59. the sun

45.3K 10K 5.2K
                                    

The devil was once an angel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The devil was once an angel.










***








Cekikan Mark membuatku sulit berpikir.
Sekuat tenaga aku berusaha melonggarkan jeratan tangannya walaupun tentu saja tenagaku tidak sebanding. Dengan putus asa aku mencoba bicara padanya. Maksudku, dengan Mark sungguhan yang pasti masih ada di dalam sana.


"M- marㅡ kkkhㅡ" panggilku.

"Shut up," desisnya, dia menekan sampai rasanya bola mataku hampir lepas dari rongganya.

"Markkhhㅡ Magㅡ gu!"

"Diam, bodoh!" timpalnya, mengangkat sedikit kepalaku untuk membenturkannya ke lantai.


Mataku mulai berair. Entah karena menangis ketakutan atau saking kencangnya cekikan di leherku. Entah berapa lama lagi tangan kurusku bisa menahan cengkeraman Mark. Aku menatap mata penyiksaku dalam-dalam, terus berusaha mencari Mark Lee.

"M-mar-k to-long," gagapku.

Setiap kata yang keluar dari mulutku sepertinya hanya menambah kemarahan Mark. Dia lagi-lagi mendesis marah, tapi aku bersikeras menatapnya. Aku tahu ini percuma, tapi dengan nekat akhirnya aku berteriak sekuat tenaga.

"MARK LEE!"

Teriakan itu parau dan tak berdaya. Tapi berhasil membuat Mark tiba-tiba melepas tangannya dari leherku lalu menutup telinganya sambil berteriak ㅡterdengar seperti geraman binatang.

Mark tampak kesakitan, darah segar mengalir dari hidungnya ㅡmenetes di dadaku. Dia memegangi kepalanya, terhuyung-huyung. Perlahan ia membuka mata dan menatapku kaget.

"A-alice...?"

"Mark!" seruku lega melihat tatapan yang kukenal.

"Alice, kamuㅡ ARGH!"

Mark terjungkal ke belakang, masih memegangi kepalanya. Geraman-geraman binatang dan umpatan dalam bahasa yang tidak kumengerti keluar dari mulut Mark. Aku membekap mulutku sendiri melihat bola matanya seperti terbalik, lalu pupil matanya berubah-ubah lagi menjadi hitam pekat.







Oh, jangan lagi.







Mark bangkit, berjalan ke arahku.
Dia menatapku seperti binatang kelaparan. Tangannya sudah terarah ke leherku lagi, tapi aku berhasil menepisnya. Sesaat kemuadian dia mimisan lagi.

"Aliceㅡ per-gi! Lari!" ucap Mark masih dengan mata tidak fokus.

Aku menangis frustasi, berusaha berpikir jernih tapi tidak bisa. Satu-satunya hal berguna yang terlintas di pikiranku adalah memungut ponsel Mark yang tergeletak di lantai ㅡmungkin jatuh saat kami berkelahi tadi.

Vacancy ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang