Sepuluh

8.7K 364 24
                                    

Rea bangun dari tidurnya dan melaksanakan sholat subuh. Setelah sholat, Rea mempersiapkan diri untuk berolahraga.

Ia menggunakan baju putih polos yang ditutupi jaket berbahan tipis berwarna biru tua, celana training hitam bercorak garis berwarna merah di sisinya, dan sepatu berwarna putih dengan rambut yang dikucir kuda. Terlihat cantik.

Semua persiapan selesai, Rea memulai lari pagi mengelilingi daerah sekitar komplek rumahnya. Hari minggu seperti ini selalu dimanfaatkan Rea untuk olahraga pagi. Setidaknya jogging saja sudah cukup.

Sudah 20 menit Rea berlari mengelilingi kompleknya, dan menatap sekeliling mencari bangku untuk beristirahat sejenak.

"Capek juga ternyata" gumam Rea setelah mendapatkan bangku disekitar taman dan langsung mendudukan dirinya.

Rea mengambil handphone dan mendengarkan lagu menggunakan earphone miliknya sambil memejamkan kedua mata untuk menormalkan napasnya yang masih tersenggal-senggal setelah berlari mengelilingi daerah komplek yang bisa dibilang cukup Luas.

"Rea?" Rea langsung membuka kedua matanya dan menengakkan badanya spontan saat tangan seseorang menepuk bahu dan memanggil namanya.

"Reno? Lo ngapain disini?" tanya Rea cepat setelah mengetahui ternyata orang yang memanggilnya adalah Reno. Tapi Rea melihat Reno bergandengan dengan seorang perempuan yang tersenyum manis ke arah Rea.

"Ini kan cewe yang pingsan waktu upacara," batin Rea dengan tatapan menyelidik ke arah perempuan yang ada di sebelah Reno.

Perempuan yang ditatap Rea seperti itu merasa risih dan sedikit merasa terganggu dengan tatapan Rea yang sangat mengintimidasi dirinya dari atas sampai bawah.

"Maaf. Liatinya jangan gitu banget dong, gue risih. Oh ya kita belum kenalan," ucap perempuan itu agar Rea menyudahi pandangan ke arahnya.

"Ah ya! Kenalin Re, ini Sheila. Sheil, ini Rea sahabat ku," ujar Reno memperkenalkan Rea dengan Sheila, begitupula sebaliknya.

"Rea"
"Sheila"
Ucap Rea dan Sheila saling berjabat tangan.

"Kalian pacaran ya?" tanya Rea to the point.

"Hah? Kita bel-"

"Iya. Kita pacaran, baru kemarin jadiannya. Iya kan Ren?" ucap Sheila memotong perkataan Reno. Reno sedikit kaget dengan perkataan Sheila, namun Reno hanya menganggukan kepalanya pertanda ia menyetujui ucapan Sheila.

"Untung sayang" batin Reno tersenyum ke arah Sheila.

Reno dan Sheila memang belum resmi berpacaran karena Reno yang masih memikirkan cara agar terlihat romantis di hadapan Sheila dan menunggu waktu yang tepat untuk menjadikan Sheila pacarnya.

Reno mengenal Sheila dari salah satu teman sekelasnya yang berarti juga teman sekelas Rea.

Saat itu teman Reno mengenalkan Reno dengan Sheila. Awalnya Reno biasa-biasa saja, namun karna seiring berjalannya waktu, Sheila dan Reno semakin dekat, dan Reno merasa nyaman saat bersama Sheila. Disitulah Reno mulai merasa tidak ingin jauh dari Sheila.

Jujur saja, Reno sangat kaget saat Sheila berkata bahwa sekarang mereka pacaran, namun itu justru membuat Reno merasa bahwa peluang untuk menjadikan Sheila miliknya semakin besar dan membuat Reno semakin percaya diri dan akan mempercepat untuk menjadikan Sheila pacarnya.

Rea memandang kedua orang yang sekarang berada didepannya dengan senyum kecut miliknya setelah mendapatkan kebenaran bahwa sekarang Reno sudah memiliki pacar.

"Waw. Selamat ya. Aku ikut seneng," ucap Rea tersenyum tipis ke arah Reno dan Sheila.

"Makasih ya, Re. Doain semoga kita langgeng," ucap Reno mengedipkan sebelah matanya menatap ke arah Sheila. Sheila hanya tersenyum tipis saat reno memberikan kedipan mata kearahnya.

Jika Rea bisa, Rea ingin pergi dari hadapan kedua pasangan ini sekarang juga. Rea berusaha tidak menangis dihadapan mereka, karena untuk apa Rea menangis dan terlihat lemah dimata Reno? Rea sadar, ia hanya menjadi sahabat Reno. Tidak lebih.

"Pacaran mulu. Jomblo mah apa atuh," ucap Rea terkekeh diakhir kalimatnya.

"Maaf Re, kebawa suasana," jawab Sheila sambil tersenyum dan mengalungkan tangannya di lengan Reno.

"Gue pulang duluan ya. Papa gue udah nyariin gue dari tadi," alibi Rea agar segera pergi dari hadapan Reno dan Sheila.

Sheila dan Reno menganggukan kepala dan berkata agar Rea hati-hati dijalan. Setelah mendapat anggukan kepala dari mereka, Rea langsung pergi dari taman dan pulang kerumah.

"Apa gue harus nyerah atau tetap mempertahankan perasaan ini?" tanya Rea membatin pada dirinya sendiri sambil berjalan pulang kerumah, dengan air mata yang mulai menetes membasahi kedua pipinya.

------------------
TBC

Akhirnya udh sampe Part angka 2 digit🙌.
Jangan lupa buat berbagi vote nya😁.

Makasih❤
SeeYou^^

REANA [SELESAI]Where stories live. Discover now