Empat Puluh Lima

7.3K 225 17
                                    

Reno duduk bersandar di ruang tamunya setelah mengganti pakaian bersiap untuk pergi bersama teman-temannya malam ini.

Ia menunggu Wahyu, Ferro, Satya, Vano dan Jordan yang akan datang berkumpul ke rumah Reno.

Di sampingnya ada Claudia yang sejak tadi memang sengaja ingin selalu dekat-dekat dengan Reno.

"Ren, gue pingin ikut," rengek Claudia.

"Nggak usah. Gue mau main sama teman-teman gue." Claudia mendengus kesal. Reno mengatakan ia hanya pergi bersama teman-teman lekakinya. Padahal kan bersama teman-teman Rea juga.

Claudia memang tau bahwa Reno akan pergi bersama Rea dan teman-temannya. Kalian masih ingat bukan perempuan yang saat itu benci melihat kedekatan Reno dengan mereka? Tentu saja itu adalah Claudia.

"Yakin sama temen laki-laki doang?" tanya Claudia berusaha memancing suasana agar Reno berkata jujur.

"Pulang sana. Ngerepotin gue aja," gumam Reno yang masih di dengar sangat jelas oleh Claudia.

Claudia merasa hatinya diremas begitu kuat. Rasanya sesak dan kebenciannya terhadap Rea kian bertambah.

Ia jadi teringat saat bertemu dengan Allan. Ternyata lelaki itu membenci Reno. Yang Claudia tau, Allan membenci Reno karena alasan tertentu yang tidak bisa diungkapkan. Ini sangat membingungkan.

"Gue pulang. Makasih!" pamit Claudia sedikit menggertak. Reno hanya mengangguk dan menatap kepergian Caludia dengan ekspresi datar.

"Apa gue keterlaluan ngomong kayak tadi ya?" batin Reno bertanya pada dirinya sendiri.

Tak lama, suara keributan muncul dari pintu utamanya. Di sana, terlihat teman-teman Reno sudah sampai dan ingin masuk ke dalam rumah.

"Minggir, lo! Gue mau masuk," ucap Wahyu kepada Vano yang merentangkan kedua tangan agar Wahyu tidak dapat masuk ke dalam.

"Bayar dulu utang gue yang kemarin lo pake di kantin. Sekalian uang yang lo pinjam waktu isi bensin," ujar Vano sambil melotot dan berlagak seperti penagih hutang.

Ferro, Satya dan Jordan sudah lebih dulu masuk dan duduk bersama Reno melihat kedua teman tolol mereka bertengkar di depan pintu utama.

"Itu ntar aja lah. Lo kan banyak uang. Besok deh gue bayar utangnya," ucap Wahyu memelas.

"Sebenarnya niat gue baik. Mending-mending lo bayar di dunia daripada bayar di akhirat." Wahyu mendengus kesal mendengar ucapan Vano.

"Sok banget lo, anjay," balas Wahyu sambil menempeleng kepala Vano yang langsung membuat sang empu meringis sambil mengusap kepalanya.

Tiba-tiba saat Vano ingin membalas Wahyu, Jordan justru menyalakan musik yang pernah sempat viral di kalangan para remaja.

Entah apa yang merasukimu~ (wak wak)
Hingga kau tega mengkhianatiku~ (wak wak)
Yang tulus mencintaimu~ (wak wak)
Salah apa diriku padamu~ (wak wak)
Hingga kau tega menyakiti aku~ (wak wak)
Kau sia-siakan cintaku~ (wak wak)

Saat Vano mendengar lagu yang diputar oleh Jordan, lelaki itu langsung berjoget ria dengan kedua tangan disilangkan di depan dada dan jarinya membuka lalu menutup seperti gerakan yang sangat viral di lakukan kalangan remaja.

"Teman lo aneh banget, Dan," ujar Wahyu sambil menatap aneh ke arah Vano yang masih berjoget.

"Bukan teman gue." Wahyu melirik sekilas ke arah Jordan, kemudian terkekeh diikuti Ferro, Satya, Jordan dan Reno.

"Eh, buruan jemput Rea sama teman-temannya. Mereka pasti udah nunggu," ucap Satya sambil menaikkan kacamatanya.

"Oiya. Kita mencar jemput masing-masing, ya. Gue jemput Rea, Jordan jemput Vika, Ferro jemput Laras, Satya jemput Desma," jelas Reno yang membuat mereka semua mengangguk.

"Lah, gue jemput siapa?" tanya Wahyu yang tak mengerti.

"Katanya lo mau jemput Aletta kan?"

"Dia kan mau nya di jemput sama lo," jawab Wahyu kepada Reno. Reno menggeleng cepat.

"Gue jemput Rea aja. Ayo buruan!" ajak Reno sambil berjalan ke garasi diikuti yang lainnya.

"Eh, woy! Kalian mau kemana?" teriak Vano bertanya sambil berlari mengejar teman-temannya yang sudah bersiap melaju pergi.

"Jemput Rea sama teman-temanya. Ketemuan di Mall langsung," jawab Reno.

"Terus gue jemput siapa?"

"Nggak usah jemput siapa-siapa. Buruan naik motor lo. Duluan aja ke Mall sana," ujar Reno sedikit terkekeh saat melihat wajah tak terima Vano.

"Tai. Yaudah, gue ke Mall langsung aja. Mau me time sama diri sendiri dulu sebelum kalian selesai jemput para babon," ucap Vano yang justru dijawab dengan deru motor yang bersahut-sahutan pergi meninggalkan area rumah Reno.

Vano melongo di tempat saat melihat teman-temannya pergi begitu saja. Meninggalkan ia yang berdiri sendiri di depan pagar rumah Reno.

"Bangsat semua temen gue. Untung sayang," gumam Vano yang kemudian menaiki motornya dan melaju pergi ke tempat tujuan langsung.

Claudia yang memang tetangga Reno, tentu saja melihat keramaian yang sedang terjadi di rumah Reno.

Perempuan itu menghela napas pelan di dalam kamarnya. Berpikir sejenak sebelum akhirnya menelpon seseorang yang akhir-akhir ini dekat dengannya.

"Hallo, kenapa?"

"Gue terima tawaran lo," jawab Claudia tanpa berpikir panjang lagi.

"Bagus. Tunggu tanggal mainnya."

"Oke," balas Claudia, kemudian langsung menutup panggilan sepihak.

Jangan kira Claudia bisa diremehkan. Perempuan itu memiliki banyak topeng dan sangat pandai membuat drama. Hidup memang keras dan penuh kejutan.

--------------
TBC

REANA [SELESAI]Where stories live. Discover now