"Semuanya bersiap."

Para perawat asisten mengangguk.

"Scalpel."

Perawat disebelah Sean dengan cekatan mengambil pisau dari nampan instrumen dan memberikannya.

Ruangan itu menjadi hening, hanya terdengar bunyi mesin perekam aktivitas jantung pasien yang berdetak dan membuat ruangan terasa menegangkan.

Stephen dan semua orang yang berada sana, melihat dengan fokus pada Sean yang melakukan penyayatan.

Mereka sedikit terkejut karena beberapa saat kemudian, tepat seperti dugaan, pria itu dengan baik—dan nyaris sempurna telah meng-insisi* bagian yang direncanakan hingga terbuka.

Dia lalu menyerahkan pisau kepada perawat.

"Pembukaan Costae* dimulai." katanya.

"Bone Bor."

Sean mengambil bor tulang dari perawat yang diperintahnya. Dia dengan hati-hati melakukan pemotongan dengan dibaluri cairan saline (*larutan garam fisiologis) pada beberapa tulang rusuk untuk membuka ruang pekerjaan mereka.

Sama seperti sebelumnya, semua orang sudah menebak bahwa pria itu tetap melakukan pekerjaannya dengan baik.

Dari balik masker, para perawat yang melihat Sean, tersenyum. Mereka selalu tergila-gila melihat Sean dalam kondisi mengagumkan seperti ini.

Setelah meletakan tulang yang dipotong, Sean kemudian meletakan retraktor ditepi luka bekas insisi pasien, menahan lapangan operasi serta menghindari kerusakan jaringan yang lebih banyak.

"Hipotermia jantung sudah siap dilakukan." katanya.

"Dokter Stephen,"

Sean mundur untuk memberikan ruang pada Stephen melakukan pekerjaannya.

Stephen mengangguk, dia tidak menunggu lama untuk menerima instruksi Sean kemudian mengambil suntik yang telah berisi cairan zat kimia pendinggin untuk melemahkan detak jantung.

Sedangkan Hera, wanita itu sejak tadi diam memandang kondisi dada pasien yang telah terbuka.

Dahinya berkerut, entah mengapa dia merasa ada yang berbeda dari rontgen sebelumnya pada saluran arteri terbesar jantung pasien. Ukuran maupun bentuk, bagian itu terlihat sangat berbeda.

Stephen menjentikan suntik untuk mengeluarkan sedikit udara yang terjebak disana, dia bersiap memberikan tusukan ketika Hera dengan mendadak menahan tangannya.

"Tunggu!" Sergah Hera.

Semua orang dalam ruangan itu menatapnya heran, mereka kompak mengeluh, sekarang.. apa yang ingin dilakukan wanita itu?

Stephen yang terkejut, bertanya, "Dokter Hera, apa yang anda—"

"Jantungnya tidak bisa langsung dibuka dan ditransplantasi, ada pembengkakan baru di Aorta." Hera menyela, panik.

Dia menunjuk bagian yang dari tadi mengganggu dan menjadi fokusnya, "Ini, aku tidak melihat pembengkakan ini dalam rontgen. Pasien mungkin mengalami shock yang menyebabkan cidera sebelum operasi."

at: 12amWhere stories live. Discover now