[extra + SURPRISE]: forever mine

51.4K 7.5K 5.7K
                                    

"Jaemin!" panggilku lemah dari kamar mandi.

Terdengar langkah Jaemin lalu pintu kamar mandi dibuka.
"Ya? Astagaㅡ kamu kenapa?" dia kaget melihat bajuku kena bekas muntahan.

"Nggak apa-apa, ambilin bajuku dong," jawabku.

"Oke, sebentar," Jaemin yang masih menggenggam ponselnya menjauh lagi dari pintu.

Aku bercermin, mukaku kacau sekali. Mau mandi lagi tapi malas dan sudah tengah malam juga. Ganti baju saja cukup deh.


"Yang ini?" tanya Jaemin, muncul lagi di pintu membawa sepotong baju tidurku.

"Iya. Thank you," aku mengambilnya.


Jaemin mengangguk lalu keluar lagi dari kamar mandi. Aku segera melepas baju dan bersih-bersih seperlunya supaya tidak bau muntahan. Untung saja rambutku tidak kena. Saat aku keluar kamar mandi, harum teh hangat tercium. Jaemin masuk membawa secangkir teh yang asapnya mengepul.

"Aneh, Liv yang lagi hamil tapi kamu yang muntah-muntah. Segitunya ikatan batin kalian?" Jaemin terkekeh sambil menghampiriku.

"Kayaknya aku kecapean, jadi masuk angin," jawabku.

"Kasian," Jaemin membelai kepalaku. "Minum nih tehnya, biar tenggorokan kamu enakan."

Aku tersenyum, menerima cangkir dengan senang hati lalu duduk di tepi kasur. Sementara aku minum, Jaemin menyeka sisa-sisa keringat dingin di leherku.

"Harusnya kita pilih venue indoor aja jangan outdoor kayak tadi. Masa lagi honeymoon malah kamu masuk angin, nggak lucu," dia terkekeh lagi.

"Nggak lucu tapi kamu ketawa," cibirku.

"Habis kamu lucu, habis muntah aja lucu," Jaemin mencubit pipiku.

Aku menghela nafas.
"Tamunya banyak banget, ternyata menikah itu capek ya. Padahal baru hari pertama," keluhku.

"Banyak banget orang yang nggak kukenal tadi. Lucu juga ya," kata Jaemin.

"Lucu terus dari tadi? Kenapa sih?" tanyaku.

Jaemin tersenyum sembari menatapku dalam-dalam. Tangannya membelai lagi kepalaku.

"Lucu, akhirnya kamu jadi Na Alice beneran," jawabnya. "Aku masih nggak percaya akhirnya sampai di hari ini."

Mukaku pasti bersemu kemerahan. Sejujurnya aku juga masih sulit mempercayai kenyataan kalau sekarang kami sudah menikah. Yahㅡ walaupun belum genap 24 jam sih. Tapi konyolnya, aku malah masuk angin.

"Kayaknya cuma kamu deh pengantin baru yang main game terus, aku dicuekin," aku pura-pura kesal.

"Nggak kebalik? Kamu kan habis mandi tadi langsung tidur, aku nggak tega ganggunya," Jaemin mengusap pipiku. "Barusan bangun langsung muntah-muntah."

Kami terkekeh bersama, menyadari betapa konyolnya malam yang harusnya romantis ini. Jaemin merangkulku, memeluk kepalaku hati-hati supaya teh yang kupegang tidak tumpah.

"I love you, Na Alice," Jaemin mengecup kepalaku. "Jangan sakit dong, nggak seru ah kamu."

"Ini habis minum teh bikinan kamu juga nanti sembuh," jawabku.

Jaemin melepasku, kemudian meneliti cangkir tehku.
"Tinggal sedikit, habisin terus kamu tidur lagi biar cepet sembuh," ujarnya.

Aku mengangguk, meneguk teh sampai habis lalu tanpa diminta Jaemin mengambil alih cangkirku dan membawanya keluar. Dia kembali lagi semenit kemudian, langsung membaringkanku di kasur.

Vacancy ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang