Empat Puluh Delapan

6.1K 221 0
                                    

Rea merasa merinding. Ia mendengar suara tapak kaki seseorang dari belakang. Rea ingin menoleh, tapi ia cukup takut dengan hal-hal tak terduga yang akan terjadi.

"Ren, lo dengar sesuatu?"

"Apaan?" Reno menatap kaca spion untuk melihat wajah Rea. Tidak, dalam spion itu bukan hanya Rea, tapi di belakang Rea ada seseorang yang membawa batang kayu dengan pakaian serba hitam.

Belum sempat Reno menoleh, orang itu sudah memukul tengkuk Rea hingga perempuan itu berteriak dan tak sadarkan diri di dalam pelukan Reno yang sudah turun dari motornya.

"Siapa, lo?" tanya Reno sedikit membentak.

"Jangan sentuh Rea! Turunin Rea sekarang! Cepat!" bentak orang yang memukul tengkuk Rea. Reno yang sudah khawatir bukan main, akhirnya menurunkan Rea dan membaringkannya di jalan, di samping motornya.

Belum sempat Reno bertanya, orang itu tiba-tiba menyerang Reno dengan batang kayu yang ia pegang. Pukulan pertama, Reno sempat tumbang. Namun Reno berusaha melawan pada pukulan selanjutnya.

Tanpa di sadari, Rea dibawa pergi. Membawa Rea ke tempat yang sudah kedua orang itu rencanakan.

Sesampainya di gudang kosong, orang itu membaringkan Rea dan segera membangunkan Rea dengan mempercikkan air putih yang ia bawa.

"Rea, bangun!" gertak orang itu berusaha membangunkan Rea.

Hingga beberapa menit kemudian, Rea bangun dengan sedikit kaget dan langsung menangis khawatir.

"Lo siapa?" tanya Rea ketakutan.

"Jangan takut, Re. Ini gue Claudia," ucap orang di hadapan Rea sambil membuka masker yang ia kenakan.

Rea masih sedikit merasa waspada.

"Ngapain lo di sini, Claud? Mana Reno?" tanya Rea mulai merasa sangat cemas.

"Tolongin gue, Re. Sekarang Reno lagi berantem sama Allan. Allan yang tadi mukul lo dari belakang." Rea mengerutkan dahi berusaha mencerna ucapan-ucapan dari Claudia.

"Maksud, lo? Kalian berarti udah ngerencanain ini semua?" tanya Rea memastikan. Claudia menggeleng cepat.

"Bukan, Re. Allan yang susun rencana ini. Gue cuma ikut apa yang dia omongin dan kita sepakati," jelas Claudia. Rea menangis ketakutan dan memikirkan keadaan Reno.

"Allan bahaya buat Reno, Claud! Lo ceroboh! Lo salah kalau milih Allan buat susun rencana kayak gini!" bentak Rea dengan menangis.

Claudia sangat merasa bersalah. Ia sedikit terisak dan menatap Rea dengan berkaca-kaca.

"Maafin gue, Re. Gue salah." Rea menghela napas pelan dan memeluk Claudia erat. Ia tidak tega jika harus menyalahkan Claudia saja.

"Nggak apa-apa. Sekarang antarin gue ke tempat Reno." Claudia merasa panik seketika bercampur ketakutan

"Jangan! Allan bahaya, Re," ucap Claudia.

"Reno juga dalam bahaya, Claud!" Rea merasa sangat marah. Ia tidak ingin orang yang sangat ia sayangi terluka.

"Allan suka sama lo, Re," lirih Claudia. Rea kaget bukan main. Tidak mungkin Allan menyukainya.

"Lo bohong. Itu nggak mungkin!"

"Gue serius, Re. Sebenarnya yang bisa nenangin Allan juga cuma, lo." Rea mengerutkan dahi berpikir kerasa bagaimana caranya ia dapat menyelamatkan Reno.

"Claud, sekarang lo ikutin perintah gue, ya." Claudia mengangguk diam. "Lo keluar liat keadaan Reno. Biar gue di sini nungguin Kak Allan. Mau kan?"

"Tapi kalo lo sendiri di sini, itu justru bahaya"

"Ikuti aja yang gue perintahin, Claud. Masalah nanti, biar gue atasi. Oke?" Rea berusaha membujuk Claudia. Bahkan kedua tangan Rea menyatu seolah memohon.

Claudia yang menatap Rea seperti itu hanya bisa mengangguk dan menghela napas.

"Yaudah, iya,"

Rea tersenyum lega, "Nanti kalau Allan nggak ada di sana, buruan bawa Reno ke tempat yang aman ya. Gue minta tolong sama lo."

Claudia mengangguk dan menunjukkan jari jempolnya tanda menyetujui.

Claudia memakai kembali maskernya sembari berdiri bersiap keluar dari gudang tak terpakai yang mereka tempati saat ini.

"Gue keluar ya. Baik-baik sama rencana lo sendiri, Re," ucap Claudia. Rea tersenyum sembari mengangguk sebelum akhirnya Claudia keluar dari gedung untuk melihat keadaan luar.

Rea duduk di dalam gudang. Berpura-pura pingsan agar Allan tidak curiga.

Beberapa menit kemudian, Allan datang dengan masih memakai masker dan pakain serba hitamnya.

Rea merasa gemetar dan tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Rea ingin sekali membuka matanya untuk melihat apa yang akan dilakukan Allan selanjutnya. Namun untuk bernapas saja Rea terlalu takut.

"Nggak usah pura-pura pingsan Rea sayang. Aku udah tahu kamu sebenarnya masih sadar," ucap Allan yang saat ini jongkok dengan menumpu salah satu kakinya dan terkekeh pelan.

Rea bingung harus apa sekarang. Tapi, hanya satu nama yang sedari tadi terlintas di pikirannya.

Bagaimana keadaan Reno sekarang.

--------------
TBC

REANA [SELESAI]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant