[ZenEga 16]

5.1K 515 231
                                    

Note Author!

Budayakan klik 🌟 sebelum membaca dan Comment setelah selesai membaca.

Seorang penulis akan mencintai para pembacanya, jika kalian mau menghargai hasil karyanya :)

Happy reading

BAB 16

"Ketahuilah, tempat yang paling nyaman untuk dijadikan sandaran adalah pundak seseorang yang selalu menemani kita dalam kesedihan."

'ZENEGA'

"ABEL!"

"ABEL!"

"ABEL!"

Zena terus berteriak dengan tangan yang tanpa henti mengetuk-ngetuk kencang pintu toilet di depannya. Pikiran gadis itu benar-benar kalut, hingga ia tak memperdulikan kedua telapak tangannya yang telah memerah akibat terlalu keras menggedor pintu tersebut.

Zena kembali mengetuk, ah lebih tepatnya menggedor pintu itu dengan kuat. Ia yakin bahwa Abel berada di dalam sana dan Abel butuh Zena sebagai tempat sandarannya.

"Abel, open the door now!" teriak Zena sekali lagi namun tak ada jawaban yang memuaskan dari Abel. "Abel, jangan buat gue khawatir!"

Zena terus saja menggedor-gedor pintu itu dan tak lupa dia juga menendang pintu itu dengan hentakan keras. Namun apa daya, Abel tak meresponnya sama sekali.

"Abel! Kalau lo gak mau buka, gue dobrak!"

Zena mencoba mendobrak dengan lengannya. Persetan dengan rasa sakit! Yang jelas ia harus cepat-cepat membuka pintu itu. Namum setelah mendobrak paksa pintu itu dengan berbagai cara, akhirnya Zena menyerah. Pintu itu terlalu kuat untuk Zena dobrak.

"Gue mohon Bel, buka pintunya!" air mata gadis itu akhirnya luruh dari pelupuk matanya dan mulai mengalir deras hingga ke pipi. Zena kembali menangis untuk pertama kalinya, sejak 8 tahun silam terakhir.

Seolah hari ini, Zena telah melepaskan topengnya, topeng yang selama ini terpasang begitu sempurna dan berdiri kokoh menjadi perisai untuk dirinya.

"Please Bel, buka pintunya!" Zena terus berteriak meski suaranya terdengar begitu serak.

"Gue gak akan bisa maafin diri gue sendiri, kalau sesuatu yang buruk bener-bener terjadi sama lo!" Zena merasakan hatinya seperti diremas kuat oleh seseorang, begitu sesak dan nyeri. Sungguh hal ini benar-benar menyakitkan!

"ABEL! OPEN THE DOOR NOW!" teriak Zena lagi dan lagi, sambil terus menggedor-gedor pintu itu. Namun tetap saja tak ada sedikit pun respon dari dalam sana.

Zena semakin kalut, pikirannya semakin buruk mengenai kondisi Abel. Zena semakin takut kejadian itu terulang kembali untuk kesekian kalinya.

"Abel gue mohon, buka pintunya," lirih Zena dengan tubuh yang meluruh ke lantai. Ia khawatir dengan kondisi Abel. Ia kecewa dengan takdir yang begitu kejam dan ia benci dengan dirinya yang belum bisa melindungi Abel, menjaga Abel.

Zena memukul dadanya kuat. Rasa ini, rasa yang begitu menyesakkan. Rasa yang sulit untuk dihilangkan. Zena sesak dan ia lupa bagaimana caranya menghirup oksigen dengan benar. Ia kalut, cemas dan khawatir.

Sementara di dalam sana, gadis itu menangis sesenggukan tanpa suara. Satu tangannya membekap mulutnya kuat, agar tak mengeluarkan suara isak tangisnya.

Abel sangat merasa bodoh telah membuat orang yang sekarang sedang menangis karena khawatir pada dirinya.

"Maafin gue Zen gue udah bodoh jauhin lo demi cowok itu," batin Abel lirih.

ZenEgaWhere stories live. Discover now