[ZenEga 27]

3K 272 34
                                    

BAB 27

"Haruskah, aku kembali merasakan kejamnya takdir. Setelah sebelumnya, aku dibutakan oleh kebahagian yang bersifat sementara?"

Playing now, Hanin Dhiya - Darling

^Z E N E G A^

“Aku pulang dulu ya Zen.”

Zega yang sedang menyalakan mesin mobil kini melambaikan tangan pada Zena. Hari sudah malam dan Zega harus cepat-cepat pulang jika dia tidak mau mendapati tas yang berisi pakaian gembelnya tergeletak mengenaskan di teras rumah. Dan ah ya, sesegara mungkin Zega harus pulang lebih awal dibanding Zero ketika dia baru saja mengingat kalau dia sedang memakai baju hasil curian dari lemari abangnya.

Jika Zero tahu dia memakai baju kesayangannya tanpa bilang-bilang mungkin Zega harus bersiap-siap mendapat bogeman mentah dari abangnya itu.

“Hati-hati,” balas Zena.

Mendengar itu Zega lantas tersenyum. “Hadeh berasa jadi suami yang pengen pamitan sama istri. Ya udah deh, Ega pulang dulu ya. Sampai jumpa ya calon istri.”

Zena memutar bola mata namun tak urung dia tersenyum tipis. Cowok menyebalkan ini selalu saja ada cara untuk meluluhkan hatinya, huh Zena jadi baper.

“Nanti aku telpon deh, tapi agak maleman ya soalnya aku mau dikasih siraman rohani sekaligus pukulan sayang dari Abang Zero.”

Zena mengerutkan kening. “Kenapa?”

“Aku minjem baju tapi gak bilang, hehe.” Zega nyengir tanpa dosa sedangkan Zena memutar bola matanya malas. Setelah mendengar perkataan Zega tadi membuat Zena berfikir kalau barang-barang yang selama ini Zega pakai adalah barang milik abangnya.

Dasar gak modal!

“Terserah,” ucap Zena malas. “Ya udah sana pulang. Udah malam.”

Zega menggerakan tangannya seolah dia sedang hormat pada bendera. “Siap ibu negara!”

Setelah itu Zega menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Zena. Mata Zena terus memandang mobil cowok itu sampai pada akhirnya mobil itu menghilang dari pandangannya. Zena menghembuskan nafas, hari ini adalah hari yang melelahkan. Selain diajak jalan Zega dari pagi hingga sore, cowok itu terus saja memaksa membuat kue di rumahnya. Badan Zena terasa sangat pegal, sungguh.

Sebenarnya Zena menolak keputusan Zega membuat kue di rumahnya, tapi cowok itu terus saja memaksa hingga mau tidak mau Zena harus mengatakan iya agar Zega diam.

Zena menutup gerbang dan sekilas dia menatap ke arah langit yang tak lagi terang karena jam sudah menunjukkan delapan malam. Saat Zena berbalik untuk masuk, tiba-tiba saja tubuh gadis itu mematung di tempat dengan tatapan terpaku pada sebuah taman yang ada di sebelah rumahnya.

Terlintas begitu saja kenangan Zena saat bersama bunda dan kakaknya. Dimana saat itu mereka sedang asik menanam bunga sambil sesekali bermain kejar-kejaran hingga kakaknya yang membuatkan flower crown indah untuknya.

Shit! Kenangan itu membuat rindu yang menyakitkan bagi Zena kembali hadir. Dan tentu saja itu langsung membuat raut wajah Zena berubah drastis seketika.

Zena memegang dadanya. Gemuruh sesak itu kembali Zena rasakan. Rindu itu kian menjadi, memenuhi rongga dadanya hingga semuanya terasa tercekat.

ZenEgaWhere stories live. Discover now