9. Pain

296 55 4
                                    

So Eun berlari ke kamarnya dan membanting keras pintu. Hari yang sangat panjang untuknya. Ia menghempaskan tubuhnya ke kasur dan menatap layar ponselnya. Tidak ada satupun notif dari Jiyeon. Matanya kembali memanas, air mata mulai menggenangi matanya. Membayangkan hal buruk apa yang menimpa temannya itu membuat hatinya tersayat.

---

Daniel menatap langit yang gelap bertabur bintang, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Sangyeob terus mengikutinya dari belakang. Daniel tidak memperdulikan itu, yang kini ada di otaknya hanya So Eun.

Apa yang sedang ia lakukan? Apa dia baik-baik saja? Apa dia sudah makan?

Ia menggaruk kepalanya dengan frustasi. Matanya menatap ke arah kaca besar sebuah toko, ia menatap pantulan dirinya. Dan terfokus pada luka di ujung bibirnya. Ia terkekeh dan tersenyum miring. Mengingat kembali bahwa ia telah memukul Kim Taehyung di depan So Eun, ia berpikir bahwa kini So Eun sangat membencinya karna ia sudah melukai pria yang sangat So Eun sayangi. Lalu ia menatap sepatu putihnya yang telah sedikit kotor.

"Katakan padaku. Aku tau kau berbohong. Kau tau alasan So Eun menangis."

Ucapan Daniel yang tiba-tiba itu sukses membuat Sangyeob gugup. Ia membasahi bibirnya. Keringat membasahi dahinya. Daniel menoleh dan menemukan Sangyeob yang tengah ketakutan. Tidak mendengar sepatah katapun dari Sangyeob, akhirnya Daniel melangkah mendekati Sangyeob.

"Te, temannya tidak masuk hari ini dan ta, tadi di kolong meja So Eun ditemukan kotak hitam berisi potongan telinga yang diduga milik temannya itu karna anting yang telinga itu pakai persis sepeti anting milik teman So Eun." Sangyeob akhirnya berbicara setelah Daniel mengintimidasi nya dengan tatapan tajam miliknya.

Daniel terlihat berpikir, tak selang berapa lama ia mengeluarkan ponselnya.

"Pulanglah. Anak sepertimu tidak baik berada diluar sampai selarut ini."

Daniel mengibaskan tangannya layaknya sedang mengusir Sangyeob. Dengan patuh Sangyeob membungkuk lalu pergi. Daniel menekan sebuah nomor di ponselnya, ia ingin mendengar semuanya secara jelas.

---

Taehyung mengetuk pelan pintu kamar So Eun. Tidak ada jawaban. Ia mengetuknya sedikit keras dengan memanggil nama So Eun.

"Aku membencimu, Kim Taehyung! Pergi! Aku tidak mau melihatmu lagi!"

So Eun meninggikan suaranya, namun hatinya terasa sakit saat mengucapkan kalimat tersebut. Ia tidak tau harus melakukan apa, Jiyeon menghilang, kotak hitam berisi potongan telinga, kesalahpahaman Daniel dengan Sangyeob, dan yang terakhir perkelahian Taehyung dengan Daniel. Semua yang terjadi hari ini benar-benar membuat So Eun ingin mati detik ini juga. Ia menatap pintu kamarnya, setelah mengucapkan kalimat kasar pada Taehyung, Taehyung tidak sedikitpun menjawab atau protes seperti biasanya. So Eun sangat menyesal melakukan hal itu pada Taehyung, ia baru sadar bahwa Taehyung tidak pernah kasar kecuali ada sesuatu yang menyakiti So Eun. Dan tadi So Eun pulang dengan mata sembab bersama dua orang laki-laki. Dengan mata yang basah ia buru-buru membuka pintu.

Hening.

Tidak ada siapapun disana.
Ia melangkah menuju kamar tamu, tapi yang ia temukan hanya kamar kosong. Lalu ia mencari ke seluruh ruangan namun tak kunjung menemukan kakaknya. Kakinya terasa lemas, ia pun terduduk dengan kedua kaki menopang tubuhnya.

"Oppa mianhae... Kajima ... Jebal..."

So Eun menangis dengan keras di ruang tamu, ia merasa bahwa ia benar-benar orang yang tidak berguna. Dengan emosi yang sudah memuncak, ia berlari ke arah dapur. Mengobrak abrik setiap laci, mencari benda yang saat ini sangat ia butuhkan.

Pisau.

Tbc.
Sorry for slow update :((
I hope u guys will stay here and keep vomment ^^

MINE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang