The Greatest Love, Oh Sehun

1.9K 185 5
                                    


Oh Sehun Pov

Para burung tengah berkicau menikmati hari yang cerah, menyanyi bersama, berbincang dengan kawannya -itu yang ada di pikiranku. Anjing dan kucing berlarian ke sana ke mari, derai tawa anak kecil berlari mengelilingi taman. Sejak kapan aku mulai memperhatikan suasana sekelilingku? Bahkan aku tak sadar bahwa dunia seceria ini. Ya, sayangnya aku bukan orang yang peduli dengan hal-hal seperti ini. Tiba-tiba munculah sosok si periang dari kejauhan berlari dengan cukup kencang, membawa sebuah koper yang terlihat cukup berat dan kini ia terlihat bodoh, aku hanya tertawa dalam hati-mungkin ia sedang memanggilku. “Hei, hei kauuu!” Tentu saja, kita tak pernah bertanya nama satu sama lain. Suaranya cukup kencang dengan napas yang tersengal-sengal. Orang-orang tengah melihat ke arahnya, memasang wajah penuh tanya, begitu pun denganku. Wajah cantiknya tetap terlihat walau dipenuhi peluh keringat.

“Ayo ikut aku dan jangan banyak bertanya. Ayo!"  tangannya yang agak berkeringat menarik tanganku dengan cepat, aku harus mengikuti langkahnya yang cukup cepat.

Tiba-tiba langkahnya berhenti. Ia berbalik ke arahku dan tersenyum sambil memejamkan mata cokelatnya. Rambutnya yang terlihat halus mulai terbawa angin, kini wajahnya tampak seperti siluet. Aku baru sadar bahwa ia benar-benar sangat cantik. Tunggu, aku tak boleh bodoh seperti ini. Hei, dia orang yang hanya kau tahu wajahnya, ingat itu! Batinku

Aku terkejut ketika sadar kini di hadapanku terlihat padang rumput dengan ladang bunga matahari yang bermandikan sinar matahari. Bukannya aku tak pernah melihat bunga matahari. Tapi ini berbeda -mereka berada di alam terbuka, dengan padang rumput dan angin yang kencang, birunya langit dan awan yang berarak mengelilingi bumi, sungguh ini indah.

“Aku menemukan kumbang! Cepat ke mari,” teriaknya dari tengah ladang bunga. Wajahnya berseri-seri seperti anak kecil yang baru menemukan harta karun, sungguh. Aku tak kuat menahannya aku pun tertawa hebat.

“Kau seperti seorang anak kecil yang menemukan harta karun tahu! Ekspresimu sungguh lucu.” Aku tertawa sambil memegangi perutku hingga aku duduk di antara rerumputan pendek di pinggir ladang, ah rasanya baru kali ini aku tertawa lepas seperti ini. Lalu aku menengok ke arahnya. Posisi tangannya sedikit menutupi wajahnya dan ia berbalik membelakangiku. Aku kaget, ku pikir orang seceria dia tak mungkin berekspresi begitu.

“Kau tersipu malu ya?” aku sedikit menahan tawa.

“Apaaa? Hei! Tidak, kau salah lihat. Ini karena panasnya matahari, ia terlalu bersemangat mencerahkan bunga-bunga ini tahu,” tukasnya dengan masih menutupi wajahnya dengan tangannya. Aku berlari ke arahnya, ia masih berdiri mengarah ke ladang itu. Masih belum menengok ke arahku sama sekali.

“Benarkan kataku, kau ma…” belum menyelesaikan perkataanku, tangannya mendarat menutupi kedua mataku.
“Jangan buka matamu, aku akan meninggalkanmu jika kau membuka matamu sekarang!” suaranya sedikit bergetar dan akan ku pastikan bahwa ia benar-benar si periang yang berubah jadi pemalu. Aku tertawa puas dalam hati. “Hem? Butuh berapa lama, harus menunggu matahari bertukar dengan bulan baru wajahmu tak memerah?” tanyaku meledek dengan sedikit tertawa.

Dengan segera ia melepas tangannya yang tengah menutupi kedua mataku dan bergegas memotret kumbang itu. Ternyata benar, tubuh kumbang itu sedikit mengkilat karena pancaran sinar matahari, bergerak di antara ilalang, rerumputan di ladang itu. Angin berhembus kian sejuk. Tak terasa kami belum memberi makan peliharaan kami dalam perut dan matahari mulai sedikit meredupkan sinarnya bersiap berganti dengan rekan seperjuangannya untuk menyinari bumi. Krucuk..krucuk. Seperti nya cacing dalam perutnya mulai memanggil dan itu malah membuatku tertawa semakin keras. Dia mempoutkan bibirnya terlihat sangat seksi dan membuatku ingin menciumnya.

"Sebentar." ucapku, lalu beranjak pergi untuk membeli beberapa makanan dan minuman. Dalam perjalanan kemari aku secara tidak sengaja melihat warung kelontong kecil. Setidak nya rasa laparnya menyelamatkan ku dari pikiran - pikiran aneh.

Beberapa saat kemudian aku kembali dengan dua gelas minuman dingin dan roti.

"Terimakasih" ucapnya tersenyum ke arahku. Senyuman yang manis dan menenangkan. Ya tuhan, apa yang terjadi? kenapa aku jadi deg - degan begini? mata itu membuatku kehilangan  sebagian bahan pembicaraan yang sudah kusiapkan. Aku mulai menyadari jika aku salah tingkah dihadapan nya. berusaha mengendalikan diri agar tak terasa canggung.

Dia menatap kupu - kupu yang berterbangan ditaman. Pada saat yang sama, rasanya kupu - kupu itu juga masuk ke perutku. Dia seperti bunga yang mekar, wangi, dan membius sadarku. Pelan - pelan kupu - kupu itu mengepakan sayapnya di dalam perutku, dan kepakan itu semakin kencang saat matanya menatap ke arahku.

"Kamu kenapa?? apa kamu baik - baik saja?" Dia melambaikan tangannya didepan wajahku.

Ah sial, Kenapa aku jadi semakin salah tingkah begini? apa yang terjadi padaku. mengapa sekarang aku menjadi orang yang kehilangan konsentrasi?

"Mm..Apa boleh aku tahu siapa namamu?" tanyaku ragu - ragu, Ia tertawa melihat ekspresi ku

"Tentu Saja, Soo Ji" ucapnya sambil mengarahkan tangannya untuk berjabat tangan denganku

"Oh Sehun."  Lantas kami berdua tertawa bersama, menertawakan kekonyolan kami.

The Greatest Love Where stories live. Discover now