11. Hurt

281 56 12
                                    

"Kenapa?"

Sangyeob menoleh dan memasang wajah bingung.

"Kenapa kau menolong ku?"

So Eun bertanya tanpa menatap Sangyeob sedikitpun. Ia menatap keluar jendela. Wajahnya datar, tatapannya pun kosong.

"Itu... Nyawa mu sangatlah berharga So Eun-ah..." jawab Sangyeob singkat.

So Eun menoleh lalu tertawa mengejek.

"Berharga katamu? Aku ini hanya wanita tidak berguna. Tidak ada lagi yang menginginkan ku di dunia ini, aku ingin segera bertemu kedua orang tuaku, aku sudah muak berada disini."

So Eun merasakan matanya memanas. Air mata mulai menggenangi mata sayu nya. Melihat keadaan So Eun seperti itu, Sangyeob langsung berdiri hendak menghentikan air mata So Eun namun So Eun menghapus air matanya lebih cepat dari Sangyeob. Sangyeob menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.

"Kau tau?" Sangyeob menggantungkan kalimatnya.
Sebelum melanjutkan, ia sempat menatap So Eun dengan tatapan sendu.

"Kau begitu berharga untukku. Aku tidak tau apa masalah mu sampai kau melakukan hal semacam itu. Kau berpikir tidak ada yang menginginkan mu lagi di dunia ini? Kau salah! Aku menginginkan itu, aku berharap bisa melihat mu setiap harinya, melihat keadaan mu sekarang ini membuatku merasakan sesak di dada. Ku mohon, jangan ulangi lagi, aku benar-benar khawatir."

Tiba-tiba Sangyeob mendekat dan memeluk So Eun, mendekapnya erat lalu mengusap rambutnya. So Eun terkejut dengan perlakuan Sangyeob yang begitu manis, rasanya seperti ada kehangatan yang muncul dari dalam hatinya. So Eun tersenyum.

"Gomawo." bisiknya ditengah pelukan.

---

"Kau yakin ingin pulang hari ini juga?" Sangyeob kembali bertanya dengan khawatir.

"Ya, aku tidak menyukai aroma rumah sakit. Lagipula luka ku tidak parah, aku bisa merawat ini sendiri di rumah." So Eun menyunggingkan senyum.

Sangyeob nampak berpikir. Berkali-kali ia menatap So Eun dan ruangan secara bergantian. Lalu ia mengusap wajahnya sambil menghela nafas.

"Arraseo. Tapi berjanjilah, jika terjadi sesuatu hubungi aku nanti aku akan memberikan kontak ku."

So Eun menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

---

"Hei apa kau tidak menutup pintu rumahku saat membawaku ke rumah sakit?"

Tanya So Eun sesampainya di depan gerbang rumahnya. Pintunya terbuka.

"Ummm, aku tidak ingat karna aku terlalu panik saat itu. Mungkin aku lupa."

"Pabo-ya! Bagaimana jika ada pencuri!" pekik So Eun.

Mereka berdua segera memasuki rumah, tapi tidak menemukan hal-hal janggal. Semua tetap sama, bahkan pecahan-pecahan piring di dapur beserta darah yang sudah mengering pun masih ada.

"Sepertinya dugaan ku salah. Tidak ada yang memasuki rumah ini." gumam So Eun.

Baru saja So Eun menutup mulutnya, suara langkah kaki terdengar dari arah kamar So Eun menuju dapur. Langkah yang seolah terseret.
So Eun dan Sangyeob langsung berjalan beriringan menuju sumber suara langkah tersebut. Apa yang mereka temukan sukses membuat mereka berdua membulatkan mata karna terkejut. Disana telah berdiri seorang pria dengan mata sembab yang masih mengeluarkan air mata. Bibirnya pucat. Pria itu berhenti tepat ketika bola matanya bertemu dengan milik So Eun. Pria itu berlari ke arah So Eun dan memeluknya erat, air mata membanjiri pipinya.

"So Eun-ah apa yang terjadi? Ada apa denganmu? Kau boleh membenciku seumur hidupmu, tapi ku mohon hiduplah dengan bahagia, jangan seperti ini." lirih pria itu.

"Aku tidak mungkin bisa membenci mu, kau adalah seseorang paling berharga untuk hidupku. Aku melakukan ini semua karna kau pergi. Berjanjilah untuk tidak meninggalkan ku lagi, oppa."

So Eun membalas pelukan kakaknya, Taehyung.

---

So Eun hendak membersihkan dapur, tapi Taehyung melarang nya. Taehyung menyuruh So Eun untuk duduk dan berbincang dengan Sangyeob, ia yang akan membersihkan dapur dari pecahan piring dan darah. So Eun sempat menolak tapi Taehyung memaksanya, akhirnya So Eun menuruti permintaan kakaknya.

Selama membersihkan dapur, air mata Taehyung tidak berhenti mengalir, ditambah ia harus membersihkan noda bekas darah di lantai yang telah mengering. Hatinya sangat sakit, menyesali perbuatannya meninggalkan So Eun sendirian dalam keadaan frustasi. Tapi ia melakukan itu karna atas kemauan So Eun, ia tidak pernah sekalipun menolak permintaan So Eun sekalipun ia tidak menyukainya. Dan malam itu So Eun menyuruh Taehyung pergi, dengan perasaan yang teramat pedih ia pun meninggalkan rumah yang tanpa ia ketahui akan terjadi hal seperti ini.

---

Setelah selesai membersihkan dapur, Taehyung hendak ke ruang tamu untuk ikut berbincang dengan So Eun dan Sangyeob, tapi semua sirna ketika ia melihat apa yang sedang terjadi disana. So Eun tampak menyandarkan kepalanya di pundak Sangyeob, mereka tampak tertawa bersama. Sesekali mereka saling tatap dan tersenyum. Taehyung membuang muka dan mengepalkan tangannya, mengatur emosinya agar tidak meluap. Goresan kecil muncul di hatinya. Selama ini ia tidak pernah merasa sesakit ini melihat So Eun bersama teman prianya, entah mungkin karna Taehyung telah mengakui perasaannya terhadap So Eun tapi So Eun tidak menanggapi dengan serius sehingga Taehyung merasa di campakkan oleh orang yang ia sayangi sejak kecil. Tepatnya sejak bangku SMP. Saat pertama kali Taehyung menyadari bahwa rasa sayangnya kepada So Eun lebih dari rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. Saat itu jika bukan karna Taehyung yang selalu berada di samping So Eun, mungkin So Eun sudah berada di syurga sekarang. Kejadian yang sampai detik ini menjadi mimpi buruk untuk seorang Kim Taehyung.

Tbc.
Keep vomment yaaa^^

MINE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang