Chapter 20

37.4K 3.9K 103
                                    

Vote and comment please.
***

Beberapa hari sudah berlalu setelah hari itu. Saat siang di hari kerja biasa, suara ketokan dari luar ruangan tiba-tiba menyadarkan Hera yang tengah mengisi laporan medis beberapa pasien.

"Permisi dokter."

Dia menoleh, berniat menjawab ketika pintu ruangannya sudah terbuka dan menampilkan sosok wanita senja yang belakangan sudah menjadi teman dekatnya.

"Tante Irene?!"

Hera reflek berdiri. Dia menyambut wanita senja itu dengan senyuman excited.

"Kenapa tidak bilang mau ke sini?" tanya Hera.

Irene Aldarict tertawa pelan, "Kejutan!Apa kamu sibuk?"

Hera dengan cepat menggeleng, "Tidak, saya baru saja menyelesaikan laporan rekam medis beberapa pasien. Sampai nanti sore, jadwal saya kosong Tante."

"Bagus sekali."

Irene mengangkat sebuah box tenteng berukuran sedang yang bergambar sebuah logo bakery yang sejak tadi dibawahnya dengan wajah ceria.

"Tante bawa shortcake, mau makan bersama?"

"Boleh, tapi apa tidak apa-apa kalau kita makan di taman? Ruangan saya sedang berantakan."

"Tentu."

Dan karena itulah mereka berdua sudah berada di taman, duduk di sebuah bangku kecil di dekat poli bagian anak dan tengah memakan shortcake yang dibawakan Irene saat menuju ke rumah sakit dengan tenang.

"Bagaimana kabar kamu Hera?" Tanya Irene sambil menoleh pada Hera yang sedang tersenyum melihat anak-anak di taman ini.

"Hmm, tidak baik, tidak buruk juga. Tapi jadwal saya sedang tidak padat, jadi saya sediki lega." Jawab Hera.

"Tante sendiri? Kenapa kelihatan lesu?Apa tidur Tante tidak teratur?"

Irene menggeleng dengan wajah sedih, "Tante masih kepikiran Sean."

Selama ini putra semata wayangnya itu memang sering menghindari dan mengabaikan Irene. Tapi belakangan, kelakuannya jadi semakin parah, Sean bahkan tidak bisa dihubungi dan tidak mau dimintai bertemu.

"Maafkan Tante ya Hera, karena sikap Sean yang keras kepala di makan malam kemari, Tante jadi mempermalukan kamu."

Hera tersenyum, "Tante tidak perlu khawatir, saya sudah biasa melihat sikap dokter Sean yang sepeti itu."

Irene menghela kemudian dengan tidak bersemangat menyuapkan satu sendok shortcake-nya ke dalam mulut.

"Ya kan? Entah kenapa dia berubah jadi makin kasar."

Hera mengernyitkan dahi, "Makin? Apa sebelumnya dokter Sean tidak bersikap seperti itu?"

Irene menggeleng, "Tidak, bahkan setelah kepulangannya dari Inggris dia masih baik dan pengertian meski sangat perfeksionis. Tante tidak tahu kapan tepatnya dia berubah jadi keras kepala seperti ini."

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang