[ZenEga 31] END

5.5K 300 62
                                    

Jgn lupa komennya.

5.401 word ajg banyak bat, capek asw wkwk.

Typo? Manusiawi

Oke deh selamat membaca😍😍

.
.
.

"Ini akhir dari kisahku, kisahmu dan kisah kita."

ZenEga Last Part

Zena menghela nafas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Zena menghela nafas. Merapihkan ujung dressnya yang sebenarnya tidak kusut dan berantakan. Lalu menatap pintu restauran dari kejauhan. Untuk pertama kali, setelah sekian lama, dia makan malam bersama Dion dan rekan bisnis Papanya itu. Entah mengapa, sekarang Zena jadi gugup.

"Ayo." Dion berucap. Menggenggam tangan Zena yang mulai dingin. Gadis itu tersenyum canggung. Dion membuka mobil dan menyambut Zena dengan uluran tangan.

Zena diam dengan hati yang bergejolak senang. Melirik sekilas tangannya yang sedang digenggam oleh sang Papa. Rasanya kebahagiaan ini luar biasa adanya.

"Illa..."

"Iya?"

"Katanya anak temen Papa ada yang cowok lho..."

Zena mengernyit. "Terus kenapa?"

"Ya gak papa, haha." Dion tertawa. Zena jadi ikut tertawa pelan. Candaan garing yang entah mengapa membuat mereka berdua tertawa. Rasa-rasanya ini adalah candaan mereka setelah lama tak bersapa. Candaan mereka setelah lama saling menjauhi, melukai dan menyakiti diri masing-masing.

"Illa, rasanya Papa gak nyangka bisa gandeng tangan kamu lagi kayak gini. Tangan kamu dulu itu kecil, selalu megang jari kelingking Papa karena kata kamu dulu jari Papa tuh kayak hulk."

Zena tertawa. Mengingat dulu kebiasaanya yang suka menggandeng tangan Papanya. "Oh iya, temen Papa ramean?" tanyanya.

Dion menoleh lalu mengulas senyum aneh. Zena mengerutkan kening. Merasa ada yang janggal dengan senyum Papanya itu. Ingin bertanya lebih namun langsung mengatupkan mulutnya karena wajah Dion yang tampak bersemangat. Dia tak mau merusak rona bahagia Papanya itu.

Jarak mereka dengan restauran semakin dekat, membuat degup Zena berdetak tak karuan. Langkahnya seolah terasa berat, belum lagi pikiran-pikiran aneh merasuk dalam benaknya. Terlintas ucapan tiga sepupunya yang tolol abis mulai mengusik ketenangannya.

"Zen, hati-hati ya ntar. Kalau di restauran ada remaja cowok seusia lo sama orang tuanya. Itu tandanya lo beneran mau dijodohin!" seru Kici kala itu.

"Kalau beneran om Dion niatan mau jodohin lo, lo harus bersikap urakan, Zen. Contohnya makan sambil ngangkat sebelah kaki, pas makan harus ngecap kek babi, sendawa keras kalau habis makan. Kalau gak lo ngaku aja ke mereka kalau lo udah hamil duluan!" ucap Vena.

ZenEgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang