Tiga Puluh Delapan

7.2K 274 3
                                    

Hari ini Rea masuk sekolah dengan mood yang sangat tidak mendukung. Bahkan jika dilihat sekarang, wajah Rea sudah cemberut kesal.

Saat masuk kelas dan berjalan ke bangku untuk duduk, Rea menghempaskan tasnya ke atas meja dengan bantingan. Tingkah laku itu tak lepas dari tatapan heran Desma, Laras dan Vika yang sejak tadi melihat Rea seperti orang frustasi.

"Idih, lo kayak emak-emak kurang belaian, Re." Rea mendelik kesal ke arah Laras yang saat ini sudah duduk di sebelahnya, sedangkan Desma dan Vika duduk di bangku depannya, memutar balikkan kursi agar menghadap ke arah Rea.

"Iya, Re. Lo kenapa pagi-pagi udah kayak orang putus cinta? Lo diapain sama Reno?" tanya Vika beruntun. Rea mencebikkan bibir saat mendengar perumpaan Vika seperti orang yang sedang putus cinta, walaupun ada benarnya juga sih.

"Gue sedih tau. Hari ini gue nggak mau masuk," jawab Rea pelan dengan wajah cemberut.

"Lah, kenapa nggak mau masuk? Lo udah dua hari dalam satu minggu izin mulu, Re," balas Laras heran.

"Apa karena lo mikir keadaan Mama lo, Re?" timpal Desma dengan kerutan dahi yang nampak jelas saat melontarkan pertanyaan tersebut.

"Iya, hari ini Mama gue operasi. Gue mau nemenin Mama, tapi Papa sama Reyhan ngelarang gue," lirih Rea sambil memukulkan kepalan tangan kanan ke telapak tangan kirinya.

"Ya wajarlah Papa lo ngelarang. Lo udah nggak masuk mulu. Kek orang pemalas," balas Laras yang membuat Rea melirik kesal ke arahnya.

"Diem lo! Bacot mulu buseh." Laras mendelik ke arah Rea dan memeletkan lidah mengejek.

Saat Rea ingin memalingkan wajah, Rea merasa ada seseorang yang sejak tadi melihatnya dari bangku yang berbeda. Rea mencoba menoleh ke bangku Reno. Tepat saat Rea menoleh, Reno memalingkan pandangan dari yang sebelumnya menatap bangku Rea.

"Lo liatin Reno, Re?" tanya Laras dengan senyum yang ia tahan.

"Iya. Kenapa? Masalah?" balas Rea nyolot tiada tara saat menjawab pertanyaan Laras.

"Lo sensi amat sama gue," ucap Laras.

"Iya lah, lo dari tadi bacot mulu sih." Laras mencebikkan bibir menggerutu kesal.

"Eh, asal lo tau ya, Re. Dari kemarin si Reno tuh tanyain lo terus. Kata dia lo nggak jawab pesan yang dia kirim ya?" tanya Vika yang membuat Rea mengangguk.

"Kenapa? Sok jual mahal ya lo sama gebetan?" timpal Laras. Rea mengacungkan jari tengah ke arah Laras yang membuat Laras menjawab dengan gerakan tangan seolah mengunci mulutnya sendiri.

"Lagian gue dari kemarin nggak pegang handphone. Si Reno juga udah bahagia sama Aletta kan pasti?" jawab Rea terkesan menyindir.

"Emang sih akhir-akhir ini mereka makin deket. Tapi yang sejauh gue lihat, kalo si Aletta ngajak Reno ngobrol, tanggapan si Reno kayak orang yang males jawab. Dia juga sering nanyain kabar lo ke kita-kita," jelas Vika yang di balas anggukan setuju dari Desma dan Laras.

"Gue ngerasa si Reno nggak nyaman sama si Aletta, dan kayaknya Reno kepikiran lo terus." Rea mengerutkan dahi mendengar ucapan Desma. Ada rasa senang dan heran secara bersamaan saat Rea mendengar ucapan Desma.

"Itu cuma perasaan gue aja sih," lanjut Desma saat melihat wajah Rea terkesan tak percaya dengan ucapannya.

"Iya, gue juga ngerasain kayak si Desma," timpal Vika menyetujui. Rea menatap ke arah Laras menunggu jawaban perempuan itu. Apakah juga merasakan hal yang sama atau tidak.

Laras tetap diam dengan kerutan di dahi. Heran kenapa Rea, Desma dan Vika menatap ke arahnya seolah menunggu jawaban.

"Lo kenapa diem aja? Lo nggak ngerasain perasaan yang sama kayak yang gue sama Desma rasain?" heran Vika bertanya.

"Si Laras mbisu anjay," ucap Rea terkekeh.

"Heh! Lo tadi suruh gue diem, sekarang gue diem dibilang mbisu. Serba salah buset," balas Laras nyolot yang membuat Desma, Rea dan Vika tertawa.

"Bodoamat. Lo emang salah ya," tegas Rea.

"Iya, cewek selalu benar emang," balas Laras mengehala napas pelan.

"Lo juga cewek ya gobs." Laras mendelik ke arah Vika.

"Kalian punya masalah hidup apa sih? Ngegas ke gue mulu anjir." Rea, Desma dan Vika tertawa dan pembicaraan mereka harus terhenti saat mendengar bel masuk berbunyi. Mereka kembali ke tempat masing-masing.

Saat guru yang mengajar hari ini masuk ke dalam kelas, Laras menyentuh pundak Rea dari belakang. Rea menoleh dan bertanya dengan gerakan salah satu alis terangkat.

Laras memajukan badanya dan berbisik ke arah Rea. "Reno ngelihatin lo terus dari tadi."

Rea menatap ke arah Reno. Reno membalas tatapan Rea hingga beberapa detik. Rea mencoba tersenyum, namun Reno justru tak membalas senyumannya dan malah memalingkan wajah menghadap guru yang sudah mengajar di depan.

Rea bergumam sebal dan mulai menghadap ke arah depan untuk fokus mendengar guru yang mengajar.

Tanpa di ketahui siapapun, Reno menoleh ke bangku Rea dan tersenyum tulus membalas senyuman Rea yang belum sempat ia balas. Reno memang sengaja melakukan hal ini.

---------------------
Eaeaeaea:v

REANA [SELESAI]Where stories live. Discover now