19. Lie

229 52 9
                                    

"Dia menyukai ku."

Hanya itu yang keluar dari mulut Jiyeon. Tidak ada penjelasan lain yang bisa membuat Jimin memasang seluruh puzzle yang sedang berusaha ia pecahkan.

"Apa hubungannya ia menyukai mu dengan pelaku penyerangan itu? Dan bukankah pria itu telah melakukan pembunuhan di sekolah-sekolah yang berbeda?"

Jiyeon terkekeh.

"Aku menolaknya dan ku pikir ia menyimpan dendam tentang itu. Kau ingat? Ia pernah berpindah sekolah beberapa bulan sebelum akhirnya kembali lagi ke sekolah kita."

Jimin mencerna seluruh ucapan Jiyeon, ia mengangguk dengan ekspresi wajah yang sedang berpikir keras.

"Kau yakin ia pelaku nya? Haruskah aku membawa kasus ini ke rana hukum?"

"TIDAK!"

Penolakan Jiyeon sukses membuat Jimin dan psikiater yang berada di kamarnya menatapnya bingung.

"Pe, pelakunya mengancam ku. Jika kepolisian sampai tau tentang kasus ini, seseorang yang ia kirimi potongan telinga ku akan di perlakukan seperti ku. Dan aku tidak mau korban bertambah hanya untuk membongkar kedoknya. Aku takut."

---

Dering alarm dari dalam kamar So Eun membuat Taehyung penasaran apakah So Eun terlambat bangun atau tidak karna alarm tak kunjung di matikan.

"So Eun-ah."

Tidak ada jawaban dari dalam. Taehyung memanggilnya untuk yang kedua kali, kali ini ada jawaban tapi jawaban tersebut terdengar dari arah belakang. Ia pun berbalik dan menemukan So Eun sudah rapi dengan seragam dan bandana yang menghiasi rambutnya.

"Aku bangun lebih awal dari alarm ku, oppa."

Pandangan Taehyung terfokus pada wajah So Eun, tepatnya bibir So Eun.

"Kau berdandan?"

So Eun terkejut dan wajahnya memerah.

"A, aku sudah SMA ja, jadi sah sah saja bukan jika aku menggunakan lipstick? Lagipula warnanya tidak mencolok."

Taehyung terkekeh melihat So Eun yang sepertinya malu saat di singgung tentang lipstick nya.

"Aku hanya bertanya, kenapa kau kesal? Kau cantik."

Setelah mengulas senyum dan membuat debaran jantung So Eun tak normal, ia berlalu meninggalkan So Eun.

"Bagaimana bisa aku tidak mencintai mu jika kau terus membuatku jatuh cinta setiap harinya?" batin Taehyung.

---

Kang Daniel : Keluarlah, aku sudah di depan rumahmu.

So Eun segera mengambil tas nya dan bergegas keluar rumah, tak lupa ia berpamitan pada Taehyung yang sedang duduk di ruang tamu.

Begitu pintu terbuka, terlihat pria berambut coklat sedang melambaikan tangannya. Senyuman lebar terukir di bibirnya memperlihatkan gigi kelinci miliknya.

"Sudah lama menunggu?"

"Ah tidak aku baru saja sampai, chagiya."

Daniel tersenyum malu setelah mengucapkan kalimatnya, begitupun So Eun.

"Kita berangkat sekarang?"

"Kajja."

Daniel menggenggam tangan So Eun dan mulai berjalan beriringan menuju sekolah.

"Aku sudah sering merasakan ini, tapi mengapa kali ini rasanya sangat menyakitkan?"

Taehyung yang sedari tadi menguping di balik pintu kini memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Jika itu mau mu, aku akan mengikuti nya So Eun."

---

"Kau tau siapa orang yang menerima potongan telinga mu?"

Jiyeon menggeleng.

"Jika aku tau, aku sudah merebutnya dan memasangnya kembali."

"Ah, kau benar."

"Ummm, oppa boleh aku meminta ponsel ku? Aku harus menghubungi seseorang."

Jimin mengangguk dan merogoh ponsel di kantung celananya lalu memberikannya pada Jiyeon. Tidak butuh waktu lama, sesaat setelah Jiyeon mengecek ponselnya ia langsung berteriak histeris dan melemparkan ponselnya hingga layarnya retak. Ia kembali menjadi Jiyeon yang sedang depresi, wajahnya ketakutan dan tubuhnya gemetar. Jimin segera meraih ponsel yang Jiyeon lemparkan untuk melihat apa yang membuat Jiyeon ketakutan, sayangnya ponsel tersebut mati karna lemparan Jiyeon.

---

Sepulang sekolah, Daniel mengajak So Eun untuk berjalan-jalan di taman.

"Jiyeon belum juga bisa di hubungi." lirih So Eun.

"Apa wanita itu begitu berharga untukmu?"

"Tentu saja! Ia sahabatku, kau ingat?"

"Kau bahkan tidak tau apapun tentang dia."

"Lalu apa kau tau tentangnya? Kau mengenalnya?"

Daniel terdiam.

"Hei lihat! Ada penjual es krim, ayo kesana."

Daniel menggandeng So Eun dan berjalan menuju penjual es krim. Ia membelikan So Eun es krim dan mengajaknya duduk di bangku yang berada di taman. So Eun sangat menyukai es krim, ia melahap es krim layaknya bocah kecil. Daniel hanya tersenyum melihat kelakuan kekasih nya.

"Terimakasih es krim nya dan terimakasih hari ini, hati-hati dijalan jika sudah sampai segera hubungi aku."

Daniel tersenyum dan mengangguk, lalu melambaikan tangannya. So Eun pun memasuki rumahnya bersamaan dengan Daniel yang melangkah pergi.

"Oppa aku pulang." seru So Eun.

Hening.

So Eun berjalan menuju ruang tamu, matanya membulat saat melihat keadaan ruang tamunya. Ia tidak percaya dengan yang ia lihat. Diatas meja tergeletak botol-botol minuman keras yang sudah kosong, di lantai pun berceceran air yang mengeluarkan bau alkohol. Nafasnya tercekat begitu ia melihat benda yang tergantung di sofa ruang tamu. Ia mendekatinya dan memastikannya. Benar, itu dress mini wanita. Dengan susah payah ia meneguk salivanya. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju kamar tamu tempat Taehyung beristirahat, kamarnya masih beberapa langkah lagi tapi So Eun berhenti. Samar-samar ia mendengar suara dari arah kamar tamu. Suara yang membuatnya merinding. Ia memberanikan diri melanjutkan langkahnya, suara itu makin terdengar jelas. Tepat di depan kamar tamu, ia menempelkan telinga nya pada daun pintu. Kini sangat jelas terdengar di telinganya, suara desahan seorang wanita yang di selingi desahan milik Taehyung. Sesekali terdengar suara wanita itu memanggil nama Taehyung dengan sangat erotis. So Eun langsung menjauhkan telinga nya. Matanya berkaca-kaca membayangkan apa yang sedang terjadi di dalam sana. Ia segera menjauhi kamar tamu dengan air mata yang membanjiri pipi nya.

"Ini sangat menyakitkan, Kim Taehyung."

Tbc.

MINE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang