41. The Last Fight

125 22 3
                                    

Jiyeon menyusuri koridor menuju pintu masuk namun tidak menemukan Jimin di manapun.

"Nona Jiyeon tunggu sebentar. Kau harus menceritakan semuanya padaku."

"Dokter kumohon, aku berjanji akan menjelaskan semuanya tapi saat ini yang paling penting adalah kakakku."

"Dia sudah kubawa ke klinik terdekat, aku tidak tau mereka sudah membawanya ke rumah sakit yang lebih besar atau belum. Jika kau mau, kau bisa datang ke klinik di blok depan dekat jalan raya."

Suara seorang wanita memotong percakapan Jiyeon dan psikiater. Ternyata pegawai wanita yang sejak awal sudah berbicara dengannya.

"Apa kau benar-benar menolongnya? Kenapa?"

"Karena aku menyesal telah melukai kepalanya, wajahnya yang tampan menjadi sedikit jelek jika dipenuhi luka jadi kuputuskan untuk membawanya ke klinik."

Tanpa sedikitpun mengindahkan jawaban sang pegawai wanita, Jiyeon langsung pergi begitu saja menuju klinik yang pegawai wanita katakan tadi.

Sesampainya di klinik, ia disambut oleh sirine ambulans di depan pintu UGD. Terlihat beberapa suster yang sangat sibuk membawa peralatan-peralatan kedokteran.

Belum sempat Jiyeon melangkah masuk, ia dikejutkan dengan seseorang yang terbaring di dalam ambulans.

"Jimin oppa!" pekik Jiyeon histeris membuat para suster menoleh.

"Apa kau keluarganya? Kalau begitu cepat masuk ke ambulans, ia kehabisan banyak darah jadi kami harus membawanya ke rumah sakit yang memiliki kantung darah yang cukup."

Psikiater menganggukkan kepalanya ketika Jiyeon menoleh ke arahnya.

"Pergilah, aku akan menyusulmu dengan mobilku. Kirimkan saja alamatnya."

"Baik, aku mengerti."

Jiyeon pun memasuki ambulans.

---

Sangyeob mengeluarkan sebuah pisau lalu merusak alat scan tersebut dengan mudah. Terdengar suara kunci pintu yang terbuka.

"Kau lihat Jungkook? Ini hal mudah untukku."

Sangyeob membuka pintu dengan santai lalu memasuki ruangan secara perlahan. Setelah benar-benar masuk ke ruangan tersebut, ia tidak menemukan Jungkook.

Pranggg.

Suara botol pecah menggema. Sasaran Jungkook adalah kepala Sangyeob, namun reflek Sangyeob lebih cepat sehingga botol itu hanya melukai pergelangan tangannya.

"Menyerang dari belakang? Oh ayolah itu sudah biasa." tawa Sangyeob.

"A, akan ku, kubunuh kau."

"Lakukanlah, keluarkan seluruh kekuatanmu. Jika aku mati, aku tidak akan bingung lagi bagaimana cara berhenti dari pekerjaan kotor ini."

Jungkook merasa sedikit takut, bagaimanapun juga ia sedang berhadapan dengan seorang pembunuh handal.

Sangyeob menggenggam erat pisaunya.

"Kau tau sudah berapa banyak wanita yang terbunuh oleh pisau ini?"

"A, aku tidak ingin tau."

"Hei apa kau gugup? Santai saja, mari lakukan ini secara perlahan."

Sangyeob melangkah maju mendekati Jungkook. Jungkook segera meraih pistol yang berada di atas meja lalu mengarahkannya pada Sangyeob.

Hal itu sama sekali tidak menghentikan Sangyeob. Sangyeob malah tertawa.

MINE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang