[ZenEga 22]

4.5K 421 41
                                    

Note Author!

Budayakan klik 🌟 sebelum membaca dan Comment setelah selesai membaca.

Seorang penulis akan mencintai para pembacanya, jika kalian mau menghargai hasil karyanya :)

"Orang ganteng mah banyak yang ngangenin, ye gak?"

-Zeganda Angkasa Langit 😎



































































"Kuberikan hati ini padamu, kuharap kau menjaganya dengan baik, tanpa pernah menorehkan luka di sana. Sebab sekali saja kau menggoreskan luka, maka tak akan ada lagi kesempatan untukmu memilikinya."

Bab 22

Zega terus menggerutu sambil mengetuk jari telunjuknya dengan wajah kesal. Di sisi lain Zena memutar bola matanya malas, seraya menyuapkan sesendok nasi goreng miliknya ke dalam mulut, sebelum dia beralih menenggak teh tawar di depannya.

"Lo kenapa sih? Ngomel mulu?" tanya Zena sambil menyimpan gelasnya di meja.

Zega menghela napas. "lsh, Zen! Aku-kamu bukan lo-gue," ucapnya seraya mengerucutkan bibir. Sementara Zena lagi-lagi memutar bola matanya malas.

"Hm."

"Aku tuh lagi bete tau. Dari tadi nasinya lama banget datengnya kayak cewek lagi dandan," lanjut Zega seraya menekuk wajahnya kesal.

Zena mengernyit. Pasalnya tulisan yang tertera didaftar menu tadi hanya menuliskan sate saja, tidak ada tambahan nasi atau sebagainya. Dan kenapa sekarang Zega nungguin nasi?

"Kalau pesen sate gak pake nasi."

"Ish, yang namanya sate itu kalo gak pake nasi ya pake lontong, dimana-mana juga gitu Zen," jawab Zega dengan wajah memberengut sebal.

Zena diam. Entah mengapa melihat wajah Zega dengan ekspresi itu, Zena ingin sekali tertawa terbahak-bahak, mentertawakan wajah cowok itu yang semakin terlihat jelek.

Berbeda dengan Zena yang sedang menahan tawa, Zega kini semakin kesal dan akhirnya memilih untuk menghampiri seorang pelayan pria yang sedang mencatat pesanan orang lain.

"Mas nasi saya mana?!" ucap Zega dengan suara meninggi yang membuat beberapa orang melirik ke arahnya. Sedangkan Zena yang duduk di tempatnya menepuk jidatnya gemas.

Tidak tahu malu! Pikir Zena sedikit meringis. Mimpi apa dia semalam hingga dia bisa jalan dengan cowok yang tidak mau rugi macam Zega.

Pelayan pria itu sedikit terkejut, seraya mengelus dadanya. Sebelum dia menoleh ke arah Zega. "Maaf masnya di meja nomer berapa ya?"

"Dua puluh!" jawab Zega singkat dan ketus.

"Oke, sebentar mas saya cek dulu." Pelayan pria itu lalu beralih mengecek daftar menu.

Di sisi Zega, dia semakin bertambah kesal karena dirinya berpikir kenapa tidak langsung saja? Kenapa harus segala dicek dulu? Sementara perutnya sudah sangat lapar.

"Maaf, Mas. Tadi Masnya hanya pesan nasi goreng spesial dan sate ayam saja lalu minumnya teh tawar hangat dua," kata pelayan tersebut dengan sopan.

"Tapi saya pesen sate ayam sama nasinya mas, udah sepaket itu!" Lagi-lagi Zega berujar dengan suara meninggi.

ZenEgaWhere stories live. Discover now