Dia menggeram, masih mencoba mengendalikan dirinya sendiri untuk tetap tenang agar tidak mengejutkan Hera.

"Kau mau tau apa yang sebenarnya terjadi? Aku hampir kehilangan kewarasanku karena aku menginginkanmu, aku begitu mencintainmu, dan aku seperti akan mati setiap hari karena terus merindukanmu dan memikirkanmu." Ujar Sean, dia menggertakan rahangnya.

"Kau pikir kenapa aku mengatakan itu? Karena kau kabur dariku Hera, kau menipuku, kau berbohong dengan mengatakan akan memberikanku kesempatan memperbaiki semuanya padahal kau hanya ingin menciptakan luka besar padaku setelah kau meninggalkanku!!"

"Kau tidak—"

Sean tercekat, "Kau tidak peduli padaku, kau tidak peduli bagaimana aku terus menyalahkan diriku atas kepergianmu."

Wajah dan tatapan pria itu berubah putus asa, "Aku mencarimu kemana-mana seperti orang gila, tapi tidak ada yang membantuku. Keluargamu, teman-temanmu, bahkan keluargaku... mereka semua menyembunyikan keberadaan mu dan tidak ada yang membiarkanku mencarimu seakan kau tidak menginginkanku lagi."

Sean menghembuskan napasnya kuat-kuat lalu kembali menunduk, meredam amarahnya atas apa yang terjadi pada mereka berdua, pada hubungan mereka, pada pernikahan mereka, serta pada takdir bodoh yang sudah membuat mereka saling menyakiti seperti ini.

"Aku tidak pernah bercinta dengan Aileen." Kata Sean berterus terang.

Sebelum semuanya jadi lebih kacau, dia ingin menjelaskan apa yang bisa dia jelaskan pada Hera.

"Satu kalipun. Aku tidak pernah bercinta dan berciuman dengan Aileen, kami hanya makan malam bersama karena dia memintaku menemaninya, lalu aku kembali ke rumahku. Aku tidak pernah menginap di rumahnya."

"Penolakanku pada pernikahan kita juga bukan karena aku tidak mencintaimu, tapi karena aku terlalu pengecut untuk mengakhiri hubunganku dengan Aileen, aku takut menyakitimu."

Sean mengangkat kepalanya, lalu menoleh pada Hera dengan begitu frustasi.

"Namun aku sungguh-sungguh mengatakan sumpah pernikahan kita. Aku sungguh-sungguh ingin menjadikan mu istri dan pasangan seumur hidupku. Melindungimu dan akan menjadi satu-satunya orang yang berada disismu sampai hanya maut yang memisahkan kita, Hera."

Sean menatap Hera dalam, "Aku juga serius saat mengatakan aku ingin memperbaiki semuanya. Kau boleh menyuruhku menunggu sampai kapan pun, menyakitiku, mengabaikanku, mempermainkanku dan melakukan segala hal untuk membuatku membayar kesalahanku... tapi bukan meninggalkan ku, Hera. Jangan mencampakanku saat aku telah memutuskan untuk melangkah padamu."

Suara Sean merintih, kelelahan, seolah dia baru dipaksa menelan banyak pil pahit sebagai balasan atas kebodohan yang telah dia lakukan selama ini.

"Aku sudah memberitahumu bahwa aku takut kau akan memperlakukanku seperti Aileen, aku takut saat aku memberikan hatiku dan harapanku padamu aku akan di campakan lagi... dan benar saja, kau tetap melakukan hal itu padaku, kau tetap membuangku, kau tidak pernah membalas perasaanku, Hera."

Tatapannya pada wanita yang begitu ingin dia temui, begitu ingin dia lihat, begitu ingin dia rasakan kehadirannya selama beberapa bulan ini hingga dia terus saja menyiksa dirinya untuk mempertahankan akal sehatnya, menjadi melemah.

Dia mencoba bernapas, "Lalu apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku perbuat sekarang?"

Hera menggigit bibir bawahnya kuat-kuat mendengar semua itu.

Meski egonya menolak, namun Sean benar, perkataannya benar... Sean sudah memberitahu Hera bahwa dia ketakutan melangkah dan memantapkan hatinya pada Hera karena trauma yang diberikan Aileen terlalu membekas padanya.

at: 12amWhere stories live. Discover now