Hera yang tidak terima, menggerutu.

"Kenapa aku harus minta maaf? Dia yang harusnya meminta maaf padaku. Kalau Ayah lupa, dia lah yang sudah—"

"Ayah sudah tau segalanya."

Hera menghentikan makannya, dia menatap ayahnya dengan ekspresi wajah lelah yang sama sekali tidak ditutup-tutupi.

"Apa maksud Ayah?" tanyanya.

"Dia memperkosamu? Dia menjebakmu? Kamu sudah dewasa Hera, jangan bermain-main dengan hal seperti itu lagi."

Hera meringis saat melihat ibunya yang nampak sangat terkejut mendengar itu.

"Ayah tidak percaya padaku?"

"Ayah lebih percaya pada rekan kerja yang rasional."

Hera sentak memundurkan tubuhnya pada sandaran kursi, dia benar-benar tidak percaya pada perkataan ayahnya yang baru saja dia dengar.

"Dokter Sean menolongmu dari pria di bar yang hampir melecehkanmu, dia membawamu ke apartemennya karena kahwatir jika ayah melihat pakaianmu yang sangat berantakan dan pipimu yang memar akibat tamparan pria di bar itu." Tambah ayahnya tanpa gentar.

"Dia tidak seperti mantan-mantan pacarmu diluar sana, Hera. Ayah sudah lama mengenalnya. Dia hanya mencintai satu wanita dan sejak dulu tidak akan pernah berubah. Jangan membawanya pada kekacauan yang kamu sendiri penyebabnya."

Hera mendengus, menunduk dan mengusap dahinya dengan sedikit kasar.

Dia tertawa skeptis, "Jadi jika itu dia, aku bebas dibawanya ke apartemennya begitu saja? Ayah sadarkan bahwa kami tidak saling mengenal? Bagaimana jika dia memang berniat memperkosaku?!"

Hera berdiri, menyentak meja dan membuat kedua orang tuanya menatapnya terkejut.

"Hera." Nyonya Travoltra memegangi tangannya, meski dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi namun dia tetap mencoba menenangkan putri tunggalnya yang tampak marah itu.

"Ayah benar-benar keterlaluan." Desis Hera.

Dia beranjak, mengambil tas dan barang-barangnya untuk kemudian berbalik dan hendak meninggalkan tempat itu... tepat ketika ayahnya tiba-tiba kembali berkata.

"Sudah saatnya kamu menikah."

Hera mendadak terhenti, tubuhnya keluh dan seakan dia baru saja mendengar deklarasi kematiannya, dia berbalik tanpa bisa berpikir apapun.

"Apa?!"

Hera dan ibunya sama-sama terperanjat.

"Mas, apa maksudnya ini semua? Kenapa Hera jadi disuruh menikah?"

"Ayah sudah gila?"

Aldebaran Travoltra yang menatap keterkejutan anak dan istrinya hanya bisa menghembuskan nafasnya berat.

"Sudah saatnya dia menikah sayang, sudah saatnya dia berhenti bermain-main pada setiap pria disekitarnya. Hera harus mulai bertanggung jawab dengan hidupnya dan menerima setiap konsekunsi dari kelakuannya. Semua orang sudah lelah." Dia memegang tangan istrinya yang masih terkejut, dengan lembut.

"It doesn't make any sense!" Suara Hera meninggi.

"Ayah, kita sedang membicarakan Sean sekarang, kenapa tiba-tiba jadi menyuruhku menikah? Memangnya apa hubungan pria itu dengan ku?"

"Ayah akan menjodohkanmu dengan salah satu anak rekan ayah."

"Mas!"
"Ayah!"

Kedua wanita dalam keluarga itu kembali berseru tidak terima. Kenapa keputusan kepala keluarga mereka jadi tiba-tiba seperti ini?

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang