Chapter 54

43.5K 4.7K 1.2K
                                    

Vote and comment please.
BGM : Psycho - Red Velvet
***

Derap langkah sepatu merah muda bertumit pendek itu terdengar di lorong menuju ruang diskusi yang hanya diperuntukan untuk dewan direksi Welfare hospital.

Di lantai lima, wanita yang mengenakannya sepatu itu, mencoba mengatur napasnya yang sedikit memburu kesal setelah turun dari lift.

Ada hal mendesak yang membuatnya harus datang ke tempat ini dengan membawa serta dokumen kesekian yang sudah dia minta buatkan oleh pengacaranya.

Hera memasuki ruang diskusi tanpa mengetuk dan meminta izin, ada lima orang di dalam sana, dimana semuanya adalah dokter penanggung jawab bagian yang terlihat sedang membicarakan kebijakan pengarsipan rekam medis rumah sakit yang baru.

Mereka lantas terdiam, jelas terkejut dengan kedatangan Hera. Tapi wanita itu sama sekali tidak mempedulikannya, tatapannya langsung tertuju pada tempat pimpinan diskusi ini berada, di ujung meja diskusi.

Pria itu membalas tatapan Hera dengan pandangan datar, seakan sudah menebak bahwa suatu saat Hera akan melakukan hal seperti ini.

Hara menggertakan rahangnya, kemudian berjalan masuk lebih jauh lalu meletakan dokumen yang dia bawa tepat di depan meja pimpinan diskusi.

Keempat dokter penanggung jawab itu melihatnya dengan kerutan di dahi, tidak mengerti kenapa Hera bisa sama sekali tidak merasa segan melakukan hal lancang seperti ini di jam kerja oprasional.

Sedangkan pimpinan diskusi mereka sedang menatap Hera dengan hening, berusaha kuat mengendalikan dirinya yang hendak memberontak karena ini adalah pertama kalinya sejak dua bulan, dia berada begitu dekat dengan wanita itu, mencium aromanya dan berada dalam jarak pandangnya.

Tatapan pimpinan diskusi itu turun menuju perut Hera yang sudah membesar di usia 24 minggu.

Sesuatu dalam dadanya langsung bergemuruh, ada kebahagiaan serta rasa sakit yang menghujam jantungnya dengan begitu kuat.

"Dokter Hera, anda—"

Sean Aldarict, dokter yang merupakan wakil direktur rumah sakit sekaligus pimpinan diskusi ini, mengangkat setengah tangannya untuk menghentikan perkataan dokter pria yang merupakan penanggung jawab devisi pelayanan umum itu.

Tatapannya mendongak, kembali terarah pada wajah wanita dihadapannya dan sama sekali tidak bisa teralihkan, dia terpaku disana.

"Saya akan menghubungi anda semua setelah makan siang. Silahkan tinggalkan ruangan." Ujar Sean datar.

Keempat dokter penanggung jawab itu kembali terkejut, kali ini dengan ketidak professional-an Sean. Namun mereka tidak berniat membantah, mereka dengan cepat menyusun kertas-kertas dokumen mereka lalu meninggalkan ruang rapat direksi itu sedikt terburu-buru.

"Ada apa?" Tanya Sean setelah ruangan rapat direksi menjadi sepi.

Hera mendorong berkas yang sebelumnya dia letakan di atas meja dan menempatkannya tepat di hadapan Sean.

"Ini berkas gugatan cerai ku yang ke dua belas. Aku tidak punya kesabaran lagi untukmu, jadi cepat tanda tangani ini." Kata Hera.

Dia tidak mau berlama-lama dengan masalah ini lagi.

Sudah dua bulan dia terus mengirimkan berkas gugatan cerai untuk Sean, namun selama itu pula tidak ada jawaban dari pria itu.

Entah apa yang dipikirkannya.

Karena itu, setelah menerima kabar bahwa dokumen perceraian Hera yang ke-sebelas pun tidak mendapat balasan, Hera akhirnya memutuskan mendatangi pria itu dan berencana untuk memaksanya.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang