[ZenEga 30]

4.9K 324 68
                                    

3.974 kata.

Vwiuhhh *lapkeringet

Note Author!

Budayakan klik 🌟 sebelum membaca dan Comment setelah selesai membaca.

Seorang penulis akan mencintai para pembacanya, jika kalian mau menghargai hasil karyanya :)


"Haruskah aku kembali mempercayainya, jika hal yang kudapati adalah bagian dari luka?"

BAB 30

Bunyi degub musik memekakan telinga, ditambah silau lampu warna warni menyorot lantai dansa serta bau minuman beralkohol memenuhi isi ruangan itu. Di sudut ruangan, jauh dari lantai dansa Zega terduduk di kursi santai dengan minuman beralkohol yang entah sudah dia tenggaknya berapa kali.

"Lo mau mampus?"

Zega berdesis kesal saat Vikar tahu-tahu datang dan merebut botol minumannya. Cowok itu menatap Vikar dengan pandangan tajam namun kabur karena sekarang kepalanya terasa berat dan pening. "Gausah bacot."

"Lo udah berapa botol, Ga? Tiga atau empat?" sinis Vikar. Cowok itu berdecak ketika melihat banyaknya botol minuman keras yang sudah tandas isinya di atas meja. "Mau modar lo hah?!"

Zega tak menjawab pertanyaan Vikar. Cowok itu malahan mengabaikan Vikar dan menenggak botolnya yang masih tersisa sedikit. Setelah habis Zega meletakkan botol kosong itu ke atas meja hingga menimbulkan bunyi.

"Woi gue pesen satu lagi!" seru Zega pada bartender yang bertugas membuat minuman. Vikar menatap bartender itu tajam, seolah melarang pria itu agar tidak memberikan alkohol lagi pada Zega. Sedangkan bartender itu hanya mengangguk kecil.

Melihat tak ada respon, Zega langsung menggebrak meja dan menunjuk pria itu dengan tangannya. "Heh! Gue di sini bayar ya! Jadi cepet kasih gue satu botol lagi!"

Tidak mau berurusan dengan Zega, akhirnya bartender itu memilih untuk memberikan segelas kecil alkohol lagi kepada Zega. Kalau dia kasih satu botol lagi nanti yang ada si Zega mati ragara mabok.

"Semoga lo gak mati duluan sebelum lo sampe di rumah, ogah gue gotong mayat orang mabok," celetuk Vikar sambil lalu mendudukkan tubuhnya di kursi di sebelah Zega.

Zega tak menjawab. Dia sibuk menenggak satu gelas alkohol hingga habis lalu meletakkannya secara kasar di meja. Cowok itu menyenderkan tubuhnya. Sumpah demi apapun kepalanya sangat pusing dan penglihatannya terlihat seperti kabut.

"Gue heran deh, tumben-tumbenan lo mau ikut gue ke party. Gak takut diomelin sama Zero? Ketahuan bisa mampus lo," kata Vikar lalu memesan wine pada bartender. Lalu beralih lagi pada Zega yang kini memejamkan mata. Temannya itu terlihat sangat kacau. "Lo lagi ada masalah? Apa ini... karena Zena?"

Zega membuka mata. Menjatuhkan atensinya pada Vikar. Sempat tertegun sejenak. Dia datang ke sini untuk bersenang-senang atau mencoba untuk menghilangkan bayang-bayang gadis itu? Zega benar-benar bingung sekarang.

Melihat tak ada jawaban, Vikar mengerti apa yang ada di fikiran cowok itu.

"Lo tau definisi orang tolol gak? Definisinya ya kayak lo gini. Udah tau ada rasa kenapa lo bertindak seolah lo beneran gak ada apa-apa? Lo cowok bro, gak ada gunanya lo mendem kayak cewek. Gak gentle banget, ganti kelamin kek lo bangsad," tukas Vikar bercanda. Cowok itu memukul bahu Zega.

Vikar menatap sahabatnya dengan kesal sekaligus kasihan. Untuk pertama kali dia melihat Zega sefrustasi ini hingga cowok itu melampiaskannya pada alkohol. Dan frustasinya itu karena seorang Zena.

ZenEgaWhere stories live. Discover now