Tiga Puluh Lima

7.3K 267 16
                                    

Hari ini hari dimana kelas XI bersiap untuk pergi study tour yang akan di adakan 5 hari lagi.

Rea duduk di bangkunya dengan pikiran yang berkelana. Memikirkan dirinya apakah harus ikut atau tidak. Saat wali kelas nya menjelaskan tentang study tour, pikiran Rea langsung bercabang. Memikirkan Mama nya yang masih berada di rumah sakit.

"Lo kenapa keliatan galau gitu, Re?" tanya Desma yang duduk di sebelahnya.

Rea menongok ke arah Desma, "lo nggak ke kantin, Des?"

Desma berdecak malas. Ditanya malah bertanya balik, benar-benar membuat Desma kesal.

"Nggak! Lo kenapa galau gitu?"

"Gue nggak galau. Cuma bingung aja," balas Rea yang kini sepenuhnya menghadap Desma.

"Bingung kenapa?" tanya Desma dengan alis menyatu.

"Gue ikut study tour nggak ya?" Desma langsung memukul lengan Rea dengan keras. Membuat Rea mengaduh dan meringis spontan.

"Lo harus ikut!" tegas Desma melotot.

"Mama gue kan lagi sakit, Des. Nggak mungkin gue malah seneng-seneng sendiri." Desma menghela napas pelan mendengar jawaban tepat dari Rea.

"Tapi kan lo ikut study tour juga demi karya tulis kan. Itu kan tugas sekolah," jawab Desma yang membuat Rea semakin berpikir. Menimbang keputusannya.

"Yaudah, nanti gue tanya ke Papa sama Bang Rey dulu deh." Desma mengangguk mengerti.

"Gue mau ke kantin. Ikut nggak?" tawar Desma kepada Rea.

"Nggak. Gue mager. Mau baca novel aja," balas Rea yang membuat Desma keluar dari kelas setelah mendapat jawaban dari Rea.

Rea melanjutkan membaca novel yang ia taruh di atas meja. Dengan fokus dan serius Rea membaca novel yang saat ini sedang di incar para remaja.

Fokus nya terpecah begitu saja saat mendengar Reno yang sedang berbicara dengan seseorang di handphone nya. Wajar saja jika Rea mendengar, karena tempat duduk Reno tepat berada di bangku sebelahnya dan Desma.

"Iya Leta, nanti gue antar pulang. Sekalian mampir ke toko buku juga gapapa. Gue anterin."

Kalimat itu yang Rea dengar dari Reno sebelum lelaki itu keluar dari kelas dengan handphone yang masih ia letakkan di samping telinga.

Rea menghela napas. Memang perkataan jujur tentang perasaanya kemarin seperti nya hanya sia-sia. Bahkan lelaki itu seperti nya tidak peduli tentang perasaanya.

Rea berusaha fokus dengan novel di hadapannya. Namun fokusnya justru terpecah. Entah karena apa, tapi Rea tak menyukai situasi ini.

Rea menutup buku dengan kasar dan memasukkan nya ke dalam laci. Menelungkupkan kepala di anatara lipatan lengan yang ia taruh di atas meja.

"Mama, Rea kangen Mama," gumam Rea pelan dengan isakan yang ia tahan sekuat mungkin.

***

Saat ini Rea berada di depan sekolahnya. Menunggu jemputan sejak satu jam yang lalu. Berkali-kali area mencoba menghubungi Reyhan ataupun Papa nya, tapi tak kunjung mendapat balasan.

Rea duduk di halte depan sekolahnya sejak tadi. Bahkan satu persatu teman sekolahnya pamit pulang terlebih dahulu karena jemputan yang mereka tunggu sudah datang.

"Gue pulang naik apa dong kalo gini," gumam Rea sambil menunduk. Mengamati kaki nya yang menggantung bergerak pelan kedepan dan belakang.

Hingga suara seseorang menginterupsi nya. Duduk di sebelah Rea tanpa canggung.

"Lo belum pulang?" Rea mendongak, menatap ke arah lelaki yang sudah duduk di sebelahnya.

"Belum, kak." Allan mengangguk dan tersnyum tipis mengamati wajah cantik Rea yang akhir-akhir ini jarang ia lihat.

"Gue antar pulang mau?" tawar Allan dengan senyumannya

"Nggak usah. Rea nunggu aja," balas Rea halus. Allan terkekeh gemas menatap wajah sayu Rea.

"Nggak apa-apa. Ayo gue antar. Ke rumah sakit kan?"

Rea menatap intens Allan dengan kerutan di dahinya, "kok tau?"

"Lo jangan lupa. Bang Rey kan senior futsal gue. Gue tau dari dia," jawan Allan santai.

"Oh iya." Rea menjawab dengan anggukan mengerti.

"Ayo gue antar ke rumah sakit. Sekalian jenguk Mama lo." Rea terlihat menimang jawaban apa yang akan ia berikan.

Sebenarnya Rea ingin menolak, tapi jika di tolak, Rea pulang naik apa? Sedangkan uang jajan nya sudah habis.

"Udah jangan kebanyakan mikir. Gue berniat bantu lo, nggak ada niat jahat kok," jelas Allan diakhir kekehan nya.

"Yauda deh. Makasih ya, Kak," putus Rea akhirnya.

Allan tersenyum senang dan mengajak Rea agar menyebrangi jalan karena motor nya ia parkirkan di seberang jalan.

Allan menaiki motor diikuti Rea yang membonceng di belakang. Berpegangan pada tas punggung Allan.
Lelaki itu menghidupkan mesin motor dan mulai melaju pergi meninggalkan area sekolah.

"Kata nya cinta gue. Tapi jalan sama cowok lain," gumam Reno yang sedari tadi mengamati dari halaman sekolah.

Memang sejak tadi Reno melihat Rea yang menunggu jemputan di halte sejak satu jam yang lalu. Bukannya Reno tak berani mendekat, tapi Reno hanya ingin menjaga Rea dari jauh.

Semenjak dekat dengan Aletta, Reno mengerti bagaimana sifat Aletta yang sebenarnya. Hampir sama dengan Claudia yang berambisi dengan apapun. Tak suka jika sesuatu mengganggu kebahagiannya.

Reno hanya takut, Aletta akan mencelakai Rea jika berdekatan dengannya. Apalagi akan sangat bahaya jika Aletta tau bahwa Rea mencintainya.

Jujur saja, saat Reno melihat Rea membonceng Allan, ada rasa panas yang membakar hatinya. Entahlah, Reno tak tau perasaan apa yang ia rasakan.

---------------
TBC!

REANA [SELESAI]Where stories live. Discover now