Twelve

2.4K 96 13
                                    

Ini sudah hari ketiga gue terkapar di tempat tidur. Selama tiga hari ini pula gue ijin tak masuk kantor. Memanfaatkan status sebagai adik ipar Kak Yoona, gue bisa dengan mulus dapat dispensasi libur dari Pak Sehun. Ada gunanya juga gue jadi mak comblang kan?? Sayangnya Mas Dae belum tahu tentang hal ini. Saat ingin cerita selalu ada saja yang membuat niat gue gagal.

Keluhan gue tetap sama, pusing dan mual. Kadang rasa pusingnya sungguh tidak manusiawi, menghantam kepala gue dengan cepat. Kalau sudah begitu, jangankan untuk bangun, membuka matapun rasanya berat.

Mas Dae sudah berulang kali memaksa gue untuk ke dokter, tapi gue tetap bersikukuh istirahat di rumah aja. Sebenarnya gue curiga tentang satu hal, harapan kami berdua. Bisa saja gue memastikan sendiri, tapi entah kenapa gue takut akan kemungkinan terburuk, kecewa untuk yang kesekian kalinya. Gue masih sangat ingat beberapa kali melihat ekspresi kecewa Mas Dae saat garis satu yang muncul di sana. Hati gue terpilin perih melihat itu.

"Yang, aku berangkat dulu ya. Pulangnya pengen dibeliin apa?" ucapnya sambil mengelus kepala gue. Dia duduk di tepi tempat tidur, tepat di samping gue yang bersadar di headboard.

"Mas, aku pengen makan yang pedes-pedes. Boleh ya?!"

Dia menghela nafas kasar. Ga tahu kenapa sejak pingsan tempo hari, gue beneran pengen banget makan segala hal yang pedes. Tiap pagi, siang, malam gue kena omel mulu gegara selalu merengek minta makanan pedes.

"Aku lagi males marah lho, Yang! Masih pagi juga!"

"Sekali aja Mas!"

"Yang!"

"Dikit aja ya?"

"Enggak!!"

"Pengen banget, Mas. Siapa tahu pusingnya sembuh kalau habis makan pedes!" entah teori darimana itu, yang jelas gue pengen banget.

"Oke, aku beliin apa yang kamu mau. Tapi kalau setelah itu kamu makin sakit lalu kenapa-kenapa, kamu tega bikin aku merasa bersalah? Kamu puas bikin aku jadi suami yang ga bisa jaga istrinya?!"

Waduh, ngamuk beneran ini laki gue kalau udah bawa-bawa kata "tega dan puas". Gue cuma diem aja, menunduk sambil mainin tepi bedcover. Mas Dae menatap gue garang.

"Itu yang kamu mau?!" sambungnya lagi.

Gue cuma membalas dengan gelengan. Kicep deh gue kalau sudah diamuk macam ini. Entah kenapa gue jadi pengen nangis, tapi kalau gue nangis nanti Mas Dae makin marah. Susah payah gue tahan isakan, bikin nafas gue terasa sesak. Sensitif banget sih gue!

Tak berapa lama tangannya terjulur, mengangkat dagu gue yang mau tak mau membuat gue menatapnya. Yakin banget mata gue saat ini pasti sudah merah berair. Ekspresi Mas Dae langsung berubah saat melihat hal itu. Dia kecup kedua mata gue.

"Jangan nangis! Aku beneran ga mau kamu kenapa-kenapa. Cukup sekali itu aja aku lihat kamu pingsan. Paham?" suaranya berubah lembut.

Dia mulai tersenyum saat gue menjawab dengan anggukan. Kemudian dia berangkat setelah mencium kening gue. Ketika gue rasa Mas Dae sudah benar-benar keluar, gue beranjak mendekati meja rias. Mengambil benda itu yang tersimpan di laci. Tak ada salahnya mencoba lagi, kalaupun hasilnya mengecewakan toh hanya gue yang tahu.

