[ZenEga 09]

5.2K 550 76
                                    

Note Author!

Budayakan klik 🌟 sebelum membaca dan Comment setelah selesai membaca.

Seorang penulis akan mencintai para pembacanya, jika kalian mau menghargai hasil karyanya :)

"Rencana buruk, akan berakhir dengan buruk juga 'kan?"

"ZENEGA"

BAB 9

Rachel menunduk dan memilih menatap makanannya, dibandingkan harus melirik Zena yang sedang bersiap-siap ingin menerkamnya. Tubuh Rachel gemetar dari atas hingga bawah, untung saja dia bisa mengatasinya agar Zena tidak curiga, kalau tidak? Ya pastinya rencana-nya kali ini Gatot alias Gagal Total.

"Ngapain juga si Rachel main busuk di belakang lo, Zen? dia mau nikung lo buat dapetin gue?" Zega melirik gadis itu yang tengah menatap tajam Rachel.

"Lagian sudah pastinya gue tuh milih lo, ngapain juga gue milih si Rachel yang suaranya mirip terompet tahun baru? udah badannya cebol, cantik enggak, dan parahnya dia hidup lagi."

Pernyataan itu sukses membuat Rachel melotot ke arah Zega, yang dibalas dengan tatapan 'diem atau kita bakal ketahuan!' dari cowok itu.

Rachel hanya bisa mendengus dan mencibir Zega dalam hati.

"Zega sialan! Kalau bukan karena Gilan, udah habis tuh bocah gara-gara gue tendang ke Afrika," batin Rachel.

"Bener tuh, Zen! ngapain juga gue nikung lo buat dapetin tuh cowok yang mirip bekantan jantan? ogah banget gue, sekalipun dia ganteng mirip Manu Rios, kembaran Shawn Mendes, Kakaknya Cameron Dallas, kalau gue milih Gilan, lo mau apa?"

Rachel buru-buru menutup mulutnya akibat dia keceplosan menyebut nama Gilan. Sedangkan Zena sendiri merasa ada hal aneh yang sedang di sembunyikan oleh Rachel.

"Gilan? siapa?" tanya Zena sambil memicing ke arah Rachel.

"Ya ampun lo gak tahu Gilan, Zen?! Itu kan film populer yang baru tayang kemarin, apalagi kata-katanya yang hits kek gini, 'Jangan rindu...rindu itu berat, kamu gak akan kuat.'"

Rachel diam-diam menepuk jidatnya. Tuh kan benar apa katanya tadi, Zega itu mirip bekantan, tidak punya otak! eh ada deng, tapi cuma buat pajangan.

"Itu Dilan, Zega!" Rachel melotot ke arah Zega. Sedangkan cowok itu hanya terkekeh kecil mengingat kebodohannya.

"Ya maksud gue itu, Dilan 1990. Makanya kemarin tuh lo ikut gue nonton Zen, biar gue gak berasa homo kalau nonton sama Vikar." Zega menatap lekat ke arah Zena.

Sedangkan Zena hanya memutar bola matanya malas dan melanjutkan makannya. Kalau tidak mengingat ini di restoran, mungkin dia sudah menendang Zega hingga ke Kutub utara.

Hening beberapa saat karena mereka semua asik dengan makanan masing-masing, hingga Zena mendongak ketika suara kursi di depannya di tarik dan mengeluarkan suara.

"Mau kemana?" tanya Zena begitu Rachel mengambil tasnya.

"Toilet," jawab Rachel singkat.

Zena menatapnya curiga. "Gak usah di ambil tasnya, gak bakal hilang."

Rachel mendadak tegang akibat ucapan Zena, lalu dia melirik Zega untuk meminta pertolongan. Seakan mengerti maksud tatapan itu, Zega pun angkat suara.

"Biarin aja sih, mau diambil apa enggaknya itu tas biar itu urusan Rachel," ucap Zega dengan mata yang mengisyaratkan agar Rachel mengangguk.

"Ah, i-iya lagian gue juga mau dandan di toilet. Hehehe," kekeh Rachel dengan kikuk membuat Zena menaikkan sebelah alis.

"Lo gak bakal kabur kan?" Zena menatap Rachel lekat seolah tak memberikan celah untuk gadis itu berbohong.

"I-itu...hm, a-anu--"

"Hm?"

"A-anu..."

"Anu Rachel mau di dandanin, Zen."

Rachel melotot sedangkan Zena menatap tajam Zega yang baru berucap nyeleneh. Zega merasa kikuk langsung meralat ucapannya. "Eh, maksud gue wajah si Rachel, hehehe."

Rachel mendengus kesal. "Udah ah gue ke toilet dulu, males gue sama tuh bekantan."

Rachel meninggalkan mereka menuju toilet. Sedangkan Zena sendiri merasa bahwa di sekitarnya ini panas. Ah lebih tepatnya hawa panas itu dipancarkan oleh cowok yang merusak moodnya hari ini, Zega setan kecil bagi Zena.

"Ngapain lo liatin gue?!" sinis Zena ketika melirik Zega yang sedang menatapnya serius.

"Siapa yang liatin lo? pede amat," balas Zega sambil terus menatap Zena. "Gue lagi liatin bidadari kok."

"Cih, receh!"

"Walaupun receh lo tetep suka 'kan, sama gombalan gue?" Zega menaik-turunkan kedua alisnya, membuat Zena menahan niatnya untuk melemparkan nampan ke wajahnya Zega yang menyebalkan itu.

"Zena, lo kan cantik sedangkan gue ganteng, kenapa kita gak pacaran aja terus nikah supaya nanti bisa melahirkan generasi yang ucul dan imut macam gue?"

Zena berdesis. Cowok di sampingnya ini sangat percaya tinggi, emaknya ngidam apa sih?

"Zen, kenapa lo kemarin nolak gue? gue itu serius dan gak main-main sama lo." Ucapan Zega membuat atmosfer berubah menjadi serius.

Zena menatap cowok itu malas. "Lo serius sama gue?" tanyanya dengan nada meremehkan. "Udah berapa banyak cewek yang kemakan omongan lo itu?"

Zena tersenyum sinis. "Keseriusan itu bukan sekedar ucapan doang, serius itu butuh bukti bukan sekedar janji."

Zega tertegun akibat ucapan Zena yang menusuk tepat di hatinya. Jleb! sakit tapi tak berdarah, itulah yang saat ini dirasakan Zega.

"G-gue serius."

"Serius? cih, gue tau kalau lo main-main! cowok kayak lo itu gak bisa megang janji, bisanya umbar janji yang gak bakal bisa di tepati. Intinya, yang serius belum tentu sayang, apalagi yang main-main?"

Zena tersenyum miring ketika melihat Zega tak berkutik sama sekali akibat ucapannya. Lalu dia melirik jam tangannya, sudah setengah jam Rachel tidak kembali. Dia menggeram, benarkah firasatnya ini yang mengatakan kalau Rachel kabur? kalau benar, dia harus segera mencari Rachel dan benar-benar akan memakannya hidup-hidup.

Zena buru-buru bangkit dari kursinya yang langsung ditahan oleh Zega. "Mau kemana?"

Zena menghempaskan tangan cowok itu. "Bukan urusan lo!"

"Terus yang bayar ini semua siapa?" tanya Zega sembari tersenyum miring. Dengan geram Zena mengambil dompet di saku celananya, namun dia mengernyit saat benda itu tak ada di sana.

"Kenapa? gak bawa dompet atau gak punya uang?" tanya Zega dengan nada meremehkan.

Zena menggeram kesal. "Diem lo!"

Sedangkan Zega hanya bisa terkekeh kecil melihat wajah kesal dan garang milik Zena. Lucu, pikirnya.

"Udah gue yang bayar, ayo." Zega menarik tangan Zena. Gadis itu mencoba untuk memberontak, namun sial ketika tangannya ini digenggam dengan erat oleh Zega.

Zena hanya bisa mendengus dan mau tak mau dia harus mengikuti Zega.

"Selamat lo udah masuk ke dalam jebakan Batman, Zena. eh? maksudnya jebakan orang ganteng."

🍁🍁🍁

YUHU UPDATE LAGI GUYS

BTW KANGEN GAK SAMA KAMI? ZENA? OR ZEGA?

AUTHOR KECE MACAM KAMI INI? WKWK

SO? APA RENCANA SI RACHEL YA? BISA NEBAK?

HUHUHU, STAY TUNE DI ZENEGA GUYS.

HAPPY READING 🍃🍃

SEE YOU NEXT PART GUYS. BTW CAPS LOCK JEBOL

R

epost 30 Desember 2022

ZenEgaWhere stories live. Discover now