[ZenEga 14]

5.4K 510 115
                                    

"Terkadang rasa nyaman hadir disetiap kita sudah terbiasa dengan kebersamaan."

Bab 14


Zega meringis ketika tangannya dia tonjokkan ke dinding. Amarah yang begitu menggebu-gebu, saat matanya melihat Zena sedang bersama dengan cowok lain selain dirinya.

Ini adalah merupakan sebuah kesalahan! Bukankah seharusnya dia merasa biasa saja? Zena hanyalah tidak lebih dari sebuah bahan taruhan dengan balasan sebuah mobil dari Galaksi, benar? Lantas kenapa? Kenapa setitik perasaan tak rela muncul begitu saja?

Perlu Zega tekankan sekali lagi kepada dirinya sendiri bahwa, Zena tak lebih dari sebuah bahan taruhan. Tak lebih!

"Ada apa sama lo, Zega? Zena cuma bahan taruhan, woi! Lo gak boleh cinta sama dia, Ga."

Lalu rambutnya dia acak kesal. Ini terlalu sulit dimengerti. Harus seperti apa Zega mendefinisikan perasaannya sendiri? Begitu banyak rasa mengapung di hati, yang jika terlalu lama dia diami, akan berubah menjadi semakin berati.

Perhatian yang tak terbendung ketika dekat, cemburu yang tak terelak ketika jauh, sakit yang tak tertahan ketika melihat Zena bersedih, mengeluarkan tangis.

Hembusan napas gusar terdengar dari setiap helaan. Hingga beberapa detik kemudian Zega melangkahkan kakinya pergi meninggalkan toilet.

Berjalan dengan gontai menyusuri koridor, Zega menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kelasnya. Matanya menangkap teman-temannya yang asik dengan kegiatan mereka masing-masing. Lalu kemudian Zega beringsut masuk ke dalam kelas dan duduk di kursinya.

"Perasaan tadi pagi tuh bocah biasa-biasa aja deh. Sempet kocak juga malah. Kok sekarang kayak lagi marah gitu, ya?" batin Vikar.

Vikar menyenggol Zega dengan lengannya. "Lo kenapa, Ga? Kok muka lo kayak lagi nahan BAB, sih? Gitu amat," tanya Vikar diselingi candaan yang sayangnya hanya mendapat pengabaian dari Zega.

Vikar mendengus sebal. Lagi-lagi dia diabaikan Zega.

🍁🍁🍁

Seperti biasa Zega dan teman teman kampretnya berkumpul di salah satu tempat yang biasa kalo kata anak jaman now itu Bernama basecamp.

Zega asik bermain game bersama Johan sementara yang lain asik mengobrol, tak berselang lama, tiba-tiba Gilan datang dengan wajah datarnya.

Zega yang melihat Gilan datang menghentikan gamenya lalu menatap Gilan sinis.

"Seneng banget ya bisa jadi pahlawan," sindir Zega sambil melipat tanganya di dada.

Sementara yang lainnya menatap seribu pertanyaan pada Zega. Zega berdiri dari duduknya lalu mendekati Gilan yang masih berdiri di dekat pintu.

"Maksud lo apa?" tanya Gilan datar.

Zega berdecih sinis. "Gak usah pura-pura bego! Lo udah sok jadi pahlawan kan buat Zena, lo tadi minjemin jaket ke Zena terus lo sok perhatian sama dia, lo tau kan Zena itu target gue Lan?!" ucap Zega dengan emosi.

"Oh itu, gue cuma nolongin dia apa salah?" jawab Gilan cuek.

Zega menggelengkan kepalanya tak percaya dengan omongan Gilan. Di dalam pikirannya saat ini adalah perhatian Gilan terhadap Zena mempunyai maksud lain, ya Zega yakin akan hal itu.

"Ck." Zega berdecak. "Lo pasti ada maksud lain kan, Lan? Lo mau ngancurin misi gue, hah? Jawab!" bentak Zega pada Gilan.

"Lebih baik lo berhenti Ga. Sebelum perasaan yang lain muncul, dan buat lo sengsara karena menyesal," jawab Gilan santai.

ZenEgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang