Chapter 51

44.2K 4.7K 1.4K
                                    

Vote and comment please.
***

          "Sean." Pelukan Aileen mengerat.

Dia menyembunyikan wajahnya di bahu Sean dengan tangis yang semakin sesenggukan.

"Apa yang terjadi?" Tanya Sean, dia lantas berdiri dari duduknya kemudian mengusap punggung belakang wanita itu untuk menenangkan.

"Anak perempuan itu..." bisik Aileen.

"Dia membenciku."

Sean mengerutkan dahi, "Apa?"

"Dia terus-terusan berkata dia membenciku karena membuat Papa-nya sedih, tidak makan dan tidak tidur teratur. Tapi kau tidak sedih kan? Makan dan tidur mu teratur kan?"

Helen dan Mina, asisten Aileen datang tidak lama setelah itu. Mereka kompak menunduk dengan wajah yang panik pada Sean yang sedang kebingungan dengan kondisi Aileen.

Napas mereka sama-sama terlihat terengah seolah mereka baru saja lari menuju tempat ini

"Aileen." Panggil Sean.

Dia melepaskan mencoba pelukannya dan menatap Aileen yang wajahnya memerah dan telah dipenuhi air mata dengan fokus.

"Tolong Sean, katakan pada anak perempuan itu aku tidak melakukan hal yang buruk padamu. Aku tidak mau dia membenciku, aku tidak mau dia tidak menemuiku lagi." Kata Aileen lagi, dia terdengar putus asa.

Hingga Sean hanya menghela napas karena tidak punya pilihan, kemudian mengangguk dengan senyum tipis.

"Akan aku katakan padanya." Ujar Sean.

Aileen tersenyum.

"Terima kasih Sean."

Pria itu lalu membawa Aileen menuju sofa ruangannya dan menundukannya disana, dia kemudian mengambil minuman dari kulkas kecil di sudut ruangan dan memberikannya pada Aileen untuk menenangkan.

Tangis Aileen perlahan-lahan berhenti, dia menatap Sean yang udah duduk di sampingnya dengan tatapan sedih. Masih teringat dengan mimpi buruk yang belakangan ini selalu dia alami.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Sean ketika Aileen sudah sepenuhnya tenang.

Aileen menggeleng, wajahnya terlihat sangat pucat.

"Aku sakit."

Sean menoleh pada Helen dan Mina, "Sudah beri tahu dokter Faisal?"

"Mina sudah melaporkannya, dokter Aladarict." Jawab Helen dengan cepat.

Sean mengangguk, "Baguslah."

Aileen terdiam setelah meminum minumannya, hingga tidak sadar dia telah menggigi kuku ibu jarinya karena merasa begitu gelisah dengan mimpi buruknya.

Anak perempuan itu berkali-kali mengancam untuk meninggakan Aileen jika dia mengganggu papa-nya.

Dan itu terasa sangat menakutkan untuk Aileen... demi Tuhan, Aileen terus saja memikirkan perkataan anak perempuan itu setiap hari hingga dia merasa semakin kacau.

"Maafkan aku." Kata Aileen tiba-tiba.

Sean menoleh.

"Maafkan aku karena telah berbohong dan mengatakan kita selalu menghabiskan malam saat pernikahanmu."

Aileen menatap Sean yang tampak terkejut dengan pandangan lelah.

"Aku panik setelah melihat pernikahanmu, aku takut kau akan meninggalkanku pada Hera Travoltra." ujar Aileen lagi.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang