[ZenEga 06]

6K 662 127
                                    

Note Author!

Budayakan klik 🌟 sebelum membaca dan Comment setelah selesai membaca.

Seorang penulis akan mencintai para pembacanya, jika kalian mau menghargai hasil karyanya :)

"Kini ku tahu, bahwa memiliki mu itu tak semudah membalikkan telapak tangan."

"ZENEGA"

BAB 6

Zena melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju koridor kelasnya. Tatapan tajam nan dingin itu tak kunjung hilang dari raut wajahnya- sementara amarah dalam dirinya pun tak kunjung padam.

Rasanya, saat ini Zena butuh pelampiasan untuk emosi yang di tahannya ini. Mungkin dengan cara memecahkan atau melempar barang hingga pecah. Dengan dua cara itu lah emosi yang di tahan Zena meluap dengan sendirinya.

"ZE--" Rachel yang ingin berteriak memanggil Zena pun memelankan suaranya saat melihat raut wajah Zena yang tak bersahabat. "Na..."

"Lo ngapa dah? Kusut amat tuh muka, belum di gosok apa gimana?" tanya Rachel sembari mengikuti Zena.

Zena diam, mengabaikan keberadaan Rachel yang menurutnya tak berguna sama sekali.

"Lo lagi PMS? atau lagi mumet di kejar rentenir gara-gara hutang banyak? At--"

"Diem!"

Rachel bergidik ngeri saat mendengar suara Zena yang rendah namun tersirat nada mengancam dan tak ingin di ganggu.

"Biasanya kalau nih anak galak melebihi induk macan, berarti dia beneran lagi PMS." Batin Rachel.

"Santai bro, gue nanya baik-baik kok. Oh iya, lo udah ngerjain pr dari Bu Duma belum? Kalau gue sih belum kalau lo mau tau. Misalnya lo udah ngerjain, gue nyontek dong Zen, plis..."

Zena mendengus. Ingin sekali Zena mengunci mulut ember Rachel dengan lakban atau paling tidak menyumpal nya dengan pohon kaktus yang berduri biar tuh cewek rese tidak banyak bicara lagi.

"Zen lo kenapa sih diem mulu? Ngopi apa, diem-diem bae..."

Zena menghentikan langkahnya membuat Rachel yang di belakangnya pun ikut berhenti.

"Lo ngapa ber--"

"Diem!" Zena menatap nyalang Rachel membuat nyali Rachel menciut seketika. Lalu Zena melanjutkan kembali langkahnya. Mood nya yang sudah buruk kini semakin bertambah buruk.

"Zen, lo ngomong kek, apa kek, jangan diem mulu, gue berasa ngomong sama patung tau gak?!"

Zena mengabaikan Rachel lalu memilih masuk ke dalam kelas. Rachel pun mendengus dan memilih mengikuti Zena, dari pada tak dapat contekan mending dia mengalah saja.

Zena melangkah pelan saat matanya tak sengaja menatap mata Abel. Hanya sekilas, tapi itu cukup memadamkan amarah Zena. Dan kini yang tersisa hanyalah rasa kekecewaan dan kesedihan di dalam hati Zena.

Rasa kecewa karena Abel kini sudah tak lagi menganggap kehadirannya dan sedih karena dia merasa kehilangan orang yang dia sayangi.

Zena menggeleng, mengenyahkan semua fikiran negatif di benaknya. Lalu dengan wajah yang kembali datar, Zena berjalan ke arah kursinya dan duduk disana.

"Cek, ehm."

Tiba-tiba saja suara seseorang terdengar dari pengeras suara membuat semua fokus Zena beserta para penghuni kelas 12 A empat teralihkan.

ZenEgaWhere stories live. Discover now