"Na?"

"Ya?" sahut gue agak terkejut karena sebelah tangan Jaehyun memegang bahu gue.

"Lo ngelamun? Kenapa?"

"Hahaha gapapa Jae..." gue baru menyadari kalau mobil sudah berhenti dan berada di depan sebuah resto.

"Eh, udah sampai ya?" lanjut gue.

"Udah. Lo dari tadi gue panggil buat turun malah bengong!" ucapnya sambil bergegas turun dan berjalan memutar lalu membuka pintu untuk gue.

Kami masuk ke sebuah resto Italia. Semua ornamen di dindingnya kental dengan gaya romawi kuno. Kesan klasik dan romantis sangat terpancar disini.

Semua pasang mata mengarah ke kami, mungkin lebih tepatnya mengarah ke Jaehyun. Gue mengakui, dia luar biasa tampan hari ini. Kesan yang diberikan sangat berbeda dengan yang selama ini pernah gue lihat. Pada akhirnya gue sadar, orang di samping gue saat ini bukannya Jaehyun teman KKN, melainkan Jung Sajangnim, direktur sebuah perusahaan besar saingan suami gue.

Selesai memesan makanan, kami berbicara santai. Sesekali mengenang kembali masa-masa KKN di perkebunan bunga dulu. Membahas tentang lucunya hidup jauh dari kota dan teknologi yang terbatas.

Beberapa menit kemudian, gue pamit ke kamar mandi. Sebenarnya gue sudah menahan sejak di mobil tadi, karena gue sangat gugup.

Saat gue kembali, pesanan kami sudah tersaji. Gue dan Jaehyun menikmati hidangan tanpa berbicara. Benar, makanan disini sangat enak. Kapan-kapan gue akan kembali kesini lagi. Bukan lagi dengan Jaehyun pastinya.

"Gimana? Enak kan?" tanya Jaehyun saat kami sudah berada di mobil kembali.

"Banget! Gue akui lo hebat milih restoran!" sahut gue sambil mengacungkan dua jempol.

"Gemesin banget sih lo!" dengan santainya Jaehyun mencubit sebelah pipi gue. Membuat gue membeku dengan perlakuannya yang tidak terduga ini.

Gue berdehem ringan lalu kembali memusatkan pandangan ke depan. Jaehyun pun menjadi kikuk dan kembali menjatuhkan tangannya pada kemudi.

"Eh Na, mampir ke suatu tempat dulu gapapa kan?" tanyanya setelah beberapa menit kami terdiam.

"Kemana?"

"Tar lo juga tahu!" jawabnya sambil tersenyun manis, menampilkan lesung di pipi putihnya.

Gue hanya mengangguk ringan saja. Toh sejarang gue jadi penumpang, sangat kecil kemungkinan gue menolak kan? Lagipula sekali lagi gue selalu meyakinkan kalau keberadaan gue akan selalu dipantau, kemanapun Jaehyun membawa gue.

Sampai akhirnya dia membelokkan mobil ke sebuah bassement. Ini apartemen? Punya siapa? Jaehyun? Untuk apa dia mengajak gue ke apartemennya?

"Apartemen gue," jawabnya saat gue menatapnya sambil menautkan kedua alis.

"Maaf ya, ada sesuatu yang ketinggalan!" lanjutnya sambil melepas seatbelt.

"Hmmm gue nunggu disini aja gimana?"

"Jangan lah! Ayo ikut masuk dulu. Ga lama kok!"

Lagi-lagi gue merasa aman karena terus berpikir bahwa keberadaan gue diketahui kan?

Masih dengan agak canggung, gue mengikuti Jaehyun untuk masuk. Kami langsung menuju lift dan dia memencet tombol lantai paling atas. Saat pintu lift terbuka dan melangkah keluar, gue mendadak mematung.

Di lantai ini hanya ada satu ruang. Semua sisi lorong hanya berupa tembok. Satu-satunya pintu hanyalah yang berada tepat di ujung lantai ini. Jadi, artinya apartemen Jaehyun seluas lantai paling atas gedung ini???!!!! Astaga, dia sekaya itu!!

"Na, ayo masuk!" ucap Jaehyun agak nyaring karena jarak kami memang lumayan jauh. Gue masih mematung di depan lift dan dia sudah berada di depan pintu apart-nya.

Mulut gue kembali menganga saat sampai di depan pintu apart yang sudah terbuka. Sumpah demi kerang ajaib, rumah ini lebih mirip seperti toko perabotan kristal!!

Semua barangnya bernilai jutaan meski hanya sebuah vas kecil di meja nakas. Gue melangkah masuk dengan tak henti-hentinya memandang kagum.

"Mau minum apa?" tanyanya membuyarkan kekaguman gue.

"Ga usah lah Jae, kita cuma sebentar kan?"

"Minun dulu lah, udah sampai sini juga!"

Gue mengedarkan pandangan ke seuruh penjuru ruangan yang jauh lebih luas daripada rumah gue. Tetiba gue teringat info dari Kak Dyo kalau Jaehyun membeli bekas apartemen gue. Buat apa apartemen sempit gue? Dia tinggal di istana semegah ini!

Kenyataan itu membuat gue semakin ketakutan. Alasannya jelas karena Jaehyun terobsesi dengan gue.

"Jae, lo tinggal sendirian?"

"Yap!" jawabnya dari arah mini barnya. Gue berjalan mendekatinya.

"Tanpa asisten rumah tangga?"

"Mereka hanya datang saat pagi dan sore untuk bersih-bersih. Selain itu ya hanya gue sendiri disini".

Duh, ini Mas Dae atau Bang Suho ga ada niatan untuk mencet bel atau apa gitu??!! Gue deg-degan parah.

Perlahan Jaehyun kembali mendekati gue. Entah sejak kapan, ia sudah melepas jasnya. Hanya tersisa kemeja yang lengannya sudah ia gulung sampai siku.

"Nih, minum!" dia menyodorkan gelas berisi cairan warna marun. Wine?

"Gue ga mau mabok," tolak gue dengan halus.

"Dikit aja, Na!"

"Gue masih menyusui, Jae!"

"Ooh,"

Dia berbalik dan menaruh kembali gelas tersebut di meja. Belum sempat gue berkedip, tetiba Jaehyun sudah menarik lengan gue dan mendaratkan sebelah tangannya di pinggang. Gue berada di dekapannya dengan kedua tangan membentur dada bidangnya.

Sorot matanya tetiba berubah mengerikan. Masih dengan kedua mata yang menatap gue, dia merendahkan kepalanya. Sebenarnya gue ingin meronta, tapi rasa gugup dan terkejut membuat badan gue tak memberikan respon apapun selain menegang kaku.

Kepalanya berhenti tepat di depan leher gue. Menarik scarft yang gue pakai hingga terlepas. Dengan seringaian yang menampilkan gigi putihnya dia berucap, "Kalian mau menguping pembicaraan kami sampai kapan?"

Deg

Dia tahu?

Dia tahu kalau sedari tadi semua pembicaraan ini disadap?

Sejak kapan dia sadar?

🐤🐤🐤🐤

(after) Married You ❌ KJD ✅Kde žijí příběhy. Začni objevovat