Sebelas

8.4K 328 16
                                    

Reyhan terkejut saat melihat Rea pulang kerumah dengan isak tangisnya, dan langsung masuk kedalam kamar tanpa menyapa dirinya yang sedang duduk menonton televisi di sofa keluarga.

"Dek, lo kenapa?" Rea mengusap air matanya saat tiba-tiba Reyhan masuk ke kamar Rea dan duduk ditepi ranjang Rea.

"Rea gak apa-apa bang. Rea baik baik aja " ucap Rea sambil menegakkan badannya yang sebelumnya bersandar dikepala ranjang.

"Rea. Siapa yang udah buat kamu nangis? Jangan bohongin abang!" tanya Reyhan menegaskan.

Rea menghela nafasnya kasar. "Abang ... plis, Rea butuh waktu buat sendiri dulu." mohon Rea agar Reyhan segera keluar dari kamar dan tidak menanyakan apa yang sudah terjadi padanya.

Untung saja, orang tua Rea saat ini tidak ada di rumah. Papanya sibuk bekerja dan mamanya ada urusan dengan teman. Istilahnya sih, reuni teman SMA katanya.

"Yaudah. Tapi kalo kamu mau cerita, cerita aja ke abang ya," tegas Reyhan dengan tangan yang mengusap lembut rambut Rea.

Rea hanya tersenyum dan mengangguk yang membuat Reyhan sedikit lega dan langsung keluar dari kamar Rea untuk memberikan waktu privasi adiknya.

*****

Rea masuk ke dalam kelas dengan malas dan langsung mendudukan dirinya di bangku tempatnya dan Desma.

Desma yang ada disebelah Rea saja tidak disapa seperti biasanya. Desma hanya mendengus dan berusaha mencari topik pembicaraan agar Rea mau berbicara dengannya.

"Re, Gue mau nanya deh," ujar Desma menatap Rea yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan bantalan tangannya.

"Apaan?" Rea masih mempertahankan posisi awalnya yang justru membuat Desma benar-benar kesal.

"Ihhh. Liat gue dong Re. Kan gue lagi ngomong."

"Males. Gue gak mood." posisi Rea masih sama. Tidak berubah.

Desma benar-benar jengkel dan memasang wajah cemberut. Laras dan Vika yang sedari tadi duduk dibangku belakang mereka hanya saling pandang dan bertanya pada Desma apa yang sebenarnya terjadi.

Desma menjelaskan apa yang membuat nya kesal. Akhirnya Vika menyuruh Desma agar bertanya tentang sesuatu yang membuat Rea menjadi lebih semangat.

Desma berpikir topik pembicaraan apa yang membuat Rea merasa tertarik dan mau berbicara dengannya.

Desma tersenyum dan menjentikkan jarinya tanpa suara saat ia menemukan topik pembicaraan yang bisa membuat Rea mau berbicara. Mungkin.

"Re, gue masih penasaran deh. Reno dapet nomer lo dari mana ya?" tanya Desma memancing Rea agar mau berbicara dengannya.

Rea langsung menegakkan tubuhnya dan menghadap ke arah Desma saat nama Reno terdengar dipendengarannya.

"Iya yah. Gue juga sebenernya masih penasaran Reno dapet nomer gue dari mana." Desma tersenyum lebar saat Rea membalas ucapannya. Laras dan Vika juga ikut tersenyum lega karna Rea tidak semurung tadi.

"Pasti diantara kalian ya?" tuding Rea kepada Laras, Vika dan Desma.

"Ihh. Engga kok"
"Gue juga enggak"
Ucap Desma dan Vika bergantian menepis tudingan Rea kepada mereka. Laras hanya diam tidak menjawab dan justru membuat Rea curiga kepada Laras.

"Jangan-jangan lo ya Ras?" terka Rea pada Laras. Laras hanya menyengir tanpa dosa saat tebakan Rea benar.

"Iya Re. Hehe. Maap yak."

"Huh! Nyebelin lo Ras. Kok bisa sih lo ngasih nomer gue ke Reno?"

"Jadi gini....."

FlashbackOn

Bel pulang berbunyi. Laras, Vika dan Desma mengajak Rea agar segera pulang, namun Rea menolak karna masih ada urusan untuk bertemu dengan Reno.

Rea menjelaskan bahwa dirinya bertemu dengan Reno karna ingin mengembalikan jaket yang pernah dipinjamkan Reno kepada Rea. Laras, Vika dan Desma pun mengerti. Akhirnya mereka pulang terlebih dahulu.

Vika dan Desma sudah pulang sedari tadi, namun Laras masih menunggu jemputan di halte dekat sekolah.

Tiba-tiba suara motor ninja berwarna merah terdengar di telinganya, dan mendekat kearahnya. Saat menoleh, Laras melihat ternyata Reno lah orang yang mengendarai motor dan berjalan kearahnya.

"Mau ngapain lo?" tanya Laras memicingkan mata ke arah Reno.

"Lo sendiri? Belum pulang?"

"Lo bisa liat kan?" jawab Laras sedikit tidak suka dengan basa-basi ala Reno Aditama ini.

"Oh. Gue kira lo sama temen lo"

"Temen yang mana?"

"Temen lo yang tadi mau ngembaliin jaket gue, tapi tiba-tiba dia pergi gitu aja" ujar Reno kepada Laras.

"Loh, emang kenapa Rea pergi tanpa nemuin lo dulu?"

"Gue juga nggak tau. Waktu itu gue lagi sama Claudia, tapi temen lo itu malah tiba-tiba ngacir ngga jadi ngembaliin jaket gue" jelas Reno yang membuat Laras membulatkan kedua bola matanya

'Bego. Rea itu cemburu' batin Laras dalam hati.

"Terus, lo nggak ngejar gitu?"

"Ya enggak lah, ngapain juga"

"Terus ngapain lo nemuin gue?"

"Sebenernya gue mau minta nomer temen lo itu ke lo"

"Buat apa?" tanya Laras kaget karna tiba-tiba Reno meminta nomer Rea kepadanya.

"Ya gue mau tanya kenapa dia ngga jadi ngembaliin jaket gue, sama biar lebih gampang ngomongin tugas kelompok. Gue kan sekelompok sama temen lo itu"

"Temen gue namanya Rea! Dia punya nama!" ucap Laras tak terima karna Reno memanggil Rea dengan sebutan 'temen lo itu'.

"Oke oke. Cepet mana, gausah lama-lama bisa kan?"

Laras berfikir, apakah dirinya harus memberikan nomer Rea atau tidak. Tapi tidak ada salahnya juga kan? Apalagi Rea dan Reno satu kolompok tugas, jadi biar lebih gampang juga berkomunikasi.

"Nih. Gue kasih nomernya" Reno menghembuskan nafas lega karna Laras mau memberikan nomer Rea kepadanya.

Reno langsung mencatat nomer Rea agar tersimpan diponsel miliknya.

"Oke. Makasih. Kalo gitu gue pulang duluan" Laras langsung mendengus karna seenaknya saja Reno meninggalkan dirinya di halte dekat sekolah setelah mendapatkan nomer Rea.

'Buset. Gue ditinggal. Nebengin kek elah' protes Laras membatin setelah Reno melajukan motornya meninggalkan halte bus.

FlashbackOff

"Gitu Re ceritanya. Gapapa kan? Hehe," ujar Laras kepada Rea.

"Ya setidaknya ijin ke gue dulu kek."

"Udah terlanjur juga, Re. Udah sih gausah diperpanjang. Lagian juga kalo kalian jadian, lo juga kan yang seneng kalo itu terjadi," ucap Laras membela diri.

"Iya Re"
"iyap. Awalnya sahabat, nanti juga jadi pacar"
Lanjut Desma dan Vika meneruskan ucapan Laras.

Rea hanya tersenyum kecut mendengar penuturan ketiga sahabatnya.

"Mustahil" kalimat itu yang selalu terlintas dipikiran Rea saat ketiga sahabatnya mengucapkan kata-kata itu.

Saat bell pertanda masuk berbunyi, Rea melihat Reno baru memasuki kelas diantara teman-teman lainnya yang juga baru saja masuk kelas.

Rea hanya menghembuskan napas lelah. Rea lelah dengan perasaanya. Sebenarnya Rea ingin mengetahui kehidupan Reno lebih dalam lagi. Tapi Rea sadar, ia tidak memiliki hak untuk tau lebih dalam lagi tentang kehidupan lelaki itu. Ya, Rea menyadari posisinya saat ini hanya sebagai sahabat Reno.

-----------
TBC

REANA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang