Tiga Puluh Tiga

6.8K 257 26
                                    

Hari ini Rea berangkat sekolah menggunakan taksi. Tidak seperti biasanya yang diantar oleh Reyhan ataupun Papa nya.

Rea meminta agar Reyhan lebih baik menjaga Mama, sedangkan Papa pergi ke kantor agar tidak terlambat. Awalnya Papa Rea bersikeras menegaskan anaknya agar di antar saja. Tapi Rea tetap dengan pendiriannya. Dan taksi pun di pesan setelah beberapa menit kemudian.

Sesampainya di kelas, Rea duduk di bangku yang langsung dikerubungi ketiga sahabat curut nya.

"Gimana kabar Mama lo, Re?" tanya Vika yang berdiri di depan meja Rea.

"Masih sama kayak kemarin," jawab Rea menghela napas pelan.

Laras menjitak pelan kepala Vika yang membuat sang empu mengaduh dan mendelik kesal.

"Gara-gara pertanyaan lo, Rea jadi nggak mood tuh. Dasar bocah," ketus Laras yang membuat Vika menyengir tak bersalah.

"Gue baik-baik aja kok. Tanya apa aja silahkan. Santai sama gue lah ya." Vika memeletkan lidah ke arah Laras seolah berkata bahwa Rea saja tidak masalah, tapi lo yang sewot.

Saat Laras ingin membalas gerakan dari Vika, bel masuk berbunyi yang langsung membuat murid seketika kembali ke tempat duduknya masing-masing.

***

Sekarang Rea berada di kantin bersama ketiga sahabatnya. Dari tempat duduknya, Rea dapat melihat Reno yang sedang asik bercengkrama dengan Aletta.

"Jangan diliatin terus, Re. Kasihan hati lo," ucap Laras yang membuat Rea mencebikkan bibirnya.

"Sok tau amat. Hati gue bahagia terus nih." Laras yang mendengar kalimat dari Rea yang baru saja terlontar, langsung memukul pelan lengan Rea.

"Gue emang tau ya, tolol!" ucap Laras dengan kedua mata melotot.

Rea hanya mengangguk dan menjawab dengan dehaman pelan. Tak lama, bunyi handphone Rea terdengar pertanda pesan masuk.

RenoAdtm
Nanti pulang bareng gue ya, Re.

ReaAzhr
Kenapa?

RenoAdtm
Bang Rey minta tolong.

ReaAzhr
Oh oke deh

RenoAdtm
Sekalian gue mau bicara. Lagi bahagia banget gila.

ReaAzhr
Alay lo

RenoAdtm
Bodoamat.

Rea sedikit terkekeh membaca pesan alay dari Reno. Sikap Rea itu memang mendapat perhatian dari ketiga sahabat nya. Namun mereka hanya diam dan melanjutkan kesibukan masing-masing hingga jam istirahat selesai. Membuat mereka harus kembali ke kelas melanjutkan mata pelajaran.

***

"Lo kelihatan senang banget, Ren. Kenapa nih?" tanya Rea yang saat ini duduk di bangku cafe tempat mereka untuk berbincang.

Saat pulang sekolah, Reno mengajak Rea untuk mampir ke suatu tempat. Dan Rea menyarankan di tempat ini saja. Cafe para remaja yang saat ini sedang banyak diperbincangkan di daerahnya.

"Lo pasti tau kan?" Rea mengangkat salah satu alisnya pertanda bingung. Reno mendengus. "Gue sama Aletta makin deket."

"Oh iya-iya. Ternyata itu. Kalo itu juga gue tau," ucap Rea sedikit terkekeh. Tak urung, Rea sedikit tak nyaman dengan pembahasan ini.

"Nah, tapi gue masih bingung apa yang gue rasain ke dia," balas Reno menghela napas pelan.

Rea mengangguk mengerti sambil memikirkan pertanyaan yang sejak tadi membuat hatinya merasa sesak. Sulit untuk diungkapkan.

"Ren, sekarang perasaan sebenarnya, lo suka sama siapa? Si Aletta?" tanya  Rea terkekeh di akhir kalimatnya.

Rea bertanya akan hal ini benar-benar karena hatinya tak kuat lagi. Rea merasa sesak dan memang seharusnya ini diluruskan. Perasaan bukan main-main.

"Iya, Re. Gue kayaknya emang suka sama Aletta. Kalo lo siapa? Kasih tau gue dong."

"Gue suka sama lo, Ren. Apa lo nggak nyadar selama ini?" batin Rea.

"Ada deh. Lagian nggak penting juga gue kasih tau lo," ucap Rea sedikit gugup atas pertanyaan yang Reno berikan kepadanya.

"Nggak apa-apa kali, Re. Santai aja sama gue. Kasih tau lah," paksa Reno menuntut jawaban Rea atas pertanyaannya.

Rea bingung harus menjawab apa, sedangkan Reno lah orang yang selama ini di cintai nya. Rea takut setelah Reno mendengarkan jawabanya, lelaki itu akan menjauhi dirinya.

Sebenarnya Rea akan lebih rela menjadi tempat curhatan Reno tentang perempuan yang disukainya, walaupun curhatan Reno membuat hatinya terluka. Dari pada Reno menjauh dan tidak seakrab sekarang.

Rea sangat gugup untuk saat ini. Tapi sedari tadi Reno selalu mendesaknya untuk berkata jujur siapa orang yang selama ini dicintainya. Dengan terpaksa Rea akan menjawab jujur, mungkin saja Reno akan menerima nya.

"Gue cinta sama lo, Ren. Tapi gue nggak maksa lo buat bales perasaan gue kok," ujar Rea sedikit ragu dengan kalimatnya yang terakhir.

Setelah Rea mengucapkan kalimat itu, Reno terdiam sejenak karena kejujuran Rea yang sangat membuatnya kaget.

Selama ini Reno memang merasakan, di setiap perhatian kecil Rea kepada dirinya melebihi perhatian seorang sahabat. Tapi Reno akan merasa bersalah jika dia menolak Rea mentah-mentah. Karena selama ini Reno hanya menganggap Rea adalah sahabatnya. Tidak lebih.

"Gue akan berusaha buat balas cinta lo, Re. Karena mencintai nggak semudah membalikkan telapak tangan," jawab Reno agar tidak menyakiti perasaan Rea yang selama ini sudah menjadi sahabatnya dan selalu mendengarkan curhatan tentang perempuan yang disukainya.

"Jangan bikin harapan, Ren. Gue takut suatu saat lo nggak bisa menepatinya," ucap Rea dalam hati sambil menatap manik mata coklat Reno lekat.

--------------
Alhamdulillah udah masuk ke inti cerita!

REANA [SELESAI]Where stories live. Discover now