Tiga Puluh Dua

6.9K 234 15
                                    

Saat ini Rea berada di kamar rumah sakit tempat Mamanya di rawat. Duduk di sofa VIP ruangan sambil membaca buku pelajaran.

Rea izin tidak masuk sekolah untuk hari ini karena ingin sekali menemani Mamanya. Awalnya Papa dan Reyhan memaksa Rea untuk masuk sekolah. Namun karena sifat keras kepala yang ada pada diri Rea, membuat kedua lelaki berbeda usia itu mengalah.

Reyhan yang berangkat ke kampus, sedangkan Papanya yang berangkat ke kantor. Meninggalkan Rea yang saat ini berada di kamar tempat Mamanya di rawat.

Sesekali Rea menatap ke arah Mamanya yang sedang tertidur pulas. Raut wajah lelah masih tercetak jelas di wajah cantiknya. Seorang ibu yang telah melahirkannya kini harus berbaring di atas brankar dengan alat medis yang tertempel di beberapa bagian tubuh.

Akhir-akhir ini Rea malas sekali berangkat sekolah. Entahlah, tapi mood nya selalu buruk saat mengingat Reno.

Lelaki itu hanya sekali menjenguk bersama Bundanya. Satu minggu setelahnya, hingga sekarang lelaki itu tidak menjenguk lagi. Bahkan saat di sekolah pun bertegur sapa pun tidak.

Reno berubah. Wajahnya terlihat selalu bahagia, tapi sikapnya seolah melupakan Rea.

Rea terlepas dari lamunannya saat mendengar nada getar pesan masuk di handphone nya yang ia letakkan di atas meja.

Rea mengambil dan membuka pesan yang ternyata dari Reno.

RenoAdtm
Lo di mana? Kenapa nggak masuk sekolah?

ReaAzhr
Jagain Mama.

RenoAdtm
Oh yaudah. Sorry gue belum bisa jenguk lagi. Ada urusan sama Aletta.

Rea berdecak malas. Lelaki itu memang akhir-akhir ini tak pernah bosan menyebut nama Aletta. Bahkan saat Rea masuk sekolah waktu itu, Reno selalu bercerita tentang keseharian dan kedekatannya bersama Aletta. Benar-benar membuat Rea merasa muak.

ReaAzhr
Hm.

RenoAdtm
Jangan marah. Nanti gue sempetin dateng.

Rea hanya membaca pesan dari Reno. Perempuan itu melemparkan handphone ke sofa kosong di sebelahnya.

Merasa kesal dengan sikap Reno yang terkesan berbeda semenjak mengenal Aletta. Murid baru yang saat ini kelas XI IPS 3, sedangkan Rea dan Reno kelas XI IPA 1.

Rea menutup buku nya dengan kasar. Mood nya untuk belajar saat ini benar-benar hilang. Rea lebih memilih membaringkan tubuhnya di atas sofa. Memejamkan mata, hingga beberapa menit kemudian dirinya tertidur pulas.

***

Rea menatap Reno yang saat ini berada di hadapannya. Lelaki itu datang tepat di saat Rea baru saja terbangun dari tidurnya. Di jam pulang sekolah.

Rea mengajak Reno agar duduk di kantin rumah sakit saja. Sedangkan Reyhan yang akan menggantikan nya menjaga Mama.

"Lo kenapa akhir-akhir ini jadi cuek sama gue, Re?" tanya Reno setelah menyesap es cappucino miliknya.

Rea mendongak, menatap netra Reno dengan tajam, "Harusnya gue yang tanya itu."

Reno mengerutkan kening bingung dengan jawaban Rea yang terkesan jutek.

"Gue salah apa sama lo?" heran Reno.

"Semenjak lo kenal Aletta, gue ngerasa lo beda. Apapun yang lo ceritain ke gue, pasti tentang Aletta terus. Gue nggak suka," jawab Rea tersenyum paksa.

Reno menghela napas pelan. Lelaki itu memang merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Semenjak mengenal Aletta, Reno bersikap seolah tak mengenal Rea.

"Maaf. Tapi nggak bisa gue bohongin kalo gue bahagia setiap bahas tentang Aletta," balas Reno terkekeh. Rea hanya mengangguk berulang kali memaklumi remaja kasmaran yang di alami Reno.

"Yasudah, santai deh santai. Gue nggak apa-apa sih lo mau deket sama siapa aja. Yakan?" ucap Rea terkekeh dengan raut wajah bahagia yang ia tunjukkan.

Reno tersenyum lega dan ikut terkekeh. Keduanya mulai bercerita tentang banyak hal yang mereka alami. Tapi Reno lupa menceritakan kedekatannya dengan Aletta.

Reno merasa nyaman mengobrol dengan Rea hingga tak ada ingatan apapun untuk menceritakan tentang Aletta. Dan Rea bersyukur tentang hal itu.

Rea menatap lekat ke arah Reno yang bercerita dengan ekspresi wajah dan gerak-gerik yang begitu lucu. Membuat Rea merasa gemas.

Keduanya larut dalam obrolan hingga menjelang malam Reno harus pamit pulang terlebih dahulu saat mendapat pesan masuk dari Bundanya.

"Gue pulang duluan ya, Re. Titip salam buat Mama, Papa sama Bang Reyhan. Gue buru-buru," jelas Reno sedikit tak enak karena hanya titip salam tanpa menemui langsung.

Rea tersenyum, "Iya nggak apa-apa. Santai aja. Nanti gue salamin kok."

"Makasih, Re. Gue duluan ya. Jangan lupa jaga kesehatan. Bye!" ucap Reno sambil berjalan pelan melambaikan tangan. Rea membalas dengan lambaian tangan sebelum akhirnya Reno berjalan menjauh dan tak terlihat lagi saat berbelok di koridor yang berbeda.

Rea terenyum lega. Tapi batin dan pikirannya selalu berdebat saat menatap Reno. Rea ingin sekali mengungkapkan isi hatinya kepada Reno. Setidaknya dapat membuat hatinya tenang.

Tapi, ini seperti kata orang.
Di tahan sesak, di ungkapkan bisa merusak.

---------------------
TBC!

REANA [SELESAI]Where stories live. Discover now