"Mama tidak sering meminta padamu Sean, tapi tolong pikirkan kembali permintaan Mama untuk mencari seseorang yang bisa membuatmu terlihat hidup kembali."

Nyonya Aldarict memutuskan beranjak, mengambil tasnya di bangku dan bersiap untuk meninggalkan putranya yang masih terdiam di meja makan dengan wajah tidak senang.

Namun sebelum benar-benar keluar dari tempat itu, dia menoleh kembali pada Sean.

"Mama tahu kau begitu mencintainya, tapi Sean.. ini sudah terlalu jauh."

***

Sean mengurut tengkuknya begitu memasuki ruangan pasien kelas II, berharap dengan itu kaku yang sejak tadi mengganggunya bisa sedikit meredah.

Padahal hari ini bukan hari yang berat, dia hanya memiliki jadwal untuk memeriksa beberapa pasien ringan yang membutuhkan kontrol rutin biasa tanpa operasi ataupun konsultasi intensif, tapi sudah sejak tadi Sean merasa begitu lelah seolah beban masalah yang ditanggungkannya sudah terlalu banyak dan mulai menolak untuk diabaikan.

Sean menghela nafasnya pelan, kembali berusaha tetap fokus pada pekerjaannya.

Dia menoleh pada laporan medis di tangannya, kemudian pada plangkat identitas pasien di salah satu ranjang lalu melakukan pemeriksaan pada laporan penggunaan obat dan perawatan yang pasien itu terima hari ini.

"Kau tau kabar tentang dokter Sean yang meniduri dokter Hera kemarin?"

Suara seseorang yang menyebutkan namanya dari bilik sebelah tahu-tahu terdengar, membuat fokus Sean kembali terpecah.

"Ternyata kabar itu bohong, dokter Hera-lah yang ternyata menggoda dokter Sean untuk tidur bersamanya."

Suara beberapa orang lainnya yang terkesiap membalas.

"Apa? Dari mana kau tahu?"

"Aku mendengar dari perawatan yang kemarin memberikan laporan pada dokter Al. Katanya dia mendengar dokter Sean membantah kabar itu, dokter Sean menjelaskan bahwa dia bertemu dengan wanita itu dalam keadaan sudah mabuk dan bermaksud menolongnya, tapi kemudian wanita itu menjebaknya dan menyebarkan rumor bahwa dialah korban."

Sean berusaha mengabaikan pembicaraan orang-orang itu dengan beralih memeriksa sisa isi infus yang diberikan kepada pasien.

"Astaga! Pantas saja aku merasa aneh dengan kabar itu, tau sendiri bagaimana binalnya kelakuan dokter Hera selama ini. Dia mana mungkin jadi korban permerkosaan, kalau dia yang memperkosa orang lain itu baru masuk akal haha..."

"Benarkan! Aku sampai heran, kenapa dia sampai sekarang tidak malu dengan kelakuannya yang murahan itu?"

Sean mendengus, tidak bisa berkonsentrasi lagi.

Tanpa sadar, dia justru meremas laporannya, mulai terprovokasi dan terusik dengan perkataan orang-orang itu.

"Eh, aku punya ide." Salah satu orang diantara mereka kembali berbicara.

"Kalian taukan kalau dia akan datang ke pesta lajang dokter Yuna malam ini? Bagaimana kalau kita kerjai saja dia? Kita buat dia diperkosa oleh orang sungguhan, supaya lain kali dia tidak sembarangan membuat berita sampah."

"Kau sudah gila ya? Haha.. tapi aku setuju."

Sean tertegun, mendesis kesal kemudian bergegas keluar dari ruangan karena dia selalu sadar bahwa semua hal yang menyangkut Hera akan berarti masalah baru untuknya... dan juga jantungnya.

***

Hera terlihat sedang bercanda dengan salah satu petinggi dokter di cafeteria khusus staff rumah sakit siang itu, dokter Arifin, teman dekat sekaligus partner seperjuangan ayahnya membangun karir selama bertahun-tahun.

at: 12amWhere stories live. Discover now