Hampir satu menit gue duduk di closet, menunggu benda di tangan gue mengeluarkan garisnya. Seperti yang sudah terjadi sebelumnya, hanya satu garis yang muncul. Gue menghela nafas dan meletakkan tespek di tepi westafel. Harusnya gue sudah tahu kalau badan gue hanya lelah.

Berniat berdiri dan kembali tidur, gue melirik sebentar ke tespek tadi. Kali ini mata gue membelalak, gue raih kembali benda panjang tipis itu dengan cepat. Ada satu garis lagi yang mulai muncul samar. Meski tak seterang garis yang awal, tapi perlahan garis kedua muncul di sebelahnya. Mata gue mulai berkaca-kaca. Ada gemuruh luar biasa di dalam dada gue.

"Aaaaaaacccckkkkk!! GUE HAMIL!!!"

Pengen banget gue jejingkrakan tapi harus ditahan, kan ga lucu kalau gue jatuh. Gue berjalan cepat mengambil hape di nakas, menelpon Mas Dae dengan sumringah. Tepat di dering keempat gue matikan sambungan telpon.

"Apa gue bikin surprise aja ya?" monolog gue sambil masih memandang tespek dengan mata berbinar.

Okelah, gue bakal bikin kejutan termanis buat suami gue. Gue berjalan meraih sebuah kotak di lemari dan memulai menyiapkan kadonya. Jadi ga sabar pengen cepet tahu gimana reaksi Mas Dae kalau udah lihat ini. Doa kami akhirnya dikabulkan. Tuhan memang terlalu sayang sama gue. Suami yang sempurna, keluarga yang bahagia, dan janin yang ada di perut gue sekarang, luar biasa bukan?

Selesai membungkus kotak dan memberinya pita biru yang manis, gue letakkan kembali di dalam lemari. Kali ini di laci tempat Mas Dae menyimpan koleksi jam tangannya. Gue taruh kotak itu berjajar dengan beberapa kotak jam tangan. Bentuknya yang tidak sama, harusnya bisa dengan mudah dikenali.

Gue beranjak ke kamar mandi, membersihkan diri lalu turun untuk menyantap buah. Gue jadi pengen makan yang seger-seger. Saat tengah asyik mengupas apel, hape di sebelah gue berdering. Ah, Mas Dae yang menelpon.

"Ya Mas?"

"Ada apa telpon? Maaf, tadi aku ada tamu."

Hayoloh, jawab apa ini gue?

"Hmmm gapapa Mas, cuma mau tanya Mas tadi udah sarapan apa belum?"

"Oohh udah kok, Sayang. Aku tadi sarapan sereal. Emang niat ga bangunin kamu."

"Oke kalau gitu. Selamat kerja ya, jangan telat makan siang."

"Kamu juga baik-baik di rumah. Aku usahain pulang cepet."

"Iya, cepet pulang!"

"Hahaha oke oke. Dah Sayang!"

"Dah!"

Tut

Pengen banget gue ngucap "Dah, Daddy!" tapi takut rencana surprise gue berantakan. Gue taruh kembali hape di meja dan melanjutkan mengupas apel. Rasa apel yang asam manis segar segera memanjakan lidah gue.

Tingtong
Tingtong
Tingtong

Hmmm? Gue meletakkan pisau dan apel lalu berjalan mendekati interkom. Bukannya wajah seseorang yang muncul tapi malah bucket bunga. Wajahnya tertutup di belakang bucket bunga mawar merah. Dari jenis bunganya saja gue sudah tahu ini bukan Mas Dae. Suami gue tahu apa bunga kesukaan gue dan itu bukan mawar merah.

"Siapa?" tanya gue sambil memencet tombol interkom.

"Aku,"

Gue memicingkan mata mendengar suara itu. Seperti kenal dan familiar ya. Merasa aman, gue membuka pintu. Bucket bunga langsung menyapa dan gue makin terkejut saat tahu siapa yang datang.

"Lho, ada perlu apa kesini??!!"

🐤🐤🐤🐤

(after) Married You ❌ KJD ✅Où les histoires vivent. Découvrez maintenant