This is you after read the previous chapter, right?
Masih kurang keju? Sini taksuapin lagi sampe gumoh~
Sebelum aku berulah lagi membuat prahara xixixixi"Kamu orang apa permen karet sih?"
"Permen karet," jawab Jaemin tanpa mengalihkan mata dari layar tablet pc. "Chewing gum~"
"Ini kalo ada yang liat malu tau," aku menggerakkan bahu untuk menyingkirkan kepala Jaemin yang bersandar.
Kami di resource center umum, aku butuh banyak database untuk menyelesaikan essay. Karena sulit punya waktu luang, Jaemin bersikeras menemani ㅡlebih tepatnya mengganggu. Menempel terus seperti permen karet.
Dia menggerutu pelan, bergeming dalam posisinya yang bersandar di lengan kiriku sambil nonton Your Lie in April. Sebenarnya lumayan sih, ada mesin penghangat gratis, tapi dia berat juga. Dan sekarang saat aku sudah mulai mengetik essay lagi, Jaemin menggeliat-geliat.
"Berat ya?" tanyanya jahil.
Pertanyaan yang tidak butuh jawaban. Aku menyerah. Berhenti mengetik dan mendorongnya dengan dua tangan.
"Kamu makan apa sih? Kayaknya tiap minggu makin gede?"
"Apanya?"
"Semuanya. Gigi apalagi."
Jaemin meringis, mengadu giginya. "Masa sih?"
Saat aku akhirnya tidak kuat menahan tawa melihat pemandangan semacam itu, Jaemin menatapku seperti orang bodoh. Dia sepertinya tahu diri sih giginya memang besar-besar, dan aku memang merasa giginya makin lama makin besar.
"Eh, nggak boleh berisik di perpustakaan," Jaemin menutup mulutku dengan telapak tangannya. "Cepetan bikin essay-nya, aku janji nggak ganggu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vacancy ✔ [revisi]
Fanfiction[a sequelㅡ read 'nowhere' and 'backup' first] ❝between your vacancy, his vacant heart, and my vacantness.❞ - was #1 in fanfiction