Sepi. Tidak ada pergerakan atau suara dari dalam.

"Mas?"

Masih sepi. Apa dia tidur ya?

Perlahan gue putar kenop pintu dan melongokkan kepala. Kamar gelap sekali. Gue masuk dengan hati-hati agar tidak mengagetkannya. Benar, dia tidur. Kenapa harus gelap gulita begini? Kan bisa nyalain lampu tidur.

Gue mendekat ke nakas untuk menyalakan lampu tidur saja agar ruangan tidak tiba-tiba terang.

"Mas, ayo bangun! Makan malam dulu sebelum tidur," seru gue sambil menepuk bahunya ringan. Bau sabun menguar dari tubuhnya, artinya dia sempat mandi dulu sebelum tertidur.

Belum ada pergerakan. Pasti terlalu lelah, dia tidur sampai sangat pulas.

"Mas," gue beranikan diri mengusap pipinya.

Tunggu...

Gue letakkan tangan di dahinya. Astaga, dia demam!!

"Mas, kamu sakit?"

"Hng,"

"Mas? Bangun dulu. Kamu demam?"

Perlahan dia membuka matanya.

"Nana?"

"Ya, ini aku. Kamu demam? Kening kamu panas!"

"Kapalaku pusing, dingin juga!" jawabnya dengan suara parau dan lirih. Menarik selimut menutupi tubuhnya rapat hingga leher.

Segera gue ambil termometer di laci nakas.

39°C

"Tunggu, aku ambilin kompres!"

Saat akan berdiri, tangan gue kembali ditarik, "Jangan pergi!"

"Cuma ke dapur ambil kompres, Mas".

"Ga usah,"

"Ya terus gimana? Ini kamu demam tinggi!"

"Di sini aja,"

Dia mencengkeram pergelangan tangan gue erat sekali. Rasanya hati gue seperti diremas kuat, perih melihatnya sampai sakit seperti ini. Gue benar-benar bukan istri yang baik.

Segera gue peluk dia. Posisinya yang masih tidur menyamping membuat gue mendekap lengannya. Tubuhnya tetap terasa panas meski tertutup selimut serapat ini.

"Maaf!" lirih gue.

"Untuk apa?"

"Kak Dyo sudah cerita semua".

"Dyo?!! Dia kesini?"

Gue mengangguk, "Bang Suho dan Kak Yoona juga. Mereka sudah menjelaskan semuanya ke aku".

"Suho dan Yoona Noona?"

"Maaf! Aku ga tahu kalau masalahnya seperti itu. Harusnya aku dengar dulu penjelasan kamu dan Baekhyun," air mata gue sudah luruh bersamaan dengan permintaan maaf yang tak berhenti terucap.

Dia melepas pelukan gue dan berusaha untuk duduk.

"Jangan nangis, Na. Sini!"

Dia menarik gue ke dalam pelukannya. Bukannya berhenti, gue malah semakin menangis kencang di dadanya. Menautkan kedua tangan dengan sangat erat di punggungnya. Kulit yang saling bergesekan membuat gue semakin sadar bahwa suhu tubuhnya memang sangat tinggi.

Belaian lembut bisa gue rasakan di rambut dan punggung. Dia tidak bicara apapun, hanya membiarkan gue menangis dengan puas. Sampai tangis gue hanya bersisa isakan-isakan kecil, dia merenggangkan pelukan dan menangkup kedua pipi gue.

(after) Married You ❌ KJD ✅Where stories live. Discover now