Hera menghindarinya selama satu bulan lebih.

Dan meski Sean sudah menerima laporan bahwa Hera memang datang ke hari penobatannya dan melihat dia pingsan, tapi wanita itu bahkan tidak pernah satu kali pun datang membesuk Sean ke ruang rawatnya.

Seolah mereka tiba-tiba saja menjadi dua orang asing yang tidak mengenal lagi, setelah kejadian itu.

Hera mencampakannya.. sama seperti dia yang melepaskan cekalan tangan wanita itu saat di kolam renang.

"Aku tahu. Katanya pertemuan mereka lucu sekali kan, bisa-bisanya mereka bertemu di—"

"Dokter tolong!!"

Teriakan wali pasien, suara berdebum dan para perawat yang langsung berlari menuju pintu masuk IGD membuat Hera otomatis menghentikan pembicaraan pada temannya dan menoleh ke arah sana.

"Dokter."

"Apa yang terjadi?"

Seseorang dari dokter koas bertanya pada wanita yang merupakan wali pasien pria berumur pertengahan tiga puluh yang jatuh sambil memegangi dadanya di pintu masuk tadi.

Dokter koas itu mencoba memukul bahu pasien dan memanggil-manggilnya.

Para perawat sudah mengangkat pasien itu ke ranjang dan dengan panik menatap dokter koas untuk menunggu tidakan.

Wali pasien itu gemetaran, dia mengepalkan tangannya di depan dagu, mencoba berbicara.

"S-suami saya mengeluh demam dan sesak napas sejak tadi malam dokter, saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia tiba-tiba pingsan saat masuk ke tempat ini. T-tolong selamatkan suami saya dokter." Kata wanita  ketakutan.

Para perawat langsung memeriksa denyut jantung dan napas pasien.

"Tidak ada napas dan denjut jantung, dok."

Salah seorang perawat menjawab dengan panik.

Dokter koas itu mendengus, "Sialan! Apa gagal jantung?!"

Dalam situasi tegang yang sedang terjadi di sana, seseorang tahu-tahu mendorong bahu dokter koas itu dan berteriak dengan kesal.

"Minggir!"

"D-dokter Hera."

Dokter koas itu terkejut menatap Hera yang sudah memindahkan kepala pasien untuk turun dari bantal, membuat tubuh pasien sejajar dengan kasur dan mendongakan wajah pasien untuk membebaskan jalan napasnya.

"Kau harus lakukan CPR* dulu bodoh!" geram Hera.

Dia mengepalkan kedua tangannya pada pertengahan dada pasien, melakukan kompresi (*penekanan) dengan lengan sejajar sedalam 2 inci selama tiga puluh detik, lalu para perawat dengan sigap memegangi dagu pasien, menggunting baju pasien untuk mengurangi  ketat yang berpotensi memperlambat aliran darah dan memberikan bantuan pernapasan menggunakan bag valve mask resuscitation*.

"Siapkan intubasi* dan alat kejut jantung dalam tiga menit." Perintah Hera, dia masih memberikan kompresi pada dada pasien.

"Baik dok."

Tiga orang perawat segera pergi dari bangsal itu dengan tergesa-gesa.

"Ini intubasi-nya dok."

Tidak lama, salah seorang perawat tadi kembali membawa salah satu ha yang diperintahkan Hera.

"Buka jalan napasnya." Kata Hera langsung.

"Baik dok."

Intubasi itu dimasukan ke dalam tenggorokan pasien melalui mulut, membuat lidah pasien tertahan, dan membuka jalur napas pasien langsung ke saluran paru-paru.

at: 12amΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα