Sixteen

2.3K 114 27
                                    

BAEKHYUN POV

Segala macam doa yang bisa gue inget terus menerus gue rapalkan. Gue udah ga peduli lagi dengan lengan kanan hoodie yang penuh dengan darah. Tangan gue fokus mengelus semua bagian wajah Nana yang ada di pangkuan gue. Semuanya pucat pasi, kulitnya sedingin es. Tanpa sadar mata gue basah.

"Na, jangan gini donk! Gue takut beneran!"

"Lo harusnya bahagia donk, Na! Lo kan janji sama gue buat bahagia."

Sopir taksi berulang kali melirik ke belakang. Mungkin dia berpikir gue gila kali ngomong sendiri. Gue emang gila gara-gara wanita ini.

Sampai di rumah sakit, gue langsung menggendong Nana dan berlari menuju UGD. Bodo amat semua orang ngeliatin gue. Baju penuh darah, mata sembab, dan mulut yang terus menerus berteriak agar semua orang menepi, tampilan gue benar-benar jauh dari kata pantas.

Setelah Nana dikerumuni suster, gue keluar dan terduduk di depan ruangan. Gue sampai lupa harus menghubungi siapa. Tentu saja suami Nana yang tak lain adalah bos gue sendiri bukan termasuk dalam list orang yang akan gue hubungi. Tapi gue juga ga berani ngasih tahu keluarga Nana. Gue bingung takut keadaan makin parah.

Satu jam kemudian dokter keluar dan menemui gue. Sambil bergerak lemas, gue mengikuti dokter ke ruangannya.

"Pak, gimana kondisinya?"

"Syukurlah tidak parah. Anda cepat tanggap sehingga pasien dan janinnya bisa diselamatkan."

"Janin??!!!"

"Iya, Anda belum tahu kalau istri Anda sedang hamil? Usia kandungannya masih 3 minggu."

Istri gue? Pengen banget gue angguki ucapan itu. Tapi tunggu dulu, Nana hamil? Kenapa dia tidak cerita? Jadi dia diperlakukan sekasar itu saat sedang hamil?

Kedua tangan di atas paha gue terkepal erat. Gue pastikan Kim Jongdae akan jadi alasan gue dianggap kriminal kalau sampai terjadi apa-apa pada Nana. Bisa-bisanya dia menyakiti istri dan calon anaknya seperti itu. Bayangan Nana ditepis dan didorong membuat amarah gue semakin besar.

"Pak, tolong istrinya dijaga ya. Trimester pertama itu sangat rentan. Selain fisik, psikis si ibu juga harus dijaga. Pemikiran yang buruk bisa membuat janin berkembang dengan tidak maksimal. Janin bisa bertahan sampai saat ini karena beruntung bukan perutnya yang terbentur."

Gue masih terdiam. Ini gue bingung mau jawab apa. Dokter lancar banget ngucap "istrinya" bikin gue pengen khilaf aja.

"Iya, Dok!"

"Ini resep vitaminnya, usahakan diminum sampai habis ya. Demi kesehatan ibu dan janinnya. Sebentar lagi pasien akan dipindah ke ruang rawat."

Gue keluar ruangan dan berjalan gontai menuju UGD. Tepat saat itu ranjang Nana didorong dua suster menuju ruang inap. Gue mengikuti di belakangnya dalam diam. Terlalu banyak yang berkecamuk di pikiran gue. Semuanya tentang Nana dan anaknya, sayangnya itu anak Kim Jongdae.

Gue duduk di tepi ranjang Nana sambil memegang tangannya. Wajahnya sudah tidak sepucat tadi dan suhu tubuhnya juga berangsur normal. Semburat merah juga mulai terlihat di pipinya. Gue rapikan anak rambut yang menutup dahi dan sedikit di pelipisnya.

Entah karena pergerakan gue atau karena efek obat bius sudah habis, Nana mulai membuka matanya. Gue dengan sigap segera memencet tombol dan tak berapa lama suster pun datang. Setelah memeriksa, suster pun pergi.

"Baek..."

"Diem lo! Gue marah sama lo!"

"Baek..."

"Lo jahat banget sama gue, Na! Bisa-bisanya lo sekarat tepat di depan mata gue! Lo kira lucu bercandaan kayak gitu?!" susah payah gue berucap sambil menahan air mata.

(after) Married You ❌ KJD ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang