Nine

2.7K 92 7
                                    

"Daddy masih lama ya, Mommy?"

"Enggak sayang, bentar lagi kok. Sabar ya!" gue usap rambutnya. Seojun sepertinya sudah lelah dan mengantuk. Sekarang sudah hampir jam sebelas malam. Gue, Seojun, dan Baekhyun ada di ruang tunggu kedatangan bandara karena Mas Dae pulang malam ini. Kami menunggu agak lama karena pesawat sempat delay.

Gue pun agak lelah sebenarnya. Banyak deadline di kantor dan ada beberapa berkas yang perlu banyak revisi, jadilah gue pulang larut. Untungnya masih sempat menjemput ke bandara, kangen banget sama laki gue.

"Ojun tidur di gendongan Om mau ga?" Baekhyun menawarkan diri, mungkin merasa kasihan Seojun terlihat sangat tidak nyaman.

Malam ini Seojun menginap di apart gue karena Kak Yoona ada urusan dengan kerjaannya. Daripada dia harus diantar ke rumah Bunda yang jauh, gue menawarkan diri untuk tempat menginap sampai besok pagi. Seojun akan dijemput Eomma-nya sebelum berangkat sekolah.

Mendengar tawaran Baekhyun, Seojun mengangguk ringan.

"Berat lho, Nyet! Kuat?"

"Jangankan Ojun, gendong lo aja kuat kok gue!" ucapnya sambil memainkan alis.

Gue keplak aja kepalanya pakai tas Seojun yang gue bawa. Dia malah terkekeh.

"Lo lupa pernah gue gendong dulu pas pingsan di kampus?"

"Kan dulu, sekarang gue lebih berat!"

"Masa?? Keliatan sama aja kok! Coba sini gue gendong!" Baekhyun sudah bersiap merangkul bahu gue, padahal sebelah tangannya lagi gendong Seojun.

"EHEM!!"

Bisa pas banget gitu moment-nya buat bikin salah paham.

"Bahagia banget pemandangannya, seperti keluarga yang mau liburan!" sindir Mas Dae sarkas.

Gue segera mendorong Baekhyun menjauh. Berlari kecil menghampiri Mas Dae dan memeluknya.

"Kangen! Jahat banget sih jarang telpon aku!"

"Maaf ya, kerjaan aku banyak banget disana. Aku lebih kangen kamu!" Mas Dae semakin mengeratkan pelukan.

Gue mengendurkan pelukan dan menatap matanya, gue usap lingkaran hitam di bawahnya, "Pasti tidurnya ga teratur!"

Dia hanya terkekeh lalu mengecup bibir gue singkat.

"Mohon maaf, ini tangan saya rasanya mau mati rasa. Jadi, kapan kita ke mobil?" Si Oncom menginterupsi kami dengan nada sopan tapi sinis, alias nyindir.

"Kenapa ada Ojun?"

"Kak Yoona lagi sibuk, daripada diantar ke rumah Bunda kan jauh, aku tawarin aja untuk nginep di rumah. Dia juga seneng banget bisa ketemu kamu!" jawab gue, kita sudah berjalan menuju parkiran dengan sebelah tangan Mas Dae memeluk pinggang gue.

"Trus dia tidur dimana?"

"Ya sama kita lah, Mas. Ojun mana berani tidur sendiri!"

"Sama kita??!!!! Kok sama kita sih!! Suruh tidur di kamar tamu aja!!"

"Kok gitu sih? Kasihan lah, tar dia bangun sendirian malah nangis lho!"

"Biarin, kan udah besar! Pokoknya aku mau tidur berdua sama kamu. Titik!"

"Kejam banget kamu, Mas. Cuma semalem aja, besok pagi udah dijemput sama Kak Yoona."

"Ga mau tahu!"

"Kok gitu?"

"Ya kamu yang kok gitu, masa ga paham sih maunya aku apa?!"

"Apa?"

"Kan gue udah bilang Pak, Nana itu cewek paling tidak peka sejagat raya. Harus ektra bibir kalau ngomong sama dia!" ini si cabe malah ikutan nimbrung.

"Heh Oncom Pengkolan, diem lo ga usah ikut-ikut! Apa hubungannya tidur sama peka?"

"Tuh kan Pak, udah gue serempetin masih ga paham juga dia!"

Mas Dae masuk mobil dengan menutup pintu keras. Ini gue makin ga paham maksud laki gue ngambek apaan. Salah gue dimana coba? Baru ketemu udah marahan lagi kan kita. Ini gue ga peka apaan sih?

Gue duduk di belakang dengan paha dijadikan bantal untuk Seojun. Lelap banget tidurnya, pasti dia capek banget. Sementara Mas Dae dan Baekhyun berbicara pelan, sayup gue dengar seperti membicarakan hasil meeting di Jeju.

Sampai di apart, Baekhyun langsung pulang tanpa mampir. Ini hampir dini hari juga dan besok kami semua harus tetap bekerja. Mas Dae menggendong Seojun dan benar-benar menidurkannya di kamar tamu!!! Astagaaa, laki gue ketempelan demit tega ini dari Jeju!!

"Mas, kok ditidurin disini sih?!" bisik gue saat Mas Dae selesai menidurkan Seojun. Sepelan mungkin agar tidak mengganggu tidurnya.

Mas Dae menarik tangan gue keluar kamar, lalu menutup pintu dengan hati-hati. Tanpa berucap apapun dia tetap menarik tangan gue untuk masuk kamar. Sampai di kamar, gue lepas jas dan dasinya. Hari ini dia meeting sampai jam berapa sih? Naik pesawat pun masih pakai baju resmi gini.

Saat masih fokus melepas dasinya, dia menarik pinggang gue sampai tubuh kami menempel erat. Gue menatapnya curiga, sedangkan dia malah menunjukkan smirk. Dasi yang sudah terlepas gue ikatkan ke matanya.

"Yaaakk!!!" pekiknya yang gue balas dengan tawa ringan.

"Lagian lihatnya gitu banget, Mas! Macam om-om mesum!"

Dia melepaskan ikatan dasi di matanya dan menarik kedua tangan gue. Mata gue langsung terbelalak saat dia melilit tangan gue, memborgolnya dengan dasi.

"Karena kamu nakal, jadi harus dihukum!"

Gue beralih menatapnya pias. Dihukum gimana nih maksudnya? Gue mau dicambuk gitu? Diikat di pintu lalu dibiarin tidur berdiri? Ya Tuhan, laki gue beneran kerasukan jin kejam nih!

"Mas, jangan natap gitu. Aku takut!"

Tahu dia malah gimana? Menyeringai, menampakkan serentetan gigi putihnya, lesung pipinya tak mampu menyembunyikan kesan seram dari ekspresinya. Kedua tangannya menangkup rambut gue dan menggulungnya ke atas, menampakkan leher jenjang gue polos.

"Maasss, aku beneran takut. Jangan gitu!" gue mulai merengek antara takut dan memelas agar ikatan di tangan gue dilepaskan.

"Memohon dulu, baru aku lepasin." ini dia ngomong sambil mendekatkan bibirnya di tepi rahang gue. Tentu saja bulu kuduk gue langsung meremang.

"Maashh!!"

"Ya sayang?"

"Memohon gimana?"

Kecupan bibirnya menelusuri rahang gue dari dagu hingga tepi telinga. Berulang kali naik turun yang membuat gue memejamkan mata. Sekuat tenaga gue gigit bibir bawah, meredam desahan. Bisa makin kalap laki gue kalau sampai mendengar suara laknat itu.

Ketiga kalinya gerakan sensual itu, dia berhenti tepat di daun telinga gue. Dengan suara yang super duper sexy, dia berbisik.

"Ride me tonight! That's your punishment, Babe!"

Gue menarik muka kebelakang, membuat kedua manik matanya menatap gue. Tanpa banyak kalimat pun harusnya gue sudah tahu, apa yang dia mau sejak di bandara tadi. Jadi ini yang disebut Baekhyun dengan tidak peka?

Sambil menelan ludah gue menggeleng pelan.

Salah.

Tanggapan gue salah!

Dia makin menyeringai, sedetik kemudian menyambar bibir gue kasar. Masih dengan tetap melumat, dia mengangkat tubuh gue dan menghempaskannya ke ranjang. Jangan lupakan tangan gue yang masih terikat, terkungkung tanpa bisa meremas rambutnya. Sialan!!!

Seperti yang dia bilang, gue harus menjalankan hukuman, berjam-jam tanpa jeda. Dengan posisi benar-benar seperti pesanannya. Hanya mampu berdoa semoga besok pagi gue bisa bangun tepat waktu dan berjalan normal.

🐤🐤🐤🐤

(after) Married You ❌ KJD ✅Where stories live. Discover now