32. Birthday Gift

176 34 37
                                    

"Aku bercanda." ujar Taehyung dengan senyum jahilnya, lalu ia memundurkan bangkunya dan berpindah ke bangku yang tadi diduduki So Eun. Taehyung memberikan ponselnya, ia memberitahukan kepada So Eun bahwa ia telah menyetel penunjuk arah menuju ke rumahnya di Busan.

Satu jam berlalu dengan tenang, So Eun sibuk dengan aktivitas menyetirnya tanpa menghiraukan Taehyung di sampingnya. Sampailah mereka di sebuah rumah yang lumayan besar dengan pagar hitam yang tinggi. So Eun berdecak kagum.

Setelah melepaskan seatbelt, So Eun menoleh ke arah Taehyung dan mendapati Taehyung yang tengah tertidur pulas dengan dengkuran halusnya. "Menggemaskan" pikir So Eun.

So Eun menggoyangkan tubuh Taehyung secara perlahan, mencoba untuk membangunkan Taehyung dari tidurnya. Namun Taehyung tak kunjung bangun. Kini So Eun menepuk pelan pipi Taehyung, betapa terkejutnya So Eun saat tangannya menyentuh pipi Taehyung yang ternyata lumayan panas. Taehyung terkena demam akibat insiden 'mandi hujan'-nya bersama So Eun.

So Eun panik dan buru-buru menyibakkan poni dari dahi Taehyung lalu menempelkan tangannya pada dahi Taehyung.

"Oh tidak! Oppa kau terkena demam!" panik So Eun.

Dengan sigap ia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk membopong Taehyung masuk ke rumahnya. Setelah menanyakan kode keamanan pagar dan pintu rumah pada Taehyung, akhirnya mereka pun memasuki rumah. So Eun menidurkan Taehyung di sofa dan bergegas mencari dapur untuk menyiapkan kompres yang akan ia berikan pada Taehyung.

"Naneun gwaenchanh-a." gumam Taehyung pelan lebih seperti bisikan.

"Ssshhh." ucap So Eun seraya meletakkan kompres di dahi Taehyung.

Saat So Eun hendak menarik lengannya, Taehyung menggenggam telapak tangan So Eun dan mengusapnya dengan ibu jarinya.

"Kau adalah obatku, hanya dengan bersamamu dalam beberapa menit demam sialan ini akan turun." ucap Taehyung tersenyum dengan mata yang masih terpejam.

Suasana jadi hening sesaat, sampai dering ponsel Taehyung memecah keheningan. Taehyung membuka matanya dengan malas, sebelum meraih ponselnya ia menyempatkan diri untuk memberikan senyum kotaknya pada So Eun yang duduk di samping tubuhnya. Ia pun meraih ponselnya, ekspresi wajahnya berubah ketika ia menatap layar ponselnya. Lalu ia bangun dan mengangkat telepon sambil berjalan menjauh dari So Eun.

---

"Kau yakin tidak apa jika aku meninggalkanmu sendirian di sini?" tanya Taehyung sekali lagi dengan wajah yang penuh kekhawatiran.

"Ya, aku yakin. Lagipula tidak akan ada yang bisa menerobos masuk ke dalam rumah hebatmu ini. Daripada itu, aku lebih mengkhawatirkan keadaanmu oppa." jawab So Eun dengan tatapan sedih.

"Aku baik-baik saja, sungguh. Kalau begitu aku pergi dulu, jika aku pulang terlalu larut kau tidur saja duluan."

So Eun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Taehyung pun berjalan menuju pintu, baru beberapa langkah berjalan ia memutar tubuhnya dan kembali menghampiri So Eun. Taehyung memang pria yang sangat manis, ia kembali menghampiri So Eun hanya untuk memeluk dan mengecup kening So Eun lalu pergi dengan melambaikan tangannya.

---

"Sudah selarut ini dan ia belum juga pulang?!" umpat So Eun kesal.

Ia mengetuk-ngetukkan kakinya dengan tidak sabar sambil sesekali melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul 00.30.

"Sebenarnya pekerjaan macam apa yang sedang ia lakukan?!" kesal So Eun.

Bel rumah pun berbunyi, dengan wajah tertekuk So Eun berjalan menuju pintu. Belum juga sampai dan membukakan pintu, So Eun dikejutkan dengan matinya listrik di rumah Taehyung.

Ia berteriak histeris dan meraba sekitar, mencoba mencari sesuatu yang bisa ia jadikan sumber penerangan untuknya. Ia bisa mendengar dengan jelas suara tombol pengaman pintu rumah yang sedang ditekan, tak lama kemudian pintu terbuka sedikit dan cahaya remang dari luar mulai memasuki rumah.

"O, oppa?!" pekik So Eun gemetar.

Tidak ada jawaban. So Eun meneguk salivanya berat saat mendapati bayangan hitam seseorang memasuki rumah dan menutup kembali pintu sehingga keadaan kembali gelap. Seluruh tubuhnya gemetar, ia menggigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

Terdengar derap langkah kaki seseorang di ruangan yang sangat gelap itu, tentu saja bukan langkah So Eun. So Eun benar-benar ketakutan setengah mati saat suara langkah tersebut mulai mendekat ke arahnya. Air matanya mengalir, namun ia berhasil meredam suara isak tangisnya dengan baik.

So Eun melangkah mundur dengan hati-hati sehingga langkahnya tidak terdengar sama sekali, namun sepertinya sang 'tamu misterius' mengetahui keberadaan So Eun. So Eun terus melangkah mundur sampai tidak ada lagi ruang untuk menghindar, ia sudah terpojok.

Suara langkah kaki itu berhenti tidak jauh dari So Eun, cukup lama keheningan menyelimuti ruangan gelap itu.

Sraakkk.

Tiba-tiba seseorang menyibakkan tirai di belakang So Eun, nampaklah seseorang dengan postur tubuh yang cukup tinggi berdiri tepat di hadapan So Eun. Mulut So Eun menganga tapi tidak ada satupun suara keluar dari mulutnya. So Eun tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang berdiri di depannya itu, yang ia tahu hanyalah dia seorang pria.

Jantung So Eun berpacu dengan cepat, keringat dingin memenuhi dahinya, tangannya meremas kuat ujung baju yang sedang ia kenakan.

Pria itu kembali menghapus jarak di antara ia dengan So Eun hingga tubuhnya menghimpit So Eun. So Eun memalingkan wajahnya dengan mata terpejam. Ia bisa merasakan deru nafas pria itu di telinganya. Matanya terbuka manakala sesuatu yang dingin menyentuh kulit wajahnya. Pria itu menangkup kedua pipi So Eun agar So Eun menoleh ke arahnya.

So Eun benar-benar tidak bisa melihat karena pencahayaan yang sangat minim, ruangan gelap itu hanya diterangi oleh cahaya bulan yang menelusup masuk melalui serat-serat tirai.

Secara tiba-tiba pria itu melakukan hal yang diluar dugaan, ia memeluk So Eun cukup erat. So Eun terkesiap dan mencoba mendorong tubuh pria itu menjauh namun tentu saja kekuatannya tidak cukup untuk mengalahkan kekuatan seorang pria.

Saat tangan So Eun menyentuh pakaian pria itu, ia sedikit kaget karena pakaian itu basah dengan bau amis yang lumayan dominan meskipun tercampur dengan aroma parfum.

So Eun terus memberontak sampai ia menyadari bahwa ada benda asing menusuk lengannya. Jarum suntik. Pria itu menusukkan suntikan yang entah apa isi cairan di dalam suntikan itu.

Semua terjawab saat So Eun mulai melemah, pandangannya sedikit demi sedikt kabur. Pria itu merenggangkan pelukannya, membiarkan So Eun terduduk di depannya dengan lemah. Lalu pria itu berjongkok dan menatap So Eun tajam.

So Eun membalas tatapan pria itu dengan mata sayu. Ia bisa melihat pria itu menyunggingkan senyum, saat itulah ia baru menyadari siapa pria yang sedang berada di depannya.

Cuaca sangat tidak bersahabat dengan So Eun, hujan mulai turun dengan petir yang menyambar. Cahaya dari kilat petir membuat sosok pria di hadapan So Eun terlihat makin menyeramkan.

So Eun kembali diselimuti rasa takut dan terror setelah melihat keadaan pria itu. Pakaian, tangan, serta wajah pria itu berlumuran darah yang sudah agak mengering. Entah apa yang telah pria itu lakukan hingga tubuhnya dipenuhi darah.

Pria itu berdiri dan melemparkan sebuah foto, So Eun melihat ke arah foto tersebut dan sedetik kemudian air mata membanjiri pipinya.

Pria itu tersenyum miring, sebelum pergi meninggalkan So Eun yang terduduk lemah ia mengatakan hal yang sukses membuat So Eun membulatkan matanya.

"Enjoy your birthday gift. Happy birthday, 'Kim-ie'."

Tbc.
Aku galau mau cepet ending apa ngga T.T
But keep vomment yaaa^^

MINE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang