15. Code

323 50 17
                                    

"Aku sedikit merasa lega telah menceritakan ini padamu. Aku memendamnya sendirian, sebelum Jiyeon menjadi seperti sekarang ia normal-normal saja dan menceritakan semuanya padaku dengan sangat jelas. Tapi setelah menceritakannya padaku, Jiyeon berubah. Ia ketakutan ketika melihatku, seolah aku adalah pria itu. Waktu itu aku memasuki kamarnya dengan seragam sekolah, ia menjerit histeris bahkan ia melemparkan sebuah vas tepat ke arahku."

Jimin menundukkan kepalanya. Mengacak rambutnya frustasi.

"Sepertinya ia depresi dan trauma melihat seragam sekolah kita."

Jimin menoleh ke arah Daniel yang sedari tadi hanya diam tidak mengatakan sepatah kata pun.

Daniel mengarahkan pandangannya pada pintu kamar Jiyeon. Tenang. Tidak ada jeritan Jiyeon sedikitpun. Mungkin benar ia hanya trauma pada pria.

"Kau tau ciri-ciri si pelaku? Kau sudah baca berita di internet? Kasus ini sama persis dengan kasus di SMA XX, 4 orang siswi dibunuh disana. Pelakunya tidak lain adalah salah seorang siswa disana."

Mendengarkan perkataan Daniel, Jimin langsung membulatkan matanya. Ia sama sekali tidak tau tentang ini. Bahkan ia baru tau jika ada kasus pembunuhan akhir-akhir ini, karna tidak satupun channel di layar kaca memberitakan tentang itu.

---

So Eun berlari ke kamarnya, lalu menutup kasar pintu kamar dan mengunci nya.

Ia menghempaskan diri ke ranjang. Menenggelamkan wajahnya pada bantal. Ia mulai terisak. Dan pada akhirnya menangis.

"Oppa mianhae. Aku tidak bermaksud melakukan ini. Tapi jika aku tidak melakukan ini, Tuhan akan mengutuk kita berdua. Bahkan Ayah dan Ibu mungkin akan membenci kita di syurga."

So Eun terus mengucapkan permintaan maaf di tengah tangisannya. Semakin ia menangis, semakin sesak dadanya. Ia mengingat kembali sesaat sebelum ia berada di kamarnya. Ia melihat jelas ekspresi Taehyung ketika ia mengatakan semuanya. Dan ia pun tau apa yang saat ini sedang Taehyung lakukan, tak beda jauh darinya. Menangis.

"Ini semua salahmu, Kim So Eun! Mengapa kau mengatakan itu semua saat itu?! Tidak seharusnya kau menjanjikan hal yang tak bisa kau tepati! Bagaimana mungkin seorang kakak beradik menjadi sepasang kekasih?! Kau bodoh So Eun! Kau bodoh!"

So Eun merutuki dirinya sendiri. Tangisannya makin menjadi.

Di sisi lain, Taehyung sedang mengemasi barang-barangnya lalu berjalan menuju kamar So Eun. Mengetuk pintunya pelan.

"So Eun-ah, boleh aku masuk? Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan."

---

"Aku sama sekali tidak mengetahui itu."

Jimin menatap Daniel serius. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di meja. Membuka browser dan memastikan ucapan Daniel. Ekspresi wajahnya berubah.

"A, apa-apaan ini?! Ada banyak sekali kasus pembunuhan keji yang terjadi di Seoul!"

Jimin meletakkan kembali ponselnya.

"Daniel, kita harus menghentikan ini semua."

Daniel menatap Jimin serius lalu menganggukan kepalanya.

Tak berapa lama kemudian, Ibu Jimin keluar dari kamar Jiyeon dengan mata sembab. Ia meminta Jimin untuk menemui adiknya di kamar. Jimin sempat menolak, ia takut Jiyeon akan ketakutan ketika melihatnya. Namun Ibu Jimin berkata bahwa Jiyeon sedang dalam pengaruh hypnotherapy, ia akan baik-baik saja meskipun melihat Jimin. Jimin pun mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju kamar Jiyeon. Sebelum memasuki kamar Jiyeon, Jimin bertanya pada Ibunya apakah Daniel boleh ikut masuk lalu Ibu Jimin memperbolehkannya.

Krieeettt.

Jimin dan Daniel memasuki kamar Jiyeon.

---

"Tidak ada lagi yang perlu di bicarakan. Semua sudah jelas bukan?!" pekik So Eun.

"Jebal So Eun-ah."

Suara Taehyung sedikit bergetar. Ia menahan tangisnya dengan baik.

"Ani oppa. Mian." lirih So Eun.

BRAKKK.

Taehyung mendobrak pintu kamar So Eun.

Ia berjalan menuju So Eun yang tengah menatapnya tidak percaya.

"Aku tidak akan memaksa mu lagi, Kim So Eun. Ini yang terakhir, kumohon temani aku berjalan-jalan untuk terakhir kalinya. Aku akan melupakan perasaan ini setelahnya."

Taehyung tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. So Eun kembali menitikkan air matanya, namun kali ini senyuman menghiasi bibirnya. Ia menyanggupi permintaan Taehyung. Mereka pun pergi bersama ke tempat yang telah Taehyung tentukan.

---

Jiyeon sedang berbincang santai dengan psikiater. Tidak ada yang salah darinya, ia tampak normal. Tubuhnya terbalut perban layaknya mumi. Rambutnya tergerai menutupi bagian telinga nya. Ia menoleh ke arah Daniel dan Jimin yang baru saja memasuki kamarnya. Dan ia tersenyum.

"Sudah lama sekali rasanya tidak melihat senyuman mu, Park Jiyeon."

Jimin membalas senyuman Jiyeon, matanya menyipit ketika ia menyunggingkan senyuman. Daniel merasa lega melihat keadaan Jiyeon yang baik-baik saja meskipun dalam pengaruh hypnotherapy.

"Nona Jiyeon, sekarang katakan pada kakakmu mengapa kau meminta ia datang kesini." sang psikiater menatap Jiyeon, diikuti anggukan dari Jiyeon.

"Oppa, pria itu menggunakan seragam saat melakukan percobaan pembunuhan kepada ku. Ia adalah aktor yang luar biasa hebat bukan? Ia dapat menutupi kejahatannya dibalik kepolosan wajahnya. Bajingan! Bajingan itu telah menganiaya wanita lemah sepertiku! Ia mengambil telinga ku! Kembalikan semuanya padaku! KEMBALIKAN!!"

Jiyeon berteriak histeris, menatap Jimin dan Daniel lalu tertawa layaknya orang gila.

"Tidak usah berpura-pura lagi, kau tau betul siapa pelakunya. Bukankah begitu, Kang Daniel?!"


Tbc.
Dont forget to vomment ^^

MINE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang