Chapter 4 - Pelajaran Untuk Pelayan

54.2K 6.5K 291
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komentar yang banyak disetiap babnya.

~Happy Reading~

Gia telah memerintahkan Junzhi mengambil kertas dan tinta sebanyak mungkin beserta kuas untuk menggambar berbagai desain benda modern yang bisa diaplikasikan di dunia ini. Gia duduk termenung sambil berpikir benda apa saja yang bisa dia buat, matanya berkeliling melihat sekitar untuk mendapatkan petunjuk.

Cermin!

Matanya berbinar memandang cermin yang dibawa Junzhi semalam, cermin itu terbuat dari kuningan dan tidak memantulkan bayangan dengan jelas. Dia tiba-tiba teringat cermin modern yang terbuat dari pasir silika yang dilelehkan dalam suhu tinggi dan dicampur dengan bahan lainnya agar merubah kaca menjadi cermin.

Dia dengan semangat mengambil kuas dan mulai menggambar desainnya dengan pelan, menggunakan kuas yang panjang agak menyulitkannya menggambar dia sangat terbiasa dengan pensil kecil. Dia menghabiskan beberapa menit untuk menyelesaikan desainnya, padahal dia biasanya dapat menggambar dengan cepat menggunakan pesil.

“Aku harus melatih tanganku.” Dia memandang kuasnya. “Tulisanku bahkan jelek sekali.” Gia menghela nafas melihat hasil tulisannya yang buruk ketika menggunakan kuas.

Gia menghabiskan beberapa jam didalam kamar membuat berbagai desain benda modern sekaligus melatih tangannya agar ahli menggunakan kuas agar menghasilkan gambar dan tulisan secantik ia menggunakan pena maupun pensil didunia modern.

Kegiatan Gia sedikit terhenti ketika mendengar suara berisik yang berasal dari luar, ia menengokkan kepalanya ke luar jendela dan melihat para pelayang berlalu lalang sambil membawa berbagai benda.

Gia mengerutkan dahinya melihat mereka. "Junzhi masuklah!" Gia segera memanggil Junzhi.

Junzhi segera masuk setelah mendengar panggilan Putri Jialin. "Ada apa Tuan Putri?"

"Ada apa diluar, kenapa berisik sekali? Mengapa para pelayan berjalan cepat seolah dikejar sesuatu sambil membawa barang?" Gia memiringkan kepalanya heran.

Gia meletakan telapak tangannya didahi. "Mereka membuatku terganggu." Keluhnya.

"Putri, di istana sedang menyiapkan acara ulang tahun Kaisar untuk nanti malam. Oleh karena itu semua orang sibuk." Junzhi coba mengingatkan Putri Jialin akan ulang tahun Kaisar.

"Oh." Dengan singkat Gia membalas dan mengalihkan perhatiannya kembali pada desain yang ia kerjakan.

Junzhi sedikit terkejut melihat respons Sang Putri. "Tuan Putri apa anda tidak menyiapkan hadiah ulang tahun untuk Kaisar?" Dengan pelan Junzhi bertanya pada Putri Gia.

"Dan apakah hadiahku dulu diterima Kaisar?" Gia sudah menebak bahwa percuma saja ia memberikan hadiah pada orang itu jika akhirnya tidak diterima dan malah dibuang.

"Bu... bukan maksud nubi begitu Tuan Putri." Junzhi dengan gugup mencoba menjelaskan pada Putri Jialin.

(Nubi = Cara pelayan wanita memanggil dirinya sendiri a.k.a aku)

Gia mengibaskan tangannya pelan. "Sudahlah Junzhi lupakan saja! Sekarang aku bukan Jialin yang dulu lagi jadi lupakanlah hal-hal bodoh itu!" Gia mulai tidak mood dalam menggambar desain dan mulai merapikan peralatan menggambarnya, dia menatap Junzhi yang mulai gugup.

"Ta... tapi Tuan Putri anda selalu menunggu saat-saat ulang tahun Kaisar." Suara Junzhi mulai mengecil setiap kata yang dikatakannya.

Gia menghentikan kegiatannya dan mencengkram kedua bahu Junzhi. "Junzhi dengar! Apapun hal bodoh yang dulu pernahku lakukan dulu lupakan saja. Sekarang aku hanya ingin hidup dengan menatap masa depan, jadi janganlah berpaku pada masa lalu." Gia mencoba menjelaskan pada pelayan setianya bahwa ia tidak memperlukan kasih sayang dari Kaisar, Gia sudah terbiasa sendiri hingga membuat hatinya membeku akan kasih sayang.

The Ghost King Wife : The Singer Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang