Nineteen

2.4K 116 44
                                    

"SIAPA YANG KALIAN BILANG MURAHAN??!!"

Gue mengurungkan niat untuk menonjok wajah Baekhyun. Kami sama-sama terkejut saat tahu siapa yang sudah berada di ambang pintu, menatap penuh amarah bergantian pada gue dan Baekhyun. Seketika gue lepas cengkeraman di kerah Baekhyun, bahkan gue mundur beberapa langkah saking terkejutnya.

"A - Ayah!" lirih gue.

"Sa - sajangnim?" elah si tengil ikutan gelagapan juga.

Ayah menghampiri kami, tatapannya seolah sanggup menembus netra gue. Beralih pada Baekhyun pun tatapannya masih senyalang itu. Kami berdua mengkeret dan hanya bisa menunduk.

"Kenapa semua bisu? Siapa yang kalian bilang murahan?"

"Sejak kapan Ayah ada disini?"

"Kenapa? Kalian terkejut?"

"..."

"Ayah dengar semuanya. Apa hubungannya Nana dengan wanita murahan? Kenapa kalian saling memukul seperti ini?"

"..."

Gue dan Baekhyun sama-sama terdiam. Jangankan untuk menjawab, menatap wajah ayahpun gue ga berani. Seperti anak SMA yang tertangkap basah saat tawuran, kami menunduk.

"JAWAB!!!"

Habis sudah kesabaran ayah. Itu artinya riwayat gue pun patut dikhawatirkan. Gue beranikan diri mengangkat wajah. Menatap wajah ayah yang penuh dengan ekspresi marah, meski ada juga gurat bingung disana.

"Itu...sebenarnya...begini. Hmmm begini..."

"JAWAB YANG BENAR!!!"

Helaan nafas kasar keluar dari Baekhyun. Dia pun mulai mengangkat wajahnya menatap ayah, bos besar yang selalu dia segani. Ayah pun berpaling menatap Baekhyun.

"Ada yang mau kau ceritakan padaku, Baek?"

Tanpa gue duga, Baekhyun menceritakan semuanya dengan lancar. Urutan ceritanya pun sangat jelas. Parahnya lagi dia menirukan semua kalimat kasar gue pada Nana malam itu tanpa sensor. Tiap kata, umpatan, bentakan dia copas dengan sempurna. Membuat ekspresi wajah ayah yang tadinya memang sudah marah, semakin memerah karena murka.

"Seperti itu cerita lengkapnya, Sajangnim!"

Ayah terdiam. Suasana di ruangan ini menjadi lebih menegangkan dari pada pertengkaran gue dan Baekhyun tadi. Hingga...

PLAAKKKK

Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri gue. Sudut bibir yang sudah berdarah semakin terasa nyeri saja. Jangan tanyakan tamparan itu dari siapa, bahkan dengan mata terpejam pun gue tahu.

"Apa Ayah pernah mengajarimu untuk berperilaku dan berkata sekotor itu, Chen??!!!! Apa kamu pernah melihat Ayah memperlakukan Bundamu serendah itu???!!!"

"..."

"Dimana otak dan hati nuranimu???!!! Apa pantas seorang suami menyakiti istrinya lahir batin??!! Apa ini hasil dari didikan Ayah Bunda selama puluhan tahun padamu???!!!!"

"..."

"CHEN????!!!"

"Maaf!" hanya kata itu yang mampu keluar dari mulut gue. Masih dengan menunduk tentunya.

"Istrimu hamil, kamu menuduhnya berselingkuh, mengatainya dengan kata-kata tidak pantas, lalu kamu juga mengasarinya???!!!! Ayah malu mengakuimu sebagai anak!!!"

"Maafkan Chen, Yah!"

"Bukan pada Ayah harusnya kamu mengucapkan itu! Temui Nana, dapatkan maaf darinya bagaimanapun caranya. Mengerti???!!!!"

(after) Married You ❌ KJD ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang