"Makasih, Baek!"

"Ga usah makasih, gue ga terima!"

Dia tersenyum, manis banget. Gue makin pengen jagain lo, Na!

"Kenapa lo ga bilang kalau hamil?"

"Gue juga baru tahu kemarin, Mas Dae juga belum tahu."

"Ga usah nyebut laki lo disini! Asal lo tahu ya, andai lo ga hamil gue bakal kirim surat cerai buat si brengsek sialan itu! Seenak aja dia bentak-bentak dan kasarin lo!"

"Jangan gitu."

"Sumpah ya Na, kalau sampai terjadi apa-apa sama lo, gue ga masalah masuk penjara karena habis bunuh orang!"

Bisa gue lihat tatapan Nana berubah takut. Tapi tatapan mata gue sudah takut sejak tadi. Takut sahabat yang paling gue sayangi ini pergi dan ga bakal bisa gue peluk lagi.

"Baek, gue bisa minta tolong?"

"Apapun,"

"Jangan bilang siapapun kalau gue disini."

"Termasuk keluarga lo?"

Dia mengangguk.

"Satu lagi,"

"Kebanyakan minta tolong lo! Lama-lama gue jadi sukarelawan di hidup lo!"

Lagi dan lagi, dia tersenyum.

"Bikinin surat resign dan kirim ke kantor gue."

"Lo yakin mau resign? Lo kan seneng banget kerja disana, sesuai bidang yang lo mau."

"Tolong ya, Baek!"

"Demi lo, Na! Lo minta dibawain Patung Liberty juga gue iyain. Miniaturnya tapi hahaha!"

Dia terkekeh pelan. Gue kangen umpatan dan tawa riang lo, Na. Harusnya lo tertawa dengan pilihan hidup yang lo ambil, bukan tersiksa seperti ini. Kenapa pula harus mantan dosen dan sekarang bos gue sendiri yang jadi suami lo. Gue bawa kabur juga ini bini orang, Ya Tuhan!

"Kata dokter gimana, Baek?"

"Lo dan anak lo sehat. Tapi keadaan lo lemah banget jadi harus istirahat disini beberapa hari dulu. Vitamin dari dokter juga harus lo habisin. Lo ga boleh stres!"

"Makasih ya, Baek. Gue ga tahu lagi harus bilang apa ke lo. Gue..."

"Lo sembuh dan bisa ketawa sama ngumpat gue kayak biasa itu udah cukup. Ga usah bilang makasih lagi!"

"Gue cariin jodoh aja gimana?"

"Lo aja jadi jodoh gue gimana? Tinggalin suami lo, gue yang jadi bapaknya si jabang bayi!"

"Lucu becandaan lo, Nyet!"

"Serius gue! Cerai aja sama suami lo! Toh suami lo udah jijik sama lo!"

Salah ngomong nih gue. Reflek gue tutup mulut gue. Ekspresi Nana juga langsung berubah murung. Yah, padahal baru aja dia bisa senyum dan manggil gue "Nyet"  lagi. Mulut gue nih kadang ga bisa dikontrol kalau emosi.

"Maaf Na, gue ga maksud gitu."

"Lo bener. Mas Dae udah jijik sama gue. Dia udah ga mau lagi deket gue."

"Dia cuma salah paham, Na. Dia belum denger penjelasan apapun kan? Percaya sama gue, dia ga bermaksud ngomong gitu. Dia mabuk!"

"Gue murahan ya, Baek?"

"Enggak!! Lo berharga!! Sumpah ya, sebenernya gue pengen robek mulut laki lo!!"

Gue mulai berdiri dan memeluk Nana. Dia menangis sesenggukan. Gue peluk erat sambil gue usap punggungnya. Semua ucapan si brengsek emang keterlaluan. Dia belum tahu aja, ada begitu banyak laki-laki yang rela ngantri buat dapetin Nana.

"Lo bukan cewek murahan, Na. Semua hal yang ada di diri lo tuh berharga. Banyak orang yang sayang sama lo. Jadi plis jangan sedih gini. Kasihan bayi lo. Kata dokter, dia bisa tahu kalau mamanya sedih."

Gue melepas pelukan dan memegang kedua bahu Nana. Dia menatap gue sendu.

"Janji sama gue kalau lo ga boleh sedih lagi. Oke? Demi anak lo!"

Dia mengangguk dan tersenyum kembali.

Kalau gue ga bisa jadi alasan lo tersenyum, setidaknya gue bisa jadi orang yang lihat lo selalu tersenyum, Na! - Baekhyun.

🐤🐤🐤🐤

Hai hai...episode kemarin banjir emosi dan umpatan ya 😅😅

Mau infoin kalau GRAVITY sementara hold dulu ya...
Ini bener-bener di luar rencana, dua story yang kubuat bisa masuk konflik barengan...
Jadi, aku selesaikan masalah anak bebek ini satu-satu dulu...
Bukan pekara apa sih, hatiku ga sanggup kalau lelaki tampan ini harus brengsek di kedua sisi #halah 😆

Untuk yang minta double up, aku minta maaf banget itu beneran susah buat kuwujudin...
Tapi aku usahain untuk selalu up dengan jarak waktu tidak terlalu lama, untung-untung bisa tiap hari ya...

Terima kasih untuk semua apresiasi yang kalian tunjukin, beneran aku seneng banget 😍😍😍

(after) Married You ❌ KJD ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang