Chapter 26

38.4K 4.5K 555
                                    

Vote and comment please.
***

"Jadi karena pasien kali ini memiliki riwayat operasi Angioplasti koroner (*prosedur untuk membuka penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah jantung), maka tim akan bekerja sama dengan bagian spesialis bedah kardiotoraks, yaitu dokter Hera Travoltra untuk prosedur operasi tiga hari lagi."

Hera menghela, menatap layar protektor tempat dokter berkaca mata—yang entah siapa namanya itu sedang presentase dengan sedikit enggan.

Dari awal, Hera sama sekali tidak berminat ikut bergabung dalam jadwal operasi bagian bedah umum untuk penanganan Hernia hiatus (*Kondisi ketika perut mendorong otot diafragma) karena biasanya operasi akan berjalan lama dengan prosedur yang cukup rumit.

Namun karena Hera sudah tidak tahan dengan Sean yang terus-menerus menghindarinya, dia akhirnya meminta Bunga, perawat bagian adminstrasi bedah yang semalam dia bawai sejumlah barang untuk merekomendasikannya dalam prosedur kali ini.

"Apa ada yang mau di tanyakan?"

Tentu saja Hera berhasil. Dia masuk dalam daftar dokter operator dengan sangat mulus.

Tapi pria yang berada di bagian dokter inti di ujung meja, masih tidak terlihat terganggu mengetahui kehadiran Hera yang tiba-tiba masuk ke dalam tim meski hampir sebagian orang terkejut.

Dia jelas mengabaikan Hera.

Dari awal pertemuan hingga akhir, seakan pendapat dan kehadiran Hera di ruangan ini sejak tadi hanya angin lalu.

Hera mendengus.

Dia tau Sean itu keras kepala dan bodoh, namun jika terus seperti ini, kesabaran Hera tidak mungkin akan mau sabar lagi.

"Baik, dengan ini pembahasan operasi untuk pasien bernomor rekam medik 6525332 selesai dilaksanakan. Para dokter dan perawat di persilahkan untuk meningalkan ruangan."

Setelah pertemuan diakhiri, Hera segera menyusun alat tulis dan laporannya ke dalam tas tangan yang dia bawa.

Dia berencana mencegat Sean dan memintanya berbicara seperti dua orang dewasa yang berkepala dingin untuk mencari solusi karena bagaimanapun, korban dari masalah ini bukan hanya Sean.

Dia tidak bisa terus-terusan mengindari Hera seperti ini.

Hera sampai tidak sadar bahwa dokter Stephen yang sebelumnya juga duduk di bagian dokter inti, bisa tiba-tiba menghampirinya.

"Hera!" Panggil Stephen.

Pria itu langsung mengambil tempat duduk yang sudah ditinggalkan audiensi pertemuan tadi dan duduk disebelah Hera.

"Hum?"

"Wajahmu pucat sekali. Apa kau baik-baik saja?"

Hera menatap Stephen dengan kerutan di dahi.

"Sepertinya aku lupa pakai lipstick terang lagi." kata Hera.

Dia hendak berdiri, namun Stephen langsung menahan tangannya dan menatap Hera penuh selidik, sangat tidak percaya pada alasan yang baru saja dikatakan wanita itu.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang