku mencarimu kemana-mana."

Dia menunduk dan remasannya pada botol minumannya mengerat.

"Maafkan aku atas segalanya... tapi ku mohon jangan kahwatir, aku tidak akan memaksamu untuk kembali padaku. Kau berhak atas pilihanmu, aku yang bodoh selalu memaksakan kehendakku padamu." Kata Sean dan dia merasa mulutnya menjadi keluh setelah mengatakan itu.

Hera masih berusaha tidak menanggapi apapun perkataan pria itu seperti keinginan awalanya, namun dia tidak bisa, sama sekali tidak bisa untuk diam saja mendengarkan perkataan seenaknya yang baru saja diucapkan pria itu.

"Tidak akan memaksaku untuk kembali padamu?" tanya Hera.

Dia mengangkat bibirnya sedikit untuk tersenyum mencemooh, lalu menoleh pada Sean.

"Dua bulan. Apa kau tidak merasakan apa-apa setelah aku meninggalkanmu selama dua bulan sehingga kau bisa mengatakan hal itu seolah kau baik-baik saja dengan perpisahan kita?"

Hera kemudian tertawa kecil, merutuki dirinya sendiri yang sudah begitu bodoh selama ini.

"Aku hampir mati karena merindukanmu disini, tapi kau bahkan tidak mau memaksaku untuk kembali padamu?" Kata Hera.

"Apa kau benar-benar mencintaiku? Apa pernyataan cinta yang kau katakan dua bulan lalu, kau katakan hanya karena kekasihmu  hampir mencelakai ku dan membunuh anakku?"

Sean mengangkat wajahnya dan melihat Hera sangat lekat, kata-kata wanita itu benar-benar membuatnya terkejut sekaligus tersinggung.

"Apa kau pikir aku mau mengatakan itu?" Tanya Sean marah.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang