Lima Belas

8K 295 28
                                    

Rea mimijit pelipisnya dengan kedua tangannya. Sungguh, kepalanya sangat pusing. Rea bangun dari tidurnya, dan melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Rea ingat, kemarin ia datang ke Club untuk menemui Reno dan ingin menyuruh lelaki itu agar segera keluar dari tempat sesat itu. Namun saat sampai di sana, Rea tidak melihat Reno sama sekali. Saat ia sedang mencari-cari Reno di sekeliling, tiba-tiba ada seorang bertender datang dan mebawakan segelas minuman. Tidak,itu bukan minuman yang memabukkan. Hanya segelas air putih.

Awalnya Rea menolak, tapi bertender itu mengatakan
"semua orang yang datang ke club ini wajib meminum segelas air. Setidaknya air putih sudah cukup nona" ujar nya saat itu.

Rea menerimanya dan langsung mencari tempat duduk sambil meminum air putih yang sudah diberikan bertender itu. Rea menatap sekeliling mencari Reno sambil sesekali menyesap air putih yang berada ditangannya. Namun nihil, tidak ada Reno di club ini.

Tiba-tiba rasa pusing menyerangnya dan membuat Rea sedikit terhuyung sebelum akhirnya Rea jatuh pingsan. Rea sempat mendengar teriakan seorang lelaki yang sangat dikenalinya. Ya, itu suara kakaknya, Reyhan.

Rea hanya mengingat itu, setelahnya ia tidak mengingat apa-apa. Hanya melihat kakaknya yang sudah berada didepannya sebelum Rea memejamkan kedua matanya dan tidak sadarkan diri.

Oh tuhan, pasti kakanya akan bertanya-tanya mengapa Rea berada ditempat seperti itu.

Reyhan memang selalu datang ke club itu setiap malam minggu bersama teman-temannya hanya untuk sekedar hiburan. Mengapa Rea bisa melupakan hal itu?

Rea langsung menyibakkan selimut dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah mandi, Rea memakai pakaian santai dan segera turun untuk sarapan bersama keluarganya.

"Selamat pagi bang!" ucap Rea sambil mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"Hem." Rea hanya menghendikkan bahunya acuh saat mendengar jawaban abangnya yang terkesan dingin dan mulai menatap sekeliling.

"Dimana mama dan Papa?" tanya Rea kepada Reyhan.

"Mereka pergi keluar kota kemarin sore. Ada pekerjaan yang harus mereka selesaikan." Rea hanya ber 'oh' ria dan mengangguk-anggukan kepalanya berkali kali. "Apa yang kamu lakukan di tempat seperti itu Rea?" tanya Reyhan yang membuat Rea bingung harus menjawab apa.

"Em. Tempat apa yang abang maksud?" Reyhan menghembuskan nafasnya kasar dan meletakkan sendok yang tadi dipegangnya dengan sedikit membanting hingga menimbulkan bunyi yang membuat Rea sedikit terlonjak kaget.

"Jangen bertele-tele Rea! Jelaskan!" keringat dingin mulai bercucuran di dahi Rea.

Abangnya benar benar marah. Ini yang Rea takutkan dari Reyhan. Bahkan marahnya Reyhan bisa dibilang lebih seram dari kedua orang tuanya.

"Em ... anu ... bang ... itu ke ... kemarin Rea cuma ingin menemuin teman Rea," ujar Rea tergagap sambil meremas ujung bajunya.

"Teman mana yang kamu maksud?"

"Bang, kemarin Rea cuma mau nemuin temen Rea doang, tapi ternyata dia nggak ada di sana. Terus tiba-tiba ada bertender yang dateng ngasih Rea air putih. Awalnya Rea nolak, tapi kata bertender itu, semua pengunjung wajib minum. Setidaknya air putih. Akhirnya Rea nerima dan mulai minum. Tapi, tiba-tiba kepala Rea pusing dan akhirnya Rea pingsan." Reyhan menaikkan salah satu alisnya. Setau Reyhan, tidak ada prosedur yang menyarankan setiap pengunjung wajib minum setidaknya air putih.

"Tidak ada prosedur seperti itu Rea. Kamu sudah dibohongi."

"Tapi, siapa yang tega membohongiku bang?" tanya Rea sedikit heran dengan hal ini.

REANA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